2. Soya Kangen

1208 Words
Soya merapikan seragam nya, besok dia akan menjadi pembawa acara pensi sekolah bersama janu, kakak kelasnya yang satu angkatan dengan lelaki idamannya, brian. Setelah pernyataan nya pada brian, dua hari yang lalu. Soya harus mengurungkan niatnya untuk menemui brian setiap ada kesempatan, karna kesibukannya yang ikut membantu acara pensi. Soya menghela nafas lelah nya saat duduk berdua dengan bunga, sahabatnya. Mereka sedang duduk di kantin di meja paling pojok sebelah kanan. "capek, soy?" bunga meminum softdrinknya. "iya, enggak bisa ketemu brian. Tiap ada waktu kosong, brian nya yang enggak ada" "soy, lo itu cantik. Kenapa suka nya sama kak brian yang nakal?" "lo juga suka kan" soya mendelik ke arah bunga yang sedang tersenyum lebar. "ya kalau untuk di kagumi kegantengan nya sih, enggak masalah. Tapi kalau buat di pacarin sih, ehmm.. Gue milih kak janu aja lah" "apa salahnya sih, gue suka sama brian. Gue suka dia apa ada nya, mau nakal kek, mau baik kek, enggak perduli deh" "dasar bucin" Soya menatap ke arah murid yang berdatangan ke kantin, berharap brian akan muncul dan mendatangi nya, tapi lagi-lagi dia mendengus karna yang datang bukan brian, tapi janu yang datang menghampiri nya dengan senyum manis khas lelaki itu. "suka nya kak brian, tapi dekat nya sama kak janu" bunga berbisik. "Makin rusak kan mood gue" soya menekuk wajahnya lalu bersandar di bahu bunga. "aduh, kepala gue pusing nih. Ke uks yuk" soya berkata saat janu ingin duduk di depannya, dia berharap dengan pura-pura sakit kepala akan membuat lelaki itu tidak mengganggunya untuk seharian ini. "soya, kamu kenapa?" janu bertanya "sini ku antar ke uks" Saat tangan janu ingin merangkul bahu nya, soya langsung menghindar dengan merapatkan tubuhnya pada bunga. "makasih kak, aku sama bunga aja deh" soya menjawab. "kalau kamu pingsan di jalan nanti gimana?, bunga enggak bisa gendong kamu, kalau terjadi sesuatu, aku bisa gendong kamu" janu berkata. ••• Brian tidak mengerti kenapa dia merasa marah saat melihat soya yang ingin di rangkul seorang lelaki yang brian tahu, menjabat sebagai mantan ketua osis itu. "Cewek lo tuh, mau di pegang janu" vano berkata. "dia bukan cewek gue" brian menjawab. Tapi langkah kaki nya membawa nya ke depan soya. "enggak usah sok manja, bisa jalan kan. Sini gue yang antar ke uks" Angga dan vano saling melempar pandang saat brian menyahut obrolan soya dan janu. "brian?" soya langsung menegakkan tubuhnya dan tersenyum lebar pada brian. Brian berdecak, lalu duduk di depan soya dan juga temannya. "lah, tadi katanya sakit kepala. Bohong lo enggak ada kreatif nya sama sekali" bunga berbisik. "gue enggak bohong, tadi beneran sakit kepala, tapi pas lihat brian langsung sembuh" soya balas berbisik. Soya mengalihkan pandangannya pada brian yang sekarang duduk di depannya, dia bahkan mengabaikan janu yang sedari tadi menatapnya khawatir. "Buruan bangun, gue antar ke uks" biar bekata. "makasih ya brian" soya bangun dari duduk nya, tersenyum manis, lalu berpura-pura ingin terjatuh sampai brian merangkul punggang nya. Bunga yang melihat itu hanya mendengus sambil menggelengkan kepala nya, dia tau kalau soya sedang menjalankan aksi modus nya pada berandalan sekolah. Soya menahan senyum nya karna berhasil di rangkul brian ke uks, tidak perduli dengan tatapan murid-murid yang memang bebas dari jam pelajaran itu. "brian" soya memanggil. "hmm.." brian menjawab. "kepalaku beneran pusing loh" soya mengerucutkan bibirnya karna brian yang hanya membalasnya dengan deheman. "hmm.." "boleh pulang nebeng kamu enggak?" "hmm..-" brian ingin menjawab tidak, tapi belum sempat menjawab, soya sudah menegakkan tubuhnya. "hmm hmm mulu sih, kamu mau jadi brian sabyan?. Enggak cocok ih sama muka bule kamu" "sudah gue tebak, modus doang kan lo" brian berdecak, lalu berbalik pergi. Soya menghentakkan kaki nya kesal, lalu ikut berbalik dan mengejar brian. "brian, aku kangen dua hari enggak ada ketemu kamu" soya berkata. "ya salah lo" brian menjawab "jauh-jauh dari gue, miss sekolah!" "orang kangen juga, di suruh jauh-jauh" soya membalas. "gue enggak suka sama lo, miss sekolah" tekan brian. "enggak masalah, pak budi bilang. Batu aja di tetesin air bisa keropos. Kan aku sudah bilang dua hari yang lalu-" Brian menatap soya tajam, tapi bukan soya namanya kalau menyerah begitu saja. "Soya, gue juga sudah bilang. Gue enggak suka sama lo" Jujur saja, rasanya hati soya sekarang rasanya seperti di hantam, nyeri. "Enggak masalah, cinta itu datang karna terbiasa. Aku suka kamu, the end" soya memalingkan wajah nya, dia tidak ingin menatap mata tajam brian. "Terserah lo soya" brian melangkahkan kaki nya menjauh, meninggalkan soya. "BESOK HARUS MASUK SEKOLAH, AKU MAU NYANYI BUAT KAMU BESOK!" soya berteriak, tidak memperdulikan tatapan menghakimi orang-orang yang menganggapnya murahan atau tidak tau malu. ••• Brian duduk termenung di dalam mobil nya yang masih menyala, pagi ini parkiran sekolah nampak ramai. acara pensi sekolah, memang acara yang selalu di nantikan murid sekolah nya setiap tahun, acara yang selalu di adakan untuk memeriahkan ulangtahun sekolah. Brian berdecak, dia tidak mengerti kenapa dia merasa antusias saat soya berteriak ingin bernyanyi untuk nya, kemaren. Gadis cantik yang di anggap brian tidak punya malu itu, membuatnya datang pagi ini hanya untuk menonton acara pensi yang di adakan jam sembilan, dan sekarang baru jam setengah delapan. Brian turun dari mobilnya, ada tatapan heran dari murid-murid sekolah yang tidak biasanya melihatnya datang sepagi ini. Brian memilih untuk berkeliling tapi saat di lantai dua, di depan ruang osis, langkahnya terhenti karna melihat gadis berambut hitam yang sekarang terlihat sangat cantik dengan dress putih gading bercorak bunga-bunga bermodel sabrina, mengenakan high hells berwarna nude. Gadis itu memejamkam matanya sambil bersandar di sofa ruang osis sementar beberapa teman gadis itu sedang menanyai nya. Brian tidak bermaksud menguping, tapi dia cukup penarasan dengan wajah gadis yang terlihat sangat cantik, bahkan tidak ada suara husky voice nya yang terdengar cerewet seperti biasa. Soya sedang serius. "Soya kianti larasati, lo serius?" nana, temannya dengan gigi kelinci itu bertanya dengan wajah nya yang nampak tidak percaya. "ya serius lah na, dari minggu kemaren-kemaren soya sudah bilang" bunga menjawab. "Brian itu, the most wanted boy sekolah. Banyak fans nya, dan brian itu sangat berbeda sama soya. Oke gue akui brian memang ganteng banget" "cuma fans, gue juga banyak fans kok" soya menyahut. "gue cuma khawatir sama lo soy, lo tau sendiri bad boy kayak dia gimana. Lo miss sekolah, lo enggak sama kayak cewek yang rela jadi ke sekian buat brian, ngejar dia" "iya nana sayang, tenang aja" soya menjawab dengan tenang. "gue enggak tau harus ngomong gimana, tapi soy. Brian juga enggak segan-segan sama cewek. Lo ingat kan pas kita kelas sepuluh" seina menambahkan. "cewek yang nembak brian?" soya bertanya. "lo tau kan, brian bahkan enggak segan-segan main tangan sama tuh cewek. Kita khawatir sama lo soya" seina menjawab. "Guys" soya menegakkan tubuhnya, tersenyum lembut, senyuman yang membuat brian yang melihatnya tertegun. "Yang terlihat buruk belum tentu buruk, gue yakin semua yang di lakukan nya pasti punya alasan, dan enggak ada salahnya kan kalau gue ingin tahu dan memahami seorang brian" soya berkata. "udahlah jangan menghakimi gue kayak gini, ini gue cuma mau nyanyi lagu romantis buat brian bukan berarti gue mau nembak dia. Sayang kali kalau gue tembak, nanti populasi cogan maksimal kayak my baby brian berkurang." soya tersenyum lebar. Brian tidak tau harus melakukan apa, mendengar omongan soya yang begitu yakin pada nya, membuat hati nya terasa berdesir, jantung nya memacu dengan cepat. Yang brian sadar, soya gadis yang sangat tulus pada nya. ..............................Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD