bc

BUT IT'S YOU (END)✅

book_age16+
919
FOLLOW
9.6K
READ
love-triangle
friends to lovers
independent
CEO
sweet
bxg
mystery
city
first love
like
intro-logo
Blurb

Novel (16+) - INDONESIA - TAMAT

(Main Character : Dave dan Anne)

Jujur pada perasaan. Sesulit itu kah?

Anne dan Dave bertemu di tahun terakhir mereka kuliah di New York. Sedikit masalah, berpisah, dan lalu bertemu kembali pada satu tempat kerja di pulau Bali.

Pembuktian rasa bergelut dalam satu ruang kerja. Benih hati dari masa lalu belum sepenuhnya sirna. Dave dan Anne bertemu kembali dengan beribu kecamuk kisah masa lalu.

Bagaimana mereka bersikap? tidak mudah.

Mereka mencoba berdalih, tapi kenyamanan tahu dimana ia berada, tanpa dusta.

Belajar menyelami satu sama lain, sekuat apapun penolakan, cinta tetap bertahta.

Lalu bagaimana cara mereka saling menjaga saat ada satu rahasia yang sama sekali tidak mereka tahu sebelumnya?

Rasa yang masih terpatri di relung hati, hanya perlu memberi bukti.

__________________

Anne - "Tolong menjauh, aku benci lelaki."

Dave - "Silahkan marah, selama itu kau, aku akan baik-baik saja."

__________________

David Andika Brent

Dianne Zhafir

Arslan Gimawan

__________________

Happy Reading.....

__________________

(KARYA ORIGINAL, BUKAN BAJAKAN DAN JANGAN DIBAJAK)

chap-preview
Free preview
PART 1
Langkah Anne di lobby G-Hotel membuat beberapa orang berseragam di sana menegang seketika. Dia berdiri di depan resepsionis. Memperhatikan ekspresi pelanggan yang datang dan pergi. "Marry, kau tak akan rugi jika menambah satu ketulusan lagi pada senyummu. Jangan buat mereka sibuk menerka raut mukamu dan melupakan kebaikan hotel ini." "Maaf. Akan saya perbaiki.", jawab wanita di belakang meja resepsionis. "Lakukan mulai sekarang." Anne berbalik dan saat dua langkah dia beranjak, dia berbenturan dengan sesuatu. "Aaw..." Cairan berwarna merah membasahi crape blezer putih milik Anne. Seketika ekspresi marah datang di wajahnya. "Maaf, Miss. Saya buru-buru.", ucap wanita di hadapan Anne. Separuh tenaga dia mengendalikan emosi karena sedang berada di tengah keramaian. "Apa ini?" "Mmhh... Welcome drink untuk tamu VIP." Anne memperhatikan ketakutan wanita di depannya dengan datar. Anne berpikir sekilas untuk memilih tindakan. "Ganti minuman itu dan pastikan kau sudah kembali ke tugasmu di lobby ini dalam tiga menit." "............" "Sekarang dan sudah berkurang tiga detik, Nona." Wanita itu terkejut dari rasa bingungnya dan segera menatap Anne dengan tajam. "Baik. Saya laksanakan.", dengan berlari, dia mengucap komat-kamit di mulutnya. Anne bergerak menuju ruangan HRD untuk membereskan kekacauan di bajunya. "Ada masalah, Miss.?" Anne tak menjawab asistennya. Dia hanya memperhatikan wanita itu dengan teliti. Satu ide keluar begitu saja. "Lena, lepaskan blezermu untukku." "Maaf?" "Haruskah kuulangi? Waktu kita tak banyak." "Oh...maaf saya baru melihat noda itu sekarang, Miss. Baik, saya lepaskan." "Thank you. Apa Tuan Arslan sudah kemari?" Sosok lain muncul. "Dia cukup sadar saat kau mencarinya.", ucap lelaki di belakang Anne. Arslan menunjukkan wajah datar saat memasuki ruangan dan melihat Anne berbenah. "Oh God.", Anne terkejut saat mengganti blezernya dengan milik Lena. "Tuan.", kata Lena untuk menyapa Arslan. Lena beruntung dengan keputusannya tadi pagi untuk memilih kemeja sesiku yang terlihat sopan tanpa blezer. "I am here, Ann. Ayo, tamuku sudah di lobby." "Oke.", jawab Anne singkat. Anne berjalan di belakang Arslan dengan menata kembali pakaiannya. "Aku harap dia bisa diandalkan karena untuk mendapat sambutanku sungguh bukan hal mudah.", ucap Anne. Mereka masih berjalan menuju lift untuk turun ke lobby. "Aku yakin dia tak mengecewakan." "Make sure, Ars. Aku ikuti maumu." "Hey, apa nanti malam kita bisa makan malam?" "Tidak, terimakasih. Aku kehilangan nafsu makan beberapa waktu ini." "Pastikan hal itu tidak mengganggu kinerja dan kesehatanmu." "Sure, Sir." "Just, Ars. Disini tak ada orang lain." "Oke." Jawaban pendek Anne menutup percakapan itu. Anne dan Arslan berjalan menuju lobby menghampiri seorang lelaki dengan setelan kerja yang cukup indah di mata para wanita. Anne bisa menilai dia orang yang pantas memiliki koneksi dengan Arslan dari harum parfumnya. Namun, saat lelaki itu berbalik.... Anne terpaku. "Dave... Welcome to Bali.", Arslan memeluk lelaki itu dengan akrab. Anne tetap pada keterpakuannya hingga bertatap langsung dengan mata tajam lelaki yang bernama Dave itu. "David Andika Brent.", dia mengulurkan tangan kepada Anne. "Welcome Mr. Brent. Saya....." "Dianne Zhafir. Aku masih ingat.", ucap Dave yakin. Anne tercekat dan mengatupkan mulut lebih rapat. Arslan tampak terkejut dengan dua orang di depannya yang sudah saling mengenal. "Terimakasih untuk ingatan itu.", jawab Anne. "Wait. Kalian saling kenal?", tanya Arslan. "Beberapa kisah dan beberapa waktu. Ya, aku mengenalnya.", Dave berkata tanpa banyak ekspresi. "Woow, aku terkejut dan aku ingin mendengar kisah itu.", jawab Arslan. "Bukan disini karena kau memiliki ruangan terindah yang bisa kita gunakan, Ars.", Anne menyela. "Ars?", Dave tampak bingung mendengar Anne memanggil Arslan. "Dave, dia bukan hanya manajer personalia disini, dia temanku mulai saat ini." "Mulai beberapa waktu lalu sebenarnya.", Anne membenarkan. "Ya, percaya padanya, Dave." "Oke, tidak penting kapan kalian berteman karena aku disini hanya untuk tahu bagaimana memulai pekerjaanku." "Baik, Mr. Brent. Kita menuju ruangan Mr. Arslan Gimawan.", potong Anne cepat. Ruangan dengan nametag General Manager tertera disana. Arslan memiliki posisi baik di G-Hotel karena kegigihannya dalam bekerja dan silsilah dalam keluarga yang menyatakan dia sebagai anak lelaki dari Cokro Gimawan sang pemilik hotel bintang lima itu. "Seperti yang sudah kita bahas. Kau akan menjadi FOM disini. Front Office Manager yang telah ditinggalkan pemiliknya untuk menikah. Aku tak habis pikir kenapa dia berhenti hanya untuk menikah?", ucap Arslan. "Tidak semua orang sepertimu, Ars.", balas Dave. "Ya, karena dia wanita. Tapi mulai saat ini aku percayakan posisi itu padamu." "Terimakasih." Mereka menjeda kalimat itu untuk saling melempar pandangan satu sama lain. "Dave, Anne akan membantu untuk menjelaskan lebih detail. Aku harap dalam satu minggu kau sudah bisa bergabung dalam ritme kerja kami.", tambah Arslan. "Pasti. Aku tak asing dengan kehidupan hotel." "Ya, simpan kesombonganmu saat kau berhadapan dengan Anne. Dia yang akan menentukan kau pantas atau tidak nantinya." Dengan sikap dingin dan tegas, Anne menyela kata-kata dua lelaki di depannya. "Bekerja bukan hanya tentang pengalaman tapi juga kemauan, kedisiplinan, dan keterpaduan dengan tim. Sebelum hal itu terlewati, anda masih di dalam masa uji coba, Mr. Brent.", jawab Anne. Dave memberi senyum sinis yang mempesona. "Just, David or Dave. Bukan hanya Arslan yang ingin seperti itu.", pinta Dave. "Maaf?" "Ini caraku agar aku bisa segera melewati keterpaduan tim yang kau maksudkan tadi, Anne." Anne menahan diri. "Baik. Kapan bisa kita mulai penjelasan tentang pekerjaanmu? Aku sudah meninggalkan tugasku yang lain karena ini." "Apa harus secepat itu?" "Bahkan harus lebih cepat dari ini, Dave.", jawab Anne sudah tak sungkan lagi. "Oke, aku siap mendengarkan dengan baik." Arslan heran saat menyaksikan ketegangan pada dua orang yang baru beberapa menit lalu bertemu. "Hey, bisa dengarkan aku? Kita bisa menunda itu dengan membicarakan kisah kalian terlebih dahulu.", potong Arslan. Dave menoleh dan siap memberi penjelasan singkat. "Kami hanya teman lama yang tidak benar-benar berteman. Itu saja. Tidak ada yang penting diantara kami, Ars." "Lalu?" "That's it.", jawab Dave. "Oh come on, ceritakan bagaimana kalian bertemu dan ada apa setelah pertemuan itu?" Anne menyela dengan wajah lelah yang sangat ingin menyudahi perbincangan mereka di ruangan mewah itu. "Ars. Listen. Terimakasih untuk beasiswaku waktu itu, aku dan dia hanyalah teman kuliah, pun beda fakultas. Kami bertemu tepat pada tahun terakhir kami di New York University.", kata Anne dengan menekan punggungnya ke kursi. "See?", tambah Dave. "Baiklah. Aku harap kalian tetap menjaga profesionalitas dalam bekerja. Aku tak ingin ada drama pertikaian antar manajer." "Tentu. Aku bahkan tidak akan banyak bicara diluar pekerjaan dengannya.", jawab Dave tegas dengan memaku tatapannya pada wajah Anne yang sangat dingin. "Bagus. Anne, bisa kau bawa Dave ke ruanganmu dan menerima penjelasan disana? ada tamu penting yang akan datang kepadaku lima menit lagi." "Oke, kami permisi. Mari Mr. Brent... hmmm or Dave maybe. Ruangan saya sudah menunggu anda." "...............", Dave tak menjawab dan hanya mengangkat tubuhnya untuk berdiri dan melangkah keluar. *** Flashback on. New York – Dua setengah tahun lalu. "Kau wanita yang buruk, Anne. Aku menyesal sempat menilaimu menarik." "Ingat. Bukan aku yang menarikmu." "Sikap baikmu padaku selama ini tak lebih dari omong kosong, sialan." "Dan aku tak sekalipun berharap kita lebih dari teman, Dave." "Apa susahnya untuk mengatakan itu lebih awal? Sebelum aku tahu bahwa kau sudah bersama Joe. Lelaki pecundang yang hanya bisa bersembunyi di balik punggungmu." "Hey, terserah dengan penilaianmu. Joe menghargai aku lebih dari ini." "Hah... Aku berani bertaruh, kau bahkan tak ingat bagaimana aku juga pernah menuruti semua keinginanmu." "Tidak hingga sebesar Joe melakukannya." "Dasar pembual. Pergi dari hidupku." "Kau yang datang kepadaku dengan kebaikan, aku harap bukan akhir seperti ini yang kita dapatkan. Salahmu hanya karena kau menaruh hati padaku." "Memang." "Jika tidak, kita masih bisa berteman dengan lebih baik, Dave. Seharusnya." "Terlambat. Terimakasih karena kau sudah memilih Joe daripada aku." "Dia lelaki baik. Aku mengenalnya jauh sebelum aku mengenalmu." "Haruskah kau memujinya di depanku? Memuakkan." "Dave, percayalah. Aku juga peduli padamu." "Tapi tidak dengan segenap hatimu, Anne." "Dave...." "Cukup." "Dave, aku akan kembali ke Indonesia setelah lulus. Mari kita buat ini menjadi benar. Kita berteman dan akan berpisah dengan baik nantinya." "Lalu apa yang terjadi setelah perpisahan? Aku dengan keterpurukan karena kau pergi dan menyaksikan romantisme sialanmu dengan Joe selama itu? Tidak, terimakasih." "Dave....." "Camkan ini, Anne. Aku menyukaimu dengan tulus, tapi jika harapanku tak nyata, aku tak akan bertindak b******n dengan pemaksaan. Nikmati waktumu dengan Joe. Enam bulan sebelum kepulanganmu atau bahkan lebih lama setelah itu, hapus namaku, tidak ada kita." Flashback off.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.3K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
114.4K
bc

Over Protective Doctor

read
475.3K
bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook