Cari Angin

1150 Words
“Ck ngebosenin banget sih.” Decak Ify kesal, ia segera bangkit dari sofa malasnya menuju ke rak buku kecil yang berada di kamarnya sejak satu minggu kemarin. “Buku buku ini udah gue baca semua. Mau ngapain lagi coba.” Dengus Ify. “Ini semua karena kak Rio.” Geram Ify. Pasalnya sejak satu minggu yang lalu Ify sudah dikurung dikamar oleh suaminya sendiri dan itu terjadi akibat kabar kehamilannya yang membuat sang suami menjadi over protective. ‘Cklek' “Non Ify, ini s**u dan buahnya.” Ujar Bi Inah yang kemudian meletakkan sebuah nampan si nakas. “Bi...” Panggil Ify dengan wajah melas. “Iya kenapa non?” “Bibi.. Ify bosen disini. Bibi tau sendirikan sejak seminggu yang lalu Ify dikurung disini. Turun kebawah aja gak boleh sama kak Rio. Semua buku dikamar udah habis Ify baca. Bolehin ify kebawah ya biii.. sekali... aja. Ify gak akan bilang bilang sama kak Rio.” Ujar Ify dengan wajah minta dikasihani. “Haduh non gimana yaa.. Bibi gak bisa bantuin non kalo ini. Bener deh. Maafin bibi ya non.” Ujar Bi Inah dengan wajah bimbang. “Yaudah deh bi kalo gitu bisakan bibi panggilin mama kesini??” Tanya Ify. “Iya non nanti bibi bilangin ke nyonya.” Bi Inah pun meninggalkan kamar Ify tak lupa mengunci pintunya juga. “Pokoknya gue harus rayu mama supaya hatinya luluh.” Ujar Ify dengan senyum misterius. ‘Cklek' “Ada apa sayang? Kamu butuh sesuatu??” Tanya Manda setibanya dikamar menantunya itu. Ify yang sudah siap dengan wajah sedihnya menghadap kearah Manda. “Maa....” Panggil Ify sedih. “Kenapa fy?? Kamu kenapa??” Tanya Manda penuh perhatian sambil menepuk bahu Ify. “Ify bosan dikamar ma... udah satu minggu Ify dikurung disini. Mau kebawah aja gak boleh. Padahal Ify mau banget bantuin mama.” Keluh Ify. “Maafkan anak mama ya fy. Dia teralalu khawatir sama kamu. Dia gak mau terjadi apa apa sama kamu dan anaknya. Walaupun sebenernya mama kangen banget masak masak sama kamu.” “Iya ma. Tapi kak Rio itu alasannya gak masuk akal banget. Masa aku gak boleh kebawah karena takut jatuh dari tangga. Aku juga akan hati hati kali ma. Aku inget kalo aku lagi hamil sekarang.” “Sabar ya sayang..” “Bolehin Ify kebawah ya maa.. seengaknya ketaman belakang gitu atau kehalaman rumah. Ify bener bener bosen.” Pinta Ify. Manda tampak  berfikir akan permintaan menantunya itu. Ia pun manatap jam dinding yang berada di dinding kamar. “Okee.. Rio pulang masih 3 jaman lagi. Jadi kamu mama kasih waktu 30 menit. Ayok kita kebawah.” Ajak Manda yang disambut bahagia oleh Ify. Mereka pun segera turun ke lantai bawah. Ify merasa sangat senang sekali. “Ayok kamu mau ke taman belakangkan?” Ify mengangguk mengiyakan. “Mama bawakan camilannya dulu yaa..” Ujar Manda yang disetujui Ify. Ify dengan langkahnya segera menuju ke taman belakang dan kemudian mendudukan diri di sebuah kursi yang berada disana. “Duhhh kayaknya anak mama seneng banget nih yaa bisa keluar kamar.” Sindir Manda dengan kekehannya. Ify tertawa kecil merespon ucapan Manda. “Ini juga kan karena anak mama. Aku jadi bahagia banget walau cuma ketaman belakang rumah.” Ujar ify. “Iya deh iya. Anak mama itu memang salah.” Balas Manda mengaku. “Maaf nyonya mengganggu, ini ada telpon dari Nyonya Puan.” Ucap bibi yang tiba tiba datang dengan  menggenggam telepon rumah ditangannya. “Oh iya bi. Terimakasih.” Balas Manda yang kemudian mengambil telepon itu kegenggamannya. ‘Hallo...’ Manda pun semakin lama semakin menjauh karena menerima telpon itu. Ify yang ditinggal sendirian sekarang mulai merasa bosan. “Kalo jalan jalan enak kali yahh...” Gumam Ify sambil menatap tanaman yang ada ditaman belakang. “Ify?” Ketika namanya dipanggil ia langsung menoleh. “Iya ma...” “15 menit lagi waktu kamu habis. Nanti kamu langsung ke kamar aja ya. Mama gak bisa temani kamu, mama ada urusan sebentar. Kamu gak apa apa kan mama tinggal?” Ify menggeleng atas jawaban dari pertanyaan mama mertuanya itu. “Yasudah mama pergi dulu ya sayang. Bye.” Pamit Manda yang tak lama hilang begitu saja. “Kak Rio gak ada, Papa gak ada, Mama gak ada, tapi bibi ada.. hmm...” Ify nampak berfikir akan sesuatu.Kemudian sebuah senyum timbul dibibir Ify. “Bibi... bi... bi Inah...” Panggilnya. “Iya non, non butuh sesuatu??” Tanya bi Inah setibanya ia dihadapan Ify. “Iya bi, jadi tuh Ify udah mau balik kekamar nah tapi Ify inget kalo buku dikamar itu udah habis dibaca. Jadi karena Ify gak boleh keluar, Ify minta tolong sama bibi untuk belikan Ify buku apapun itu pokoknya bibi pilihkan untuk Ify. Dan untuk uangnya bisa tolong bibi ambilkan dompet Ify yang ada dinakas kamar?” Pinta Ify. “Iya non saya ambilkan.” Bi Inah pun kembali dengan dompet milik Ify digenggamannya yang kemudian ia berikan kepada Ify. “Ini bibi tolong belikan yaah buku untuk Ify. Waktu Ify tinggal 10 menit lagi. Nanti kalo waktunya abis Ify langsung ke atas sendiri.” Jelas Ify yang diiyakan oleh bi Inah. Setelah bi Inah bersiap siap dan pergi dari rumah. Ify dengan bahagianya segera menuju ke kamarnya dan bersiap untuk mencari udara segar. Sebuah baju kaos polos berwarna putih, jaket levis, Jeans berwarna biru dan sepatu kets berwarna biru menjadi  pilihannya. “Saatnya mencari udara segar dan keluar dari penjara...” Pekiknya bahagia. Kemudian dengan langkah pasti ia menuju ke garasi rumah. “Motor matic pasti udah dibawa bi Inah tadi. Mobil juga udah pada dipake. Gak ada yang salah kalo gue pake mogenya kak Rio kan??” Tanya Ify entah pada siapa. Dengan keinginan yang teramat untuk keluar dari rumah, Ify segera mengambil kunci motor besar berwarna hitam ini dan memakai helm fullface milik Rio lalu membawanya pergi. Beruntungnya satpam yang menjaga gerbang sedang tak ada diposisinya. “Alhamdulillah rezeki anak soleh.” Bisik Ify yang disertai senyum bahagia. Ify membawa motor dengan kelajuan rata rata. Diotaknya sudah menentukan tempat mana yang menjadi tujuan pertamanya. Kemudian sampailah Ify disebuah kafe yang sering ia datangi dengan teman temannya. “Mbak aku pesen red pelvet dan milkshake yah 1.” Pesan Ify setelah seorang pelayan datang untuk menanyainya. “Ify??” Ify menoleh ketika namanya dipanggil. “Haii kalian semua apa kabar??” Tanya Ify pada mereka yang masih menatapnya tak percaya. “Ayo sini duduk..” Ajak Ify. “Kok lo bisa disini? Awalnya kita mau jenguk lo fy. Lo sehatkan??” Tanya Shilla khawatir. “Iya gue gak papa. Makasih lo kalian berniat jenguk gue.” Balas Ify. “Iya sama sama fy. Tumben banget Rio ngizinin kamu pergi dek. Biasanya dia protektive akut sama kamu.” Tukas Iel yang disetujui yang lain. “Bener tuh. Kok lo bisa kesini sih?” Tanya Via menyambung. “Cari Angin.” Balas Ify singkat. “Kalian udah pesen?” Tanya Ify mengalihkan pembicaraan yang dijawab anggukan oleh yang lain. “Lo kesini sama siapa fy? Kok gak ada Rionya??” Tanya Via yang sedari tadi melihat sekeliling kafe. “Rio kerja.” Jawab Ify dengan santainya. “Lo sama mama Manda?” Tanya Agni yang dijawab gelengan oleh Ify. “Gue sendirian kesini.” “Kamu naik taksi atau bawa mobil??” Tanya Gabriel kemudian. Ify menggeleng lagi. “Enggak dua duanya.” “Lo dianter supir gitu maksudnya?” Tanya Via yang mulai bingung. “Enggak kok. Ify naik motor.” “Naik motor? Motor apa?” Tanya Cakka. “Itu...” Tunjuk Ify pada motor Rio yang memang terparkir di depan kafe. “Astagfirullah...” “Astaga!” “OMG!” Vote and Comment guys!! Babies Haling
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD