chapter 2

1247 Words
Ilona mendekati Eara yang sedang menata meja di gazebo. Ilona berjalan perlahan dan memeluknya dari belakang, membuat wanita itu berbalik karena terkejut dan tersenyum pada gadis kecilnya. Eara membalas pelukan Ilona dan mencium pipinya. Ilona pun segera mengambil tempat duduknya di samping Farensa, kakak iparnya. Tidak berapa lama seorang pria juga memeluk Eara dan memberikan ciuman di bibir tanpa ragu. Seakan tidak peduli pada tiga anak dan menantunya. “Dad, apa aku masih akan memiliki adik di umur segini?” suara anak bungsunya membuat Adrel menoleh dan menatapnya tajam. Tapi itu tidak akan pernah berpengaruh pada Fivel. Fivel tidak pernah takut pada siapapun dan apapun, apalagi ayahnya yang sangat memanjakannya sejak kecil. Tapi dengan tiba-tiba satu pukulan terasa di kepalanya. Baru saja Fivel ingin membalas, wajah kakaknya yang terlihat selalu tenang dan santai membuatnya terhenti.    “Jaga bicaramu saat di depan dad dan mom,” ingat kakak sulungnya itu. Fivel hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan ke meja gazebo. Kakak sulungnya itu memberikan ciuman pada Eara dan Ilona, lalu mengambil bangku di samping seorang wanita berambut coklat dan bergelombang. Dan seperti ayahnya tanpa ragu ia memberikan kecupan di ujung bibir istrinya itu. Fivel hanya menggelengkan kepalanya dan duduk di samping kakak perempuannya. Tapi terkadang orang selalu salah mengira, karena tubuhnya yang lebih tinggi dan lebih besar dari kakaknya ini Jadi orang-orang sering menyangka kalau ia adalah anak tengah, sementara kakaknya ini anak sulung. “Pagi...” sapa Fivel pada Ilona, sambil mengacak rambutnya. “Fivel! Berapa kali aku bilang, jangan menyentuh rambutku!” gerutu Ilona.dia akan selalu memulai paginya dengan pertengkaran bodoh dengan adiknya yang selalu suka mengganggunya. Seperti mengacak rambutnya, karena itu akan membuat Ilona sangat kesal dan merajuk.   “Fivel, berhenti mengganggu kakakmu,” ucap Eara dengan nada lembut. Fivel pun berhenti dan mengambil sarapannya. Ilona hanya meminum juice yang di buat oleh mommy dan memakan satu egg benedict. “Pantas saja kamu tidak pernah tumbuh besar, kamu terlalu irit saat makan,” ejek Fivel. “Itu bukan karena aku irit, tapi karena aku memang keturunan mommy yang memiliki tubuh mungil,” gerutu Ilona pada adik kecilnya. “Setidaknya mommy makan lebih banyak ketimbang kamu,” balas Fivel. Pertengkaran Fivel dan Ilona akan terjadi sepanjang hari setiap kali mereka bertemu. Fidel memiliki adik saat ia sudah berusia tujuh tahun dan saat itu dia sangat senang akan memiliki teman bermain. Jadi Adrel dan Eara bisa membimbingnya dengan sangat baik. Sementara jarak Ilona dan Fivel hanya kurang dari dua tahun, jadi keduanya terlihat seperti musuh bebujutan jika bersama. Berebut mainan, saling mengejek, dan tentunya keduanya tidak akan berhenti sebelum ada yang menangis. Eara dan Adrel hanya akan tertawa melihat kedua anaknya itu, sementara Fidel menggelengkan kepalanya. “Sebelum mengejekku sebaiknya kamu ngaca, usia kamu baru delapan belas tahun, tapi tubuhmu sudah seperti om-om tua!” ledek Ilona. Semuanya pun tertawa karena ejekan Ilona pada Fivel. Dan Fivel pun tidak merasa tersinggung sama sekali. Jam sudah menunjukkan pukul pukul delapan, Fivel menghabiskan sarapannya dan bangkit. Dia mengacak rambut Ilona, mencium pipi Eara dan pamit pergi pada semuanya. “Fivel!” teriak Ilona seraya melempar satu buah anggur yang langsung di tangkap Fivel dan langsung di makannya. Ilona menatapnya kesal dan bersungut. Dan kini semua ganti menertawakan Ilona dan membuatnya semakin bersungut. “Aku pergi dulu ya,” Ilona sudah berniat untuk pergi, tapi suara Adrel membuat Ilona kembali terhenti dan menatap ayahnya itu. “Dad akan antar kamu ke kampus,” ucap Adrel. Namun, Ilona mengelak dan memilih untuk pergi ke kampus sendiri dengan supir. Namun, Adrel masih tidak bisa melepaskan Ilona untuk saat ini. Dia merasa takut melepaskan putrinya itu sendiri keluar sendiri. “Sayang, ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu,” tutur Adrel agar putrinya itu mengerti. Tapi putrinya itu tidak juga mengerti dan menatap ayahnya dengan kesal.   “Dad, aku sudah sembilan belas tahun, bahkan bulan depan aku sudah dua puluh tahun! Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil,” rutuk Ilona. Dia kesal dengan sikap protektif ayahnya. Apapun itu yang sedang atau akan terjadi, toh ayahnya sudah membuat benteng yang hampir tidak akan bisa di hancurkan oleh siapapun. Tapi ayahnya ini sungguh-sunguh berlebihan. Dan itu membuat Ilona sedikit jengah dengan sikap ayahnya itu. Lagi juga dia sudah besar dan banyak ada supir dan pengawal yang akan dengan setia mengantarnya kemana pun. Apa itu belum cukup? “Sayang,” “Dad, i know you love so much! Me too! But please, let me be do it yourself.” Ilona melihat ada sedikit kekhawatiran di wajah Adrel. Ilona menghela napas dan menghela napas. “Daddy sudah menyuruh seorang pengawal untuk mengikutiku, bukankah itu sudah cukup aman? Apa aku hanya boleh berada di rumah? Apa aku tidak boleh pergi dengan teman-temanku? Dan kapan aku bisa bebas tanpa kekhawatiran daddy?” Melihat pertengkaran suami dan putrinya itu, Eara pun berdiri dan menengahi keduanya. Dia memiliki tiga anak dengan tiga kepribadian yang berbeda. Fidel yang tenang dan mudah mengendalikan diri, Fivel yang lebih santai terlihat santai dan tidak pernah memikirkan apapun, hanya saja untuk anak ketiganya itu tidak ada yang boleh menyentuhnya. Fivel pernah menghajar seorang anak laki-laki yang mengganggu Ilona dan itu membuatnya sangat pusing dan harus berbicara dengan perlahan dengan Fivel. Sementara putrinya ini memiliki sifat keras kepala yang sama seperti ayahnya sendiri. Mendekati keduanya, Eara menyentuh bahu Adrel dan memintanya untuk pergi ke depan lebih dulu. “Mom, kenapa dad selalu seperti itu?” tanya Ilona dengan jengkel. Eara tersenyum seperti malaikat seakan mampu menghilangkan seluruh emosi orang-orang di dunia ini. Dia membelai rambut putrinya dan berjalan ke depan bersama. “Mommy tahu, sikap daddy sangat menjengkelkan dan mom pun merasakan itu. Tapi coba sekali kamu berpikir, kalau kamu sangat beruntung karena kamu memiliki orang yang menjaga kamu. Coba kamu bayangkan kalau kamu hidup tanpa daddy,” perkataan Eara membuat Ilona sedikit mereda. Dia mendengus dan menundukkan kepalanya.  “Mom akan bicara pada daddy nanti, tapi sekarang sebaiknya kamu pergi dengannya dulu, oke?” ucap Eara. Ilona menganggukan kepala dan memeluk Eara.   “  Eara mengantar Ilona ke depan dan memasuki mobil Adrel. Ilona merengutkan bibirnya merasa tidak senang cara ayahnya yang selalu ingin mengatur semuanya. Adrel mencoba membujuknya dengan kata-katanya yang sangat lembut dan membujuk. Bagi Adrel hanya dua wanita yang bisa membuatnya kelimpungan jika mereka merajuk. Dan tidak lain adalah istrinya dan putrinya. Adrel mencoba menyentuh rambut putrinya dan membelainya perlahan. “Dad tahu kamu bisa menjaga diri dengan baik, karena kamu adalah putriku,” ucap Adrel dengan suara lembut.” Tapi dad juga punya kewajiban untuk menjaga kamu,” tambahnya. Ilona mendengus dan menyandarkan kepalanya di bahu Adrel dan merasakan ciuman ayahnya itu di kening. Ilona menghela napas dan merasa pasrah menjadi seorang putri dari Garwine.   Ilona menatap kaca mobil dan memperhatikan jalanan ibukota yang cukup padat. Pekerjaan daddy yang sudah mencakup di berbagai tempat, membuat dia harus berpindah tempat dari satu negara ke negara lain. Sewaktu kecil Ilona tinggal di inggris, saat beranjak remaja dia pindah ke eropa, malaysia dan beberapa negara lainnya. Dan kini, ayahnya itu memilih untuk menetap di Indonesia, tepatnya di Jakarta. Karena menurut Adrel, Indonesia adalah tempat yang sempurna untuk mengibarkan perusahaannya. Dan kini ia sudah membuat beberapa tempat wisata, penginapan, tempat hiburan, pusat perbelanjaan dan yang paling baru adalah restoran.   Ilona masih menyandarkan kepalanya di bahu ayahnya dan tanpa sengaja ia menatap kaca spion. Ia melihat Abimana, pengawal barunya duduk bersebelahan dengan supir. Tatapan matanya terlihat nyalang menatap jalanan ibukota yang terasa amat padat. Ilona tidak menyukai tatapan dingin pria itu. Bukan karena dia takut, pria itulah yang harus takut padanya. Karena ia adalah Ilona Garwine, yang bisa melakukan apapun yang dia mau. Hanya saja Ilona merasa pria itu akan membuat masalah dalam kehidupannya. Dia terlihat tidak takut pada siapapun, bahkan pria itu dengan berani menatap Ilona saat di ruangan Adrel tadi. Bagi Ilona laki-laki ini adalah masalah yang harus ia selesaikan.   ****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD