PART 3

1482 Words
Satu hari, dua hari, mereka tak saling memberi kabar. Ada rasa penasaran atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Melan ingin menghubungi Deri namun tak kunjung terjadi, dia lebih memilih menunggu. Atas apa yang terjadi padanya, ia tumpahkan pada sahabatnya sejak kecil yaitu Dina, seorang penyiar radio yang sering mendengar keluhan para pendengarnya. Dina kini sudah berada di apartemen Melan. Mengenakan kaos dan celana pendek, keduanya berbagi cerita di sebuah sofa dengan mengabaikan tayangan televisi di depannya. "Lo jujur deh Mel, ada rasa penasaran ngga sih? Ini terlepas karena perjodohan ya...", tanya Dina. "Gue mau bilang nggak penasaran, tapi lo bakal nggak percaya ya kan? Jadi rasanya tuh kaya lo haus, terus tiba-tiba dikasih minuman gitu, Din. Gue juga ngga tau dia bakal mikir kaya gue atau nggak, cuman gue pengen lebih kenal aja dulu." "Nah, itu udah modal buat lo maju Mel, agresif nggak papa kali. Dikit-dikit. Udah lama lo ngejomblo juga kan? Hee...." "Gila lo, gimana wibawa gue kalau gue musti agresif? Lagian dia kaku banget deh...atau mungkin karena baru sekali ketemu?", Melan mengangkat kakinya menyilang sambil meneguk minumannya kembali. "Coba aja dulu. Besok lo harus hubungi dia ngajak ketemu. Terserah mau apa kek, yang penting ketemu." "Ya....besok gue pikir-pikir lagi.", jawab Melan yang malam ini bakal ditemenin Dina sampai pagi. Keesokan harinya, Melan sudah pergi ke kantor seperti biasanya. Dia menyapa Uni dengan sangat manis. Kemudian meletakkan tas di meja lalu mengambil ponsel. Ingin mengirim chat pada Deri namun kembali diurungkan, dia cuma bisa mondar-mandir tanpa tujuan. Lelah, akhirnya dia memutuskan untuk memulai pekerjaannya yang sedari tadi sudah menunggu. Hari ini dia ada jadwal bertemu client sekitar jam sepuluh pagi. Dia harus menjamin kerjasama kali ini tidak boleh gagal sebagai penentu capaian target penjualan. Uni memberitahukan bahwa pertemuan dengan client tersebut ada di daerah dekat kantor Deri. Sebuah kebetulan sepertinya, dan akhirnya Melan tak lagi bimbang untuk menyapa Deri. 'Pagi, sekedar info kalau siang ini aku ada rapat di deket kantormu. Cruisefood. Kalau ada waktu, bisa kita ketemu? Ada yang mau aku bicarakan.' Di seberang sana, Deri tersenyum lebar melihat pesan dari Melan. Dia memang berniat menunggu agar wanita itu membukakan pintu untuk dirinya, jika pintu sudah mulai terbuka, Deri bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kehadiran Melan. Deri membalas, 'Pukul dua belas tepat aku akan berada di depanmu.' Melan tiba-tiba datang ke Uni lalu memeluknya. Entah kenapa dia ingin melakukannya, tepat setelah membaca balasan Deri. Melan pun bersiap dengan bekal untuk bertemu sang client. Pukul sembilan lebih lima belas menit dia pun berangkat. *** Sesampainya di restoran, Melan kembali mematut dirinya di toilet. Sedikit touch up akan membuat tampilannya sempurna. Pertemuan kali ini tidak secepat biasanya. Perwakilan yang ditemui Melan tergolong masih muda, pria santun, hampir seumuran dengan dirinya namun terlalu berprinsip. Hampir pukul dua belas kesepakatan keduanya baru terjadi. Alhasil, makanan untuk Melan dan client nya pun baru tersaji sekarang. Kiranya, nanti mereka butuh sekitar setengah jam untuk sekedar basa-basi sambil menikmati hidangan. Dari kejauhan, sudah nampak sosok yang ditunggu Melan. Deri melangkah dengan kemeja abu muda yang lengannya sudah tergulung hingga ke siku. Dari gelagatnya, Melan bisa menangkap kalau Deri baru keluar dari kesibukannya. Deri nampak santai dan langsung berjabat tangan dengan pria di depan Melan. Dia hanya memperkenalkan dirinya sebagai Deri teman Melan, tanpa embel-embel apapun. Dan pria di hadapannya itu diketahui bernama Andika. "Maaf untuk sedikit mengganggu. Saya rasa ini sudah jam makan siang jadi harusnya tidak masalah jika saya ikut bergabung dengan kalian. Misal urusan kalian belum selesai, bolehkah ditunda hingga jam makan siang habis?", tanya Deri yang menarik sebuah kursi, langsung duduk bersebelahan dengan Melan. Wanita di sampingnya hanya menatap dan belum berkata apapun. Deri begitu wangi, batin Melan. "Bukan masalah Pak Deri, saya hampir menyelesaikan makanan saya kemudian saya langsung pamit. Bu Melan sudah resmi jadi partner saya mulai saat ini.", ucap Andika terlihat bangga. Deri tidak menampilkan ekspresi apapun, dia hanya menoleh sekilas pada Melan lalu kembali ke buku menu di depannya. Sesuai dengan perkataannya, Andika pamit. Deri yang sudah memesan makanan pun tengah bersiap menyuap kudapan pertamanya. "Nikmati makanamu dengan santai, itu yang kau ucapkan kemarin.", kata Melan mengingatkan. "Apa kau baru bertemu dia hari ini, atau kalian sudah sering bertemu?", tanya Deri tanpa menatap Melan. "Andika? Pertama kali ini aku bertemu, sebelumnya dia berhubungan dengan staffku. Ada apa dengan pertanyaanmu?" "Bukan apa-apa, jika sudah beberapa kali bertemu setidaknya kau lebih mengenalnya jadi bisa membuat strategi yang bagus untuk membujuknya." "Bukankah tadi kau sudah dengar bahwa dia sudah menjadi partnerku? Itu tandanya aku dan staffku berhasil. Aku kira kau orang dengan penuh konsentrasi?" "Aku lapar, aku tak menyimpan baik semua ucapannya." "Bagaimana jika lain kali kau menerobos urusan orang lain dengan cara lebih sopan?", pinta Melan. "Untuk masalah pekerjaan, iya. Untuk yang satu ini, entahlah.", jawab Deri. Melan bingung dengan pernyataan Deri barusan. Mengalihkan itu, dia meraih gelas minuman Deri dan mendekatkan ke piringnya. Tak lama, Deri meminumnya. Deri melihat ke arah Melan, menatapnya intens. "Berhati-hatilah dengan perbuatanmu. Jangan terlalu manis pada orang lain." Melan sedikit bingung, "Manis apa yang kau maksud? Mengambilkanmu minum? Oh come on Der..." "Apa kau sudah kenyang? Tak ingin memesan yang lain untuk camilan kita nanti? Kau bilang ada yang ingin dibicarakan." Deri mengalihkan topik. "Bukan hal penting, aku hanya.....ingin memberitahu kalau orangtuamu masih di rumah Ayahku, di Jerman. " "Jadi, mereka bukan di Hotel? Perubahan rencana sepertinya. Dan maka dari itu, sekarang aku tahu darimana asal perjodohan ini. Mereka pasti sedang bersenang-senang disana." Perbincangan mereka pun berlanjut tentang bagaimana tingkah orang tua masing-masing saat memberitahu kabar perjodohan tersebut. Walapun sedikit kaku, tapi mereka mulai menampakkan senyum. Masalah pekerjaan juga menjadi pembicaraan penting siang itu. Melan sampai lupa jika batas makan siangnya sudah habis. Sepertinya mereka ingin menyelami satu sama lain. Pembicaraan berjalan alami seakan mereka sudah berteman baik. Gerak-gerik mereka juga tak canggung lagi. Banyak gesture disuguhkan untuk mendukung segala ucapan mereka masing-masing. Masih dengan duduk berdampingan, Melan mulai berani mengelus baju Deri yang sedikit terkena saus. Lalu seperti tidak terjadi apa-apa, melanjutkan pembicaraan. Begitu pun Deri yang dengan sabar memberitahu Melan tentang pergulatan hitam di balik sebuah bisnis. Di sela-sela bicaranya, Deri menarik poni Melan dari pipi ke belakang telinganya agar wajah cantik saat memperhatikan dirinya berbicara bisa terlihat jelas. Senyum Melan begitu dinikmati Deri. "Der, aku kira siang ini sangat cukup dan terimakasih. Aku harus segera kembali karena sudah satu jam lebih aku melebihkan jatah istirahatku." "Oke, aku juga begitu. Kalau boleh berharap.....(diam sejenak) semoga malam ini kau lembur." "Ya, kurasa malam ini aku harus lembur. Lalu?" "Aku akan berperan sebagai pangeran yang tidak akan membiarkan sang putri pulang larut malam sendirian. Mungkin kau bisa meninggalkan mobilmu di kantor dan besok pagi aku akan menjemputmu kembali. Apa tawaran ini terdengar murahan?" Dengan senyum manisnya, "Aku suka tawaran itu walau sebenarnya aku sudah sering pulang sendirian. Tapi mari kita coba. Aku tunggu nanti malam. Aku akan menghubungimu kalau sudah selesai." "Berita bagus. Hmm...dan aku mau bertanya satu hal lagi sebelum kau pergi. Apa kau memiliki seseorang di hatimu saat ini?" Melan mengangkat sebelah alisnya, ditariknya kembali bibir ranum itu, "Tidak, dan kau?" Deri menjawab dengan gelengan kepalanya. Deri pun ikut tersenyum seperti ada yang tersalur di nadinya beberapa detik lalu. Mereka pun berpisah setelah Melan meminta peran untuk membayar bill. *** Malam ini Melan lembur ditemani Uni sebab pekerjaan siang tadi belum tuntas. Uni meminta Pak Kardi untuk membuatkan dua kopi panas dan mereka juga telah memesan makanan secara online karena tidak sempat keluar. Di luar dingin, seperti akan hujan tapi belum terjatuh. Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. "Un, bentar lagi selesai nih, lo udah boleh siap-siap buat pulang. Makasih banyak yaa.." ucap Melan sambil mengetik sesuatu di chatroom nya. "Sama-sama, besok pagi gue print trus gue siapin di meja lo. Lo tinggal bawa ke rapat internal audit jam 9. Jangan lupa sarapan." "Iya Uni sayang, gue bakal inget. Oya, lo pulangnya gimana?" "Gue bareng lo deh Mel, gue tadi nggak bawa mobil. Boleh ya?" "Wah kebetulan, gue ada janjian sama orang, lo bawa mobil gue pulang deh. Besok lo bawa ke kantor lagi. Pulangnya gue anter. Gimana?" "Orang siapa malem gini? Pak Ari ya?" "Aduh Un, kenapa nama itu yang lo sebut sih? Gue nggak ada apa-apa sama dia. Lagian dia bukan tipe gue banget. Walaupun bilangnya dia itu tipe setia, tapi cewek mana juga bisa lihat mata dia suka jelalatan. Secara, seorang manajer personalia banyak akses ke pegawai, banyak yang bening kan di sini?" "Awas lho nyesel nggak coba deket sama Pak Ari. Ganteng lho, dan kayanya sih tajir." "Nggak bakal, dan gue nggak mau. Gue nggak mau curiga dan uring-uringan tiap hari. Asal lo tau, walaupun dia bilang tertarik sama gue, dia juga bilang hal sama ke Desi akuntan sebelah. Menurut lo?" "Cari gebetan lain yang lebih kece aja Mel." Uni berkata dengan yakin. "Naah..makanya. By the way do'ain aja Un, nanti gebetan gue dateng. Hee...." "Oh jadi udah ada nih? Pantesan lo ceria akhir-akhir ini. Biasanya kalau kerjaan numpuk, duh semua kena damprat. Eh ini lo stay cool gitu. Siapa siapa? Masuk kriteria nggak?" "Masuk banget Un. Gue pamit ya, bentar lagi dia nyampe. Dia bilang tadi udah nunggu gue di resto deket sini." "Jadi gue dilepehin gitu aja nih? Jahat." Uni merajuk. "Gue sayang elo Un, bye. Ini kunci mobil gue." Melan bergegas dan melambaikan tangan ke Uni.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD