The.Vi - 1

1474 Words
Algateri High School, sekolah swasta tempat berkumpulnya anak-anak pintar tapi bandel seperti GAS, Geng Anak Setan. Sekolah ini memiliki dua gedung yang berbeda dalam satu badan, SMA dan SMK. Algateri dipimpin oleh Deri Hutapea sebagai Kepala Sekolah, paruh baya bertubuh tambun yang sangat melindungi semua anggota GAS meski mereka memiliki kecacatan parah di bidang pergaulan dan sikap. Siswa dan siswi di tempat ini selalu di batasi. Lima ratus orang untuk SMA, dan lima ratus orang untuk SMK per tahun. Gedung sekolah terbagi menjadi empat tingkat. Tingkat pertama di huni oleh anak kelas sepulub dengan berbagai jurusan, tingkat kedua kelas sebelas, tingkat ketiga kelas dua belas, dan tingkat empat daerah kekuasaan para guru dan kepala sekolah. Kantin, laboratorium, aula, perpustakaan, lab komputer, dan ruangan penting lainnya berada pada tingkat pertama ada pula yang memiliki gedung tersendiri dan terpisah dari gedung utama. Sedangkan pada tingkat kedua, dan tiga menjadi wilayah khusus bagi kelas dari berbagai jurusan. Pada tingkat keempat terdapat ruang arsip, sekaligus kantin khusus para guru. Gedung SMK juga demikian, berada pada bagian timur dan hanya di batasi lapangan besar.  Theo hanya mengetahui secara garis besar dari info yang ia dapat melalui Anjiel. Untuk gedung olah raga letaknya tepat di utara gedung utama. Di dalam gedung juga terdapat sekretariat tiap ekskul, dan kamar mandi yang di buat khusus untuk para siswa yang ingin membersihkan diri selepas latihan. Disana menjadi tempat latihan untuk ekskul renang, lari, karate, dan pecinta alam. Theo lebih sering menghabiskan waktunya di gedung olah raga untuk latihan. Sementara letak papan untuk latihan panjat berada di sisi depan gedung itu. karena papan panjat memiliki tinggi lima belas meter, papan itu berada di area luar gedung. Matheo memilih jurusan Bahasa, selain karena Vivi sang kekasih. Theo memiliki prestasi di bidang Bahasa Jepang, ia sangat mahir dalam berbicara, dan juga sangat fasih dengan seluk beluk negara Jepang. Disinilah Theo berada kelas X BAHASA 1. Saat Theo masuk kedalam kelas, ia akan mendapatkan tatapan penuh kekaguman dari cewek-cewek yang satu kelas dengannya. "Yo, Arde! Lo masuk disini juga!" ujar Theo yang melihat teman masa SMP-nya "Yo bro, iya dong! Lo kan tau ni sekolah limited banget! Bokap gue aja sampek gedek masukin gue kesini!" "Hahahaha... siapa lagi nih yang masuk kelas Bahasa?" "Tuh ada Ahmad, Dimas, sama Ando." "Gue kirain kalian kagak mampu masuk sini, hahaha. ya udah, gue duduk deket jendela paling ujung!" ujar Theo yang melangkah menuju kursi tempatnya singgah Empat orang yang dekat dengan Theo adalah kaki tangan sejak mereka masih SMP. Dan hingga sekarang, keempatnya masih setia pada Theo. Mereka mendekati Theo yang duduk di kursi singgahsananya. "Lo masih ikutan pecinta alam, The?" tanya Ahmad yang duduk disamping kanannya "Iyalah! Gue kan atletnya, mamad!" "Ahmad.. nama gue Ahmad!" bantah Ahmad yang tidak terima namanya salah sebut "Suka-suka gue lah! Nape lo yang sewot? Mulut-mulut gue!" "Iya, iya.. maaf bos!" "Hah? Apa? Gue kagak denger!" "Maaf, bos!" ucap Ahmad sekali lagi Theo hanya tersenyum miring menanggapi ucapan Ahmad. "Oya, lo masih pacaran gitu ama Viana?" tanya Ando "Masih kok, kenapa?" "Langgeng amat, kan si Viana matre, bro!" BUGH Satu tinju tepat bersarang di wajah Ando. Wajah Theo menjadi merah karena emosi. Arde dan Ahmad berusaha menenangkan Theo. Mereka tahu jika berurusan dengan Theo pasti anak GAS akan turun tangan. "Sans, bro. Ando cuma asal nyablak tadi!" ujar Arde "Berani lo bilang kayak tadi, gue pastiin detik ini juga lo bakal ditendang dari sini!" ancam Theo Siswa lain yang melihat hanya bisa tercengang. Mereka tidak akan berani mendekati Theo yang sedang marah. Dan tepat setelah itu lonceng tanda pelajaran dimulai berbunyi. Setelah situasi tenang, Theo kembali duduk dan melihat ke arah ponselnya. Ia melihat chat grup w******p yang sudah menumpuk.    Chat Grup [G.A.S]    Opik 'GAS' : Masih idup lo semua?    Raga 'GAS' : Gue udah mati.    Opik 'GAS' : Anjelina Jolie mane? Gue denger dari Lia si Tuti masuk sini.    Oris 'GAS' : Gue juga denger dari Rhea. Tadi ada SS dari grup cewek-cewek.    Anda : Summon @Anjelina Jolie ... woiiii Penjahat Kelamin, masih idup apa udah innalillahi ?    Anjeli 'GAS' : Apa, sih? Baru juga gue tinggal bentar udah pada kangen. Masalah Nenek Dukun, gue udah utus salah satu selir buat nyari info. Theo kembali memasukkan ponsel kedalam saku celananya. Ia memilih memejamkan mata daripada mendengarkan wali kelasnya memperkenalkan diri. Sedangkan di kelas X BAHASA 2, Vivi mendapatkan banyak kado dari beberapa kakak kelas yang mengaguminya. Mengagumi Vivi tidak semudah mendapatkan bunga yang tinggal dipetik. Berani mendekati Vivi tentu harus berani mengeluarkan uang banyak. Meski dari keluarga kaya, Vivi tergolong cewek yang matre. Dan hanya Matheo yang selama ini bisa menuruti semua kemauan Vivi jika ia sedang badmood. Vivi sedang duduk di bangku nomor tiga dari depan dan tepatnya di dekat jendela. Ia bingung akan dikemanakan  kado itu. "Cie Vivi..." seru salah satu temannya "Apaan sih, Nat! Nih, bagiin kesemua anak di kelas! Gue kagak butuh barang murahan gitu! Ayang Theo bisa kasih gue yang lebih dari itu!" ujar Vivi kesal Natalia salah satu teman Vivi di kelas, ia selalu menempel pada Vivi seperti anak anjing. Hal itu di manfaatkan oleh Vivi agar Natalia menjadi kaki tangannya. Selain Natalia, Vivi juga dekat dengan dua cewek lain. Mereka adalah Gea dan Dinda. "Vivi, lo jadi ketua tim cheerleaders lagi nih?" tanya Dinda "Iya, Din. kalian ikut cheerleaders - kan?" "Yoi" jawab ketiganya Beberapa saat kemudian loncengpun berbunyi, tanda bahwa pelajaran akan segera dimulai. Semua sisawa duduk dengan rapi di bangku masing-masing. Mereka mengikuti hari pertama sekolah dengan baik dan tanpa membuat onar. *** Gedung Olah Raga SMA - tempat latihan ekskul pecinta alam Theo baru saja selesai latihan wall climbing, tubuh atletisnya terpampang di hadapan seluruh cewek yang ada disana. Meski Theo sudah sangat pro dalam olah raga ini, tetapi ia juga masih membutuhkan latihan agar badannya tetap bugar dan tekniknya meningkat. Theo mendekati Vivi yang duduk di halaman gedung olah raga. Vivi selalu menunggu kekasihnya untuk latihan, itupun jika ia sendiri sedang tidak ada kegiatan ekskul. "Yang, ambilin minum dong!" "Ambil sendiri kenapa sih! Manja banget jadi orang!" "Ayang, romantis dikit napa sih! Diliatin banyak orang tuh! Kan jadi malu," ujar Theo Vivi hanya memutar bola matanya, ia sedang serius membaca buku novel karya Agatha Christie. Tanpa melihat ke arah Theo, Vivi memberikan sebotol air mineral. Theo yang melihat kekasihnya lebih memperhatikan buku mulai berpikir untuk menjahilinya. "Eh.. Karina!" seru Theo sembari melirik ke arah Vivi Vivi yang mendengar suara genit Theo, langsung menatap tajam kekasihnya itu. Vivi melempar Theo dengan sepatu yang ada disampingnya. "Auh.. AYANG!" teriak Theo "APA!" bentak Vivi Theo yang mendengar bentakan Vivi, hanya bisa diam dan memilih tidur di pangkuan Vivi. "Yang, pengen!" rengek Theo "Masih banyak orang, Ayang!" "Pulang yuk!" "Gak! Gue mau ngemall!" "Hah! Lagi?" "Salah sendiri bikin mood gue jelek!" "Astoge, Yang! Iya, iya maaf! Emang mau beli apa lagi?" "Buku" "Owh,oke! Berangkat sekarang?" "Lo aja belum kelar!" "Ya udah, gue mandi dulu ya?" "Ya udah sono!" Theo mengambil tasnya, lalu ia berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam gedung olah raga, lebih tepatnya di samping sekretariat ekskul Renang. Tanpa sengaja saat Theo akan masuk kedalam kamar mandi, ia melihat sepasang kekasih sedang b******a. "Akh.. Terus babe! Akh.." desah cewek yang berposisi menungging Sedangkan cowok yang bersamanya tengah memompa tubuh cewek itu dari belakang. Tubuh mereka setengah telanjang, hanya bagian bawah saja yang mereka turunkan. Saat si cowok akan mendapatkan pelepasannya, Theo pun berulah. "EHEM!!" dehaman keras Theo membuat pasangan itu meloncat karena terkejut. "ANJING!!" teriak si cowok yang terkejut Mata mereka terbelalak melihat Theo yang berdiri di dekat wastafel. Mereka tergesa-gesa merapikan seragamnya. Keluar tanpa melihat ke arah Theo yang sudah mengganggu percintaannya. "Dasar k*****t! Jadi berdiri kan dedek gue!" gerutu Theo Theo mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ia mencari nama Ayang Vivi di kontak. Calling Ayang Vivi... "Ayang!" "Ada apa?" "Tolongin gue! Aduh... Sakit, Yang!" "Loh! Yang! Lo kenapa?" tanya Vivi panik "Buruan, Yang... S-sakit!" Tut Tut Tut Theo tersenyum puas bisa menjahili kekasihnya. Tak lama setelah itu, Vivi datang dengan napas yang terengah-engah. Karena jarak dari tempat Vivi menuju kamar mandi cukup membuat peluh membasahi wajahnya. Matanya menelusuri setiap sudut di kamar mandi. "YANG!" panggil Vivi dengan keras Ada lima sekat didalam kamar mandi itu. Vivi memberanikan diri untuk masuk, dan melihat ke dalam kamar mandi khusus cowok itu. Ia membuka satu persatu pintu di kamar mandi itu. Saat Vivi akan membuka pintu terakhir, tiba-tiba Theo memeluknya dari belakang. "Ayang, dedek bangun! Suruh bobok lagi gih!" bisik Theo tepat di telinga Vivi Theo mengecup leher Vivi perlahan. Membuat tubuh Vivi menegang, dan berbalik arah menghadap Theo. Theo tidak menyiakan waktu, ia langsung saja melumat bibir Vivi sedikit kasar. Ciumannya semakin dalam, hingga mereka saling bertukar saliva. Lidah Theo menjulur masuk kedalam rongga mulut milik Vivi. Saat ciuman itu semakin membuat Theo b*******h, tiba-tiba saja... BRAK Suara tumpukan kickboard jatuh berserakan di lantai. Theo spontan melompat dan mengumpat sekencang mungkin. Ia melihat keluar kamar mandi, memastikan siapa yang berani menganggunya b******a. "Meong" "Bangke!" umpat Theo "Hahahahaha.. udah ahh.. Buruan mandi! Gue tunggu di depan!" ujar Vivi yang berjalan melewati Theo "Yang! Belum kelar, gimana sih!" "Solo sana! Kalo mau lagi, entar!" Theo berdecak kesal, ia masuk kedalam kamar mandi, dan mengguyur tubuhnya dengan air. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD