CHAP 2

1334 Words
Freya duduk diam dengan buku yang di pegang nya sekarang, perpustakaan sekolah nya tampak sepi siang ini. Tangannya mengepal dengan tatapan tajam yang terarah pada rak-rak buku didepannya. Freya ingat saat tadi pagi jovan menariknya ke ruang fitnes di rumahnya dan langsung menghimpit tubuhnya di dinding, mencium bibirnya hingga lecet seperti sekarang. Kakaknya sungguh berengsek, lima tahun tidak bertemu dan langsung melecehkannya. Freya bersumpah akan mengadukan semua perbuatan jovan tadi pagi pada orangtua nya. Tadi pagi jovan menariknya, mencium bahkan memberikan kissmark diarea leher nya, membuatnya menangis dan mengumpat kasar, membuatnya juga terlambat ke sekolah dan di hukum. "s**t" freya mengumpat pelan, lalu menutup buku nya dengan kasar sampai membuat beberapa murid menatap ke arah idola baru itu. Freya bangun dari duduk nya, berjalan dengan wajah dingin nya. "Are you oke, frey?" Adrian, lelaki tinggi yang merupakan sahabat freya sejak smp itu menepuk bahu freya, lelaki yang juga pernah di pukul jovan dulu. "Cuma capek aja" freya menjawab. Adrian berjalan di samping freya. "Gimana singapur, seru banget kayak nya gue lihat dari postingan lo" adrian tidak menampik kalau sebenarnya dia juga punya perasaan pada freya. "Enggak seru banget juga, lo sih enggak pengen ikut. Kan enggak ada yang gue suruh" freya berkata. "Sorry, gue enggak bisa absen dari acara keluarga frey" "Antar gue ke studio pas pulang sekolah" "Siap" [] Jovan memegang bibir bawahnya sambil duduk di kursi kerja nya, hari ini hari pertamanya menjabat sebagai direktur bersama alex. Jovan ingin mengulang kejadian tadi pagi saat adik kesayangan nya itu baru pulang dan dia berhasil menciumnya. Jovan memang sering mencium freya tapi rasanya berbeda saat tadi pagi ia mencium bibir sensual adiknya itu dengan sedikit menggebu walaupun akhirnya freya menangis dan menamparnya. Jovan melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, jovan sudah memutuskan kalau freya akan dia antar jemput mulai sekarang, walaupun alish bilang kalau freya sudah lihai menyetir bahkan berangkat sekolah sendiri, tapi bukan jovan namanya kalau tidak sama seperti ayah ataupun kakak nya. Sama possessive. Dan yang pasti jovan juga akan mengatur pekerjaan preya, atau kalau bisa jovan akan membuat freeya keluar dari dunia entertain. Jovan hanya mengangguk kecil tanpa senyum pada setiap karyawan yang menyapa nya, lelaki itu melangkahkan kaki nya menuju lift. "Jo, ini baru jam tiga siang" alex menepuk bahu jovan, dengan kening yang berkerut bingung. "Kita punya rapat jam setengah empat" "Gue sudah janji sama frey, bang. Mau jemput dia" jovan jelas berbohong. "Oh, emang ya freya itu manja nya ke lo doang" alex terkekah "yaudah gue undur rapat nya jadi jam empat, jadi lo bisa punya waktu makan dulu sama freya" "Makasih ya bang" jovan tersenyum. "Gue duluan" Alex hanya menganggukkan kepalanya Jovan langsung masuk ke mobilnya saat sampai di parkiran, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga dua puluh menit dia sampai di depan sekolah freya. Ada banyak mata yang menatapnya saat dia keliar dari mobil dan berjalan mencari arah kelas adik nya itu. "Udah baca akun gossip pagi tadi enggak?" "Freya?, gue dengar lagunya masuk billboard" "Iya, padahal suaranya biasa aJa, dia juga udah gugur di posisi enam besar, tapi yang famous malah dia" "Jelas lah, dia anak orang kaya. Lo lupa nama belakang nya. Dimitrio" Jovan melangkahkan kaki nya mendekati tiga gadis yang sedang menggosip adik nya. Ketiga gadis itu merasa tercekat sekaligus terpesona dengan kedatangan jovan. "Saya harap kalian enggak membicarakan adik saya lagi" jovan berkata dan ketiga gadis itu mengangguk dengan takut. Jovan menghela nafasnya, mata tajam nya melihat freya yang baru turun dari tangga bersama seorang teman lelaki nya. Pandangan jovan menggelap melihat bagaimana lelaki itu merangkul freya. Langkah freya terhenti saat melihat jovan tersenyum ramah pada nya. Freya merasakan sesuatu yang buruk di balik senyum ramah yang di tunjukan jovan pada adrian. "Pacar kamu frey?" Jovan bertanya lalu mengulurkan tangannya pada adrian. "Adrian, siapa ya?" Adrian menyambut uluran tangan jovan. "Jovan, kakaknya freya" jovan menjawab, tubuh adrian seketika menegang lalu mulai mencoba rileks lagi. Adrian ingat dulu jovan memukulnya sampai di rawat di rumah sakit selama dua minggu. "Bu..bukan. adrian bukan pacar ku" freya menjawab cepat. "Oh, bagus lah. Freya belum boleh pacaran" jovan berkata lalu mengulurkan tangannya mengusap rambut freya. "Aku di jemput kak nara, aku harus rekaman lagu baru" freya berkata. "Abang antar" jovan merangkul freya. "Adrian, duluan ya" Tubuh freya menegang saat jovan mencengkram bahu nya cukup kuat sambil membawanya berjalan menjauhi adrian yang menatapnya dengan kening berkerut. [] "Abang gila" freya membentak saat mereka sampai di depan gedung agency freya. "Kamu mau abang hilangin jari si adrian itu?" Jovan menatap freya tajam. "Kita lihat aja, nanti malam siapa yang akan daddy percaya. Aku pastiin abang di kirim ke RUMAH SAKIT JIWA" "FREYA" jovan membentak, membuat freya terdiam. "Mau taruhan?" Freya masih diam, keringat dingin mulai membasahi tangannya. "Siapa yang malam ini bakalan ke kamar abang dan memohon" "Ku pastiin, abang yang bakalan di pukulin daddy sama bang al" freya turu  dari mobil jovan dan membanting pintu mobil nya. Jovan menyeringai, lalu mulai menjalan kan mobil nya menembus jalanan ibu kota. Jovan tidak pernah menarik kalimatnya, jovan tidak pernah main-main dengan apa yang di ucapkan nya. Jovan menyambungkan sambungan telponnya pada seseorang yang sudah lama di kenal nya sebelum pergi ke amerika. [][][] Freya tersenyum saat rekaman lagu baru nya hari ini selesai, walaupun ada beberapa yang menanyakan sudut bibir nya yang luka. Rasanya freya ingin menjambak rambut jovan, tapi keberanian membentak saja hanya seujung kuku. "Arrrggggh" freya meninju udara di depannya "kak, gue rasanya mau ngebunuh orang" "Bunuh aja kecoa" nara menjawab asal. "I hate my brother" freya menghela nafas nya "kak, hape gue" Nara hanya menggelengkan kepalanya, lalu menyerahkan handphone freya. "Gue kesal kak, bang jo gila" freya berkata. "Lo tuh syukur punya abang seganteng jovan. Dasar anak SMA" nara mengacak rambut freya. "Bentar lagi gue lulus kak" freya menjawab. Lalu mengecek sosial media nya. Chat dari grup sekolah nya membuat freya mengerutkan keningnya bingung, sampai akun media sosial sekolah nya menjadi trending. Tangan freya gemetar membaca berita dari akun gossip sekolah nya, freya membaca ulang keributan di grup chat kelas nya. "Frey?" Nara mengguncang bahu freya. [HOT] Siswa SMA di temukan tidak sadarkan diri di pinggir jalan dengan tubuh penuh luka sayat. [HOT NEWS] Siswa SMA penuh luka sayat di bagian lengannya. - Adrian, siswa yang di temukan penuh luka di pinggir jalan. Freya melempar handphone nya dengan tangan yang gemetar setelah melihat berita yang baru saja muncul jadi hot news. "Lo baik-baik aja frey?" Nara bertanya dengan kening yang berkerut. "G..gue pulang sekarang kak" freya berkata. "Bentar, gue antar" nara menjawab. Freya mengangguk. Jovan benar-benar psyco. Adrian teman yang baik, dia juga tidak punya masalah dengan siapa pun, tidak mungkin ada orang yang setega itu selain jovan, si iblis berwajah malaikat yang merupakan kakaknya itu. [] Jovan tersenyum sambil mengjitung mundur dari angka sepuluh dalam benak nya. Tidak lama freya pasti berteriak marah padanya. Jovan tidak membunuh teman freya, hanya menyayat tangan yang berani menyentuh bahu adiknya itu saja. Paling untuk satu bulan, lelaki bernama adrian itu akan berada di rumah sakit. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 BRAAK. Freya membuka pintu kamar jovan dengan kasar. "ABANG" Jovan tidak pernah salah. "Iya, sweety?" Jovan tersenyum miring "oh iya, tutup pintu nya kalau kamu mau main ke kamar abang" "Abang kan yang ngelakuin itu sama adrian?" Freya mengepalkan tangannya "Kamu nuduh abang?" Javier balas bertanya. Freya mundur selangkah saat jovan bangun dari duduk nya dan melangkah mendekatinya. Freya ingin berlari pergi, tapi tangannya sudah di tarik sampai freya menabrak d**a bidang jovan. Jovan memeluknya, mengusap rambutnya. Membuat tubuh freya menegang.. "Abang enggak ngebunuh dia, cuma memperingatkan dia" jovan berbisik "kamu harusnya bersyukur kalian enggak pacaran" "Kalau enggak, dia mungkin sudah tinggal jasad" jovan melanjutkan kalimatnya, membuat tubuh freya gemetar. Jovan tersenyum manis melepaskan pelukannya dari freya, menatap adiknya yang kini tanpa sadar sudah meneteskan air matanya. "Cukup turuti semua apa yang abang bilang" jovan menangkup pipi freya mencium kedua matanya. "Dan orang-orang di sekitar kamu aman" "Aku adik abang" freya berkata pelan. "Say you love me!" Jovan berkata dengan lembut. Freya terdiam dengan tangan gemetar yang mencengkram kemeja jovan. "I..i love you" freya menjawab pelan. "Now, you're mine" jovan mengecup singkat bibir freya. "Psyco" freya membatin. .................................Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD