The.Vi - 3

1843 Words
Theo membuka kancing baju Vivi, sehingga memudahkan ia untuk bermain dengan dua gundukan kenyal milik kekasihnya itu. "Akh.. Ayang.." desah Vivi saat Theo meremas sedikit keras Theo kembali melumat bibir Vivi, lidahnya menjulur bermain didalam rongga mulut kekasihnya dengan mereka yang saling bertukar saliva.  Satu tangan meremas sisi kiri p******a Vivi, sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk menumpu berat tubuhnya. Theo melepaskan ciumannya, ia membuka seluruh kancing pakaian Vivi dengan mengeluarkan satu p******a dari sarangnya. cowok itu mengulumnya sedikit kasar, menggigit dan menghisap p******a Vivi seperti bayi. "Akh ... Theo ... akhhhh!" desahan yang Vivi coba tahan akhirnya lolos dari bibirnya Mata Vivi terpejam merasakan kuluman dan sentuhan yang Theo buat. Tangan Theo kini menyibak rok Vivi, jarinya menggesek di area intim gadis itu. "Akh.. Theo.. yes.. Akh.." desah Vivi saat Theo sedikit menekan klitorisnya "Akh, Ayang.. milikmu sungguh nikmat" ujar Theo Theo menghentikan aksinya, ia turun dari ranjang sempit itu. Theo melepaskan celana dalam Vivi perlahan, ia tak ingin membuat Vivi merasakan sakit saat kaki yang cidera tersentuh olehnya. "Ayang, pintunya." ucap Vivi "Eh iya.. untung aja lo ingetin, Yang" Theo berjalan mengunci pintu UKS dari dalam. Lalu kembali melanjutkan aksinya dengan Vivi. "Tahan ya Yang kalo sakit." Vivi hanya mengangguk Theo melepaskan celana hingga dalamannya. Ia kembali naik keatas ranjang. Theo kembali mencium Vivi, melumat lembut bibir yang terasa manis itu. Ciumannya hanya beberapa menit, lalu Theo menurunkan ciumannya ke leher. "Aakh.." desah Vivi yang kini sudah memejamkan mata menikmati sentuhan dari Theo Kecupan demi kecupan Theo berikan, mulai dari leher turun ke d**a, Theo juga meninggalkan beberapa kissmark di d**a Vivi. Kecupan itu kembali turun hingga ke bagian sensitif Vivi. "Aakkhhh... Ayang... Enak.." desah Vivi saat Theo menjukurkan lidahnya Tanpa rasa jijik, Theo menghisap bibir kewanitaan milik Vivi. Lidahnya bermain keluar-masuk, membuat tubuh Vivi menggeliang dan sesekali menegang. "Aakhh.. Yang, gue mau.. Akhh.. Keluar.." desah Vivi yang akan mendapatkan pelepasannya "Keluarkan, Ayang.." Theo memasukkan jarinya kedalam liang kewanitaan Vivi, ia semakin mempercepat tempo gerakannya. Hingga Vivi mendesah panjang mendapatkan pelepasan pertamanya. "Aaakkkkhhh..." Theo tak menyiakan cairan pelepasan milik kekasihnya, ia kembali menghisap hingga bersih cairan itu. Kini giliran Theo memanjakan kejantanannya. Theo menaikkan kaki Vivi keatas bahunya. "Auh.." keluh Vivi "Sakit?" "Gapapa kok, gue bisa tahan" Theo melanjutkan kegiatannya lagi. Perlahan, ia memasukkan kejantanannya hingga sepenuhnya berada didalam liang senggama kekasihnya. Theo mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. "Akh.. Yang.." desah Vivi "Ouh.. s**t! Milikmu selalu sempit, Ayang." ujar Theo "Fas-.. terrr.. Akh.. Please.." rancau Vivi yang frustasi dengan gerakan perlahan dari Theo Theo sedikit mempercepat temponya, tubuh Vivi bergerak sesuai irama yang Theo buat. Dua tangan Theo menangkup p******a Vivi. Perlahan ia meremas p******a yang sedikit mengeras itu. " Akh.. Yang.. Lo bikin gue ga bisa berhenti," ujar Theo "Akh.. Ayang.. aku.. mau keluar.. lagi.." ujar Vivi sembari menatap Theo dengan mata yang sayu "Oh, s**t! Sama-sama, Yang" Theo mempercepat pompaannya, tubuhnya menegang ia sedikit menyentakkan kejantanannya agar lebih dalam masuk diliang nikmat itu. "Aaakkhhhhh..." desah keduanya saat mereka mendapatkan pelepasan secara bersama. Theo mengeluarkan kejantanannya yang basah akibat cairan percintaan mereka. Perlahan ia menurunkan kembali kaki Vivi, lalu turun dari ranjang itu. Theo mengecup kening kekasihnya. " Thanks, Ayang... gue duluan ke kamar mandi" pamit Theo Ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam UKS. Setelah selesai, Theo kembali dan membantu Vivi untuk membersihkan diri. Theo menggendong kekasihnya hingga kamar mandi. Theo membantu Vivi membersihkan diri. Sesekali ia menjahili Vivi dengan memberikan sentuhan atau kecupan. "Buruan, Yang. Keburu ada yang masuk tuh." protes Vivi "Iya, iya" Theo menyelesaikan aktivitasnya, ia kembali menggendong Vivi. Kini Theo membantu kekasihnya mengenakan pakaian seragam. Saat membantu Vivi mengenakan g-string berwarna pink, Theo mengerutkan dahinya. "Ini baru lagi, Yang?" tanya Theo sembari merentangkan g-string milik Vivi "Ya jangan digituin juga kali, Yang. buruan pakein ih." protes Vivi "Beli online lagi?" "Iya, Ayang... duh cerewet ih.." "Gue kagak suka warnanya. Besok-besok jangan pake lagi." "Hah? Terus?" "Ya buang itu." "Ya udah beliin lagi kalo gitu!" "Iya entar gue beliin satu toko" Vivi hanya memutar kedua bola matanya. Ia sedikit kesal jika barang yang ia beli, tetapi bukan selera Theo. Barang itu pasti akan ia buang, lalu Theo akan menggantinya. Theo kembali membuka kunci pintu UKS. Ia melihat kearah jam dinding. "Yang, pulang yuk." "Ya, ayok. eh, iya.. Lo kan bawa motor, Yang. Kaki gue masih sakit kalo naik motor." ujar Vivi "Yaelah, masalah motor aja ribut. gue tukeran ama Arde tadi." "Emang mobil Arde apa?" tanya Vivi "Astoge!" jawab Theo jengah, karena ceweknya yang matre "Hehe...." Theo mendengus kesal melihat Vivi. Sesaat kemudian nampak seseorang akan masuk kedalam UKS. Ceklek Terlihat Nat masuk kedalam ruang UKS, ia membawa tas milik Vivi yang tertinggal di dalam kelas. "Makasih ya, Nat." ucap Vivi "Iya, gue balik dulu ya, Vi... Theo, gue duluan." pamit Nat "Oke" jawab keduanya bersamaan Setelah Nat keluar dari UKS. Tak lama kemudian kedua pasangan ini juga memutuskan untuk pulang ke rumah Vivi. Rumah yang letaknya berada di kawasan elite tengah kota Jakarta. Theo menggendong Vivi ala bride style hingga parkiran mobil. Vivi mengalungkan tangannya keleher Theo. Selama mereka berjalan menuju perkiran, semua mata menatap iri pada kedua pasangan ini. Sampai di tempat mobil Arde berada. Theo menurunkan Vivi perlahan, ia membuka pintu mobil BMW didepannya. Vivi masuk kedalam mobil, begitupun Theo yang kini duduk di kursi pengemudi. Theo menginjak pedal gas, melajukan mobil itu hingga sampai di rumah mewah milik Vivi. Sampai di rumah, Theo kembali menggendong Vivi hingga sampai di kamar. Kamar Vivi bernuansa violet,  didalam kamar itu terdapat ranjang berukuran king size. Di sebelah ujung kanan terdapat kamar mandi yang luas, lalu disampingnya ada walk in closet yang penuh dengan koleksi pakaian dan keperluan Vivi, juga beberapa pakaian milik Theo.  Theo dengan sabar membantu Vivi berganti pakaian, dari memakaikan dalaman hingga kaos dan celana pendeknya. hal itu sudah biasa mereka lakukan setiap harinya. Setelah selesai, wajah Vivi terlihat lelah. "Yang, gue tidur dulu ya?" ujar Vivi sembari menguap "Ya udah, gue main PS ya di bawah. kalo ada apa-apa telepon aja." "Hmm, iya" Sebelum keluar dari kamar, Theo berganti pakaian terlebih dahulu. Theo menemukan satu paperbag full dengan g-string dan lingeri. "Astoge! Beli ginian lagi. oke fix emang cewek gue paling antik dah, hobi koleksi beginian ama nonton vokep." ujar Theo terkekeh Theo menggelengkan kepalanya melihat koleksi Vivi yang semakin banyak. Ia akhirnya keluar dari kamar lalu menuju ruang santai untuk bermain game. Ddrrtt... Dddrrtt... Arde is Calling... " Ada ape? " " The, lo ada waktu kagak? Kumpul bentar kuy. anak-anak lagi di club fourplay nih" ujar Arde "Kagak bisa, cewek gue sakit." "Oke deh." Tut Tut Tut Beberapa saat kemudian, terdengar bel pintu berbunyi. Ting Tong Theo berdiri dan berjalan malas menuju asal suara. Ceklek "Eh, Ami?" Seru Theo. "Vivinya ada, The? Gue mau lihat keadaan dia, katanya kakinya cidera ya gara-gara si Tutut?" "Iya, tapi Vivi lagi tidur. Kalo mau nengok langsung masuk kamarnya aja gih!" "Yaah, kalo lagi tidur masa iya gue ganggu. Gak apa-apa deh, nanti gue ke sini lagi aja. Gue titip ini deh ke elo, dia minta dibikinin sushi tadi...." "Oh, oke deh. Entar gue sampein ke cewek gue ya. Btw, thanks ya Mi kirimannya...." Tanpa berkata Ami hanya mengacungkan jempolnya seraya melenggang pergi meninggalkan teras rumah Vivi. Theo membawa bingkisan dari Ami ke dapur, ia memberitahu asisten rumah disana untuk menghidangkan makanan itu saat Vivi bangun. Bosan dengan game di ruang santai, Theo kembali ke kamar untuk menemani Vivi. Ceklek Theo ikut berbaring di atas ranjang berukuran king size itu. Ia memeluk Vivi, dan mencium pipinya sekilas. "Ehm.. Ayang.." rengek Vivi yang terganggu "Yang... lagi..." ujar Theo manja "Hmm, apanya yang lagi?" "Nenen...." "Hah?" Theo langsung saja membuka paksa kaos tipis yang dikenakan Vivi. Ia mengulum p****g p******a ceweknya sedikit rakus. Hal itu membuat Vivi mendesah penuh nikmat. "Akh.. Yang.." Vivi menarik rambut Theo saat Theo terlalu keras mengulum putingnya. "Yang, sakit.." rintih Theo saat rambutnya ditarik "Sakit b**o! Pelan aja napa sih. Kek mau kiamat aja," Theo hanya terkekeh mendengar ucapan Vivi. Ia bangkit dari posisinya lalu melepaskan pakaian yang dikenakan Vivi. "Auh.. pelan-pelan, Ayang. kaki gue masih sakit" omel Vivi saat celana pendeknya terlepas sedikit kasar oleh Theo Theo juga melepaskan seluruh pakaiannya dan melempar kesembarang tempat. "Let's play, Baby.." ujar Theo Tubuh Vivi menegang saat Theo bermain di area sensitifnya. Theo mengusap bibir v****a Vivi, dan menekan klitorisnya. "Akh.." desah Vivi Theo menindih tubuh Vivi, dengan satu tangan menumpu berat tubuhnya. Awalnya Theo memberi kecupan-kecupan kecil, sebelum ia melumat bibir Vivi. "Ehm..." desah Vivi tertahan, saat Theo memasukkan dua jarinya kedalam liang kewanitaan Vivi. Jari Theo mengaduk dengan tempo yang sedikit cepat. Tak jarang Theo sedikit memperdalam jarinya, hal itu membuat Vivi ingin mendesah lepas. Theo melepaskan ciumannya, ia kembali mengulum p****g p******a Vivi. "Aakkhh... Theo.. aku.. mau keluar.." desah Vivi yang akan mendapatkan pelepasannya Theo mempercepat gerakan jarinya, membuat Vivi semakin kencang mendesah. Tubuh Vivi menegang, desahan panjang keluar dari bibirnya saat mendapatkan pelepasan. "Aaakkkkhhhhh... Baby... again.." desah Vivi Theo tersenyum miring mendengar desahan Vivi. Ia mengeluarkan jarinya dari liang kewanitaan Vivi. Kini Theo berada di atas tubuh Vivi yang setengah duduk, ia membuat Vivi mengulum kejantanannya. "Ouh.. s**t! Terus Ayang.. Akh.. enak banget.." desah Theo saat Vivi menjilat dan mengulum kejantanannya "Ehm.." Theo sedikit menggerakkan pinggulnya, tangan Theo menarik rambut panjang Vivi kebelakang. Ia membuat gerakan maju-mundur, sehingga membuat Vivi sedikit tersedak. "Ouh.. terus, Yang." desah Theo sembari memejamkan mata, merasakan kenikmatan yang dibuat kekasihnya itu. Theo merasa akan mencapai k*****s. Ia mencabut kejantanannya dari dalam mulut Vivi. Theo kembali melumat bibir kekasihnya itu. Tangan Theo menaikkan kaki Vivi, sehingga mempermudah untuk memasukkan kejantanan miliknya. Dengan sekali sentakan, kejantanan Theo masuk sepenuhnya kedalam liang kewanitaan Vivi. "Ehm..."Desah keduanya yang tertahan oleh ciuman Theo menggerakkan pinggulnya, ia memompa tubuh Vivi dengan sedikit kasar. Vivi yang merasa kewanitaannya penuh, hanya bisa memejamkan mata sembari merasakan kenikmatan yang sedang mereka lakukan. Persetubuhan panas itu berlanjut hingga beberapa menit berlalu. Theo melepaskan ciumannya, ia kini melumat p******a sisi kanan. Sedangkan tangan lainnya meremas p******a yang lain. "Aakkhh.. Ayang... Aku mau keluar lagi.." desah Vivi yang akan mendapatkan pelepasan untuk kesekian kali "Sama-sama, Yang" Theo mempercepat gerakan pinggulnya, lalu saat tubuhnya menegang, ia memperdalam kejantanannya. "Aaakkkhh...." desah Theo saat cairan putih kentalnya keluar didalam liang kewanitaan Vivi. Theo mengecup bibir Vivi sekilas. "Makasih, Ayang" ucap Theo "Hmm, iya.. Yang, laper.." rengek Vivi Theo mengeluarkan kejantanannya, hal itu membuat Vivi sedikit mendesah. Terlihat sisa cairan percintaan mereka yang keluar dari kewanitaan Vivi. "Ada sushi dari Ami.. tadi kesini pas lo tidur, Yang" "Ouh iya.. kok ga bangunin sih Yang." "gue kagak mau jam istirahat lo keganggu, Ayang" "Ya udah, mandiin," rengek Vivi Theo menggendong Vivi menuju kamar mandi. Theo dengan sabar juga menahan agar gairahnya tak memuncak lagi, ia membersihkan tubuh kekasihnya. Setelah selesai, Theo kembali menggendong Vivi menuju walk in closet. "Yang, mau pake yang itu.." rengek Vivi sembari menunjuk pada lingeri yang baru saja ia beli "Hmm, mau lagi?" tanya Theo "Capek, Ayang! Ya udah, lo pilihin gih" Theo mengambil kaos tipis berwarna putih dan hotpants. Lagi-lagi Theo membantu Vivi mengenakan pakaiannya. Setelah itu, Theo hanya mengenakan celana pendek saja. Theo menggendong Vivi menuju dapur, mereka menikmati sushi yang Ami beri tadi. "Mbak, beresin kamar gue ya, ganti selimut ama lainnya." titah Vivi pada asisten rumah disana "Baik, Non." Asisten rumah itu langsung menuju kamar Vivi. sedangkan Vivi dan Theo tengah menikmati makananya di meja makan. *** CERITA LAIN G. A. S BISA KALIAN BACA JUGA DI EMPAT AUTHOR KECE LAINNYA. Hello Friend, I Love You! - by VGCandy My Boyfriend is a Playboy - by Gogovils Untuk cerita Ovi dan Shappira, juga Raga dan Ami sudah tidak ada Author yg menceritakan kisah mereka. Kisah mereka pure dibawakan oleh 3 Author yg masih bertahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD