DIANA DAN MAKSUD TERSEMBUNYINYA

1472 Words
Diana sedang memilih-milih buah yang akan dia beli kala sebuah seruan pelan memasuki indra pendengarannya. Dia menengok pelan dan matanya terbelalak melihat siapa si pemilik suara itu. “Tante Inggrid!” seru Diana dengan antusias. Dia lupakan buah yang akan dibelinya dan langsung memeluk Tante Inggrid –Mama Doni- dengan sumringah. “Tante apa kabar? Nggak nyangka bisa ketemu Tante di sini.” “Tante baik, sayang. Kamu apa kabar? Udah berapa tahun ya kita nggak ketemu? Dan kamu tambah cantik banget.” “Tante jangan gitu ah, malu tahu.” “Tante serius, Diana. Kamu memang makin cantik kok. Kayaknya kamu ini bertambah umur malah makin mateng cantiknya.” Diana tersipu malu dipuji seperti itu. Menurut Diana, cantik adalah keharusan. Dan dia senang kecantikannya diakui oleh orang lain. “Kamu dari kapan balik ke Indonesia? Kok nggak nengokin Tante sih? Padahal rumah Tante masih tetep di komplek yang dulu, nggak pernah pindah sekali pun.” Diana terkekeh. “Aku baru banget baliknya, jadi kupikir nanti dululah nengokin Tante. Mau beres-beres rumah baru dulu sama sedikit beradaptasi. Dua tahun tinggal di luar, trus pas balik kayak masih asing gitu.” “Walau dua tahun nggak begitu lama, tapi wajar sih kamu agak asing pas balik ke sini. Nggak apa-apa, pelan-pelan juga nanti terbiasa lagi.” Kenapa semua orang berfikir dua tahun itu nggak lama? Aku melewatinya hampir setengah mati, pikir Diana dengan muram. Sebisa mungkin Diana mengatur ekspresinya agar tidak ada yang menyadari kalau batinnya sedikit terluka. “Kamu punya rumah di sini, berarti kamu nggak bakal balik ke Singapura lagi dong?” Diana mengangguk mantap. “Pengennya gitu, Tan. Doain aja, semoga memang nggak harus pindah-pindah lagi.” “Pasti Tante doain. Lagian kalo ada kamu, Tante nggak akan begitu kesepian lagi. Ada temennya lagi kayak dulu.” Tante Inggrid tadi bilang apa? Benak Diana ingin memastikan kalau pendengarannya tidaklah salah. Tante Inggrid jelas menyinggung soal kesepian dan dialah yang akan menjadi pelipur laranya. Bagaimana bisa itu terjadi di saat Tante Inggrid punya menantu yang sangat dicintai oleh putranya? Apa hubungan Tante Inggrid dan Anggun nggak begitu baik? Kalau itu memang benar, entah kenapa Diana merasa seperti diterpa angin segar di tengah panas yang menggelora. “Jangan lupa main ke rumah Tante ya, Di. Rumah Tante terbuka sangat lebar buat kamu,” kata Mama Doni dengan mantap. “Atau sekarang aja? Kamu nggak sibuk kan?” Diana terlihat menimbang-nimbang, tapi kemudian mengangguk dengan tersenyum manis. “Boleh deh, Tan. Mumpung sekalian di luar.” Mendengar persetujuan Diana, sontak saja Mama Doni langsung kegirangan. Dia langsung bergegas membeli barang kebutuhannya, membayar di kasir, dan menggandeng Diana untuk masuk ke mobil bersama-sama. Tentu saja Diana tidak akan menolak. Untuk sampai di posisi ini, dia sudah menguntit Mama Doni dari jauh-jauh hari dan berpura-pura seolah pertemuan mereka di supermarket yang sangat jauh dari rumahnya ini terdengar sangat natural. Setelah kesempatan itu terbuka lebar, bagaimana mungkin dia mau menolaknya? Ini untuk melancarkan rencananya, jadi untuk apa ditolak? *** “Rumah Tante nggak ada beda sama sekali ya. Masih persis kayak dulu banget.” Ibu Doni menuangkan jus jeruk yang baru saja dibuatnya ke gelas dan menyodorkannya pada Diana. Dia tersenyum tipis. “Tante nggak nyaman kalo ada yang beda sama rumah Tante, Di. Ngerasanya pasti asing banget dan nggak bakal tenang. Jadi daripada pusing, ya udah nggak usah Tante ubah-ubah. Lumayan juga kan uangnya bisa Tante simpen buat yang lain.” Keduanya tertawa lebar. Diana menyeruput jus jeruknya sedikit, lalu kembali berkomentar. “Sama, Tan. Aku juga nggak begitu suka adanya perubahan. Karena lama tinggal di rumah Singapura, jadi pas ngeliat rumah di sini kayak aneh gitu. Alhasil sebisa mungkin aku bikin tata letak ruangan yang persis biar kayak rumah yang di Singapura. Biar betah gitu.” “Nggak apa-apa, wajar kok. Kan kamu memang dua tahun ini di Singapura terus, jadi ya pasti biasanya sama suasana di sana.” Ini saatnya untuk membahas Doni dan Anggun, batin Diana. “Beberapa hari lalu aku ketemu Doni lho, Tan. Dia lagi meeting sama klien di hotel tempat aku tinggal awal-awal dulu.” Diana memerhatikan ibu Doni dengan seksama. Matanya langsung berbinar kala nama anaknya disebut-sebut. “Dia... kelihatan bahagia banget ya, Tan.” Tolong tangkep umpan aku, Tan, batin Diana bersuara. Diana akan kelabakan kalau umpannya tidak ditangkap dengan baik. Sedangkan di sisi lain dia perlu topik yang pas untuk mengetahui tentang Doni dan Anggun. Dengan begitu rencananya akan berjalan dengan lancar. “Dia kelihatan bahagia karena berhasil menikahi perempuan yang memang dia cintai... tapi ya hanya sebatas itu.” Hati Diana mencelus mendengar penuturan ibu Doni yang membawa-bawa tentang cinta putranya ke menantunya. Sampai detik ini tidak ada yang tahu kalau cintanya pada Doni juga sama besar. Atau bahkan lebih dari yang bisa diberikan Anggun. Tapi Diana berusaha menahan ekspresinya tetap sama karena ada satu kalimat yang patut dikorek makna yang sebenarnya. Dan semoga saja ini akan mengantarkan Diana pada informasi yang berguna. “Sebatas itu gimana, Tan? Bukannya Tante setuju-setuju aja ya Doni menikah sama Anggun, tapi kok kayaknya sekarang nggak begitu lagi sih?” ujar Diana berhati-hati. Dia tidak boleh salah langkah karena bisa berakibat fatal. “Dulu Tante menerima Anggun karena Tante pikir dia sempurna. Parasnya cantik dan fisiknya kelihatan bugar. Tante pikir dia bakal bisa ngasih Tante cucu secepatnya, tapi ya siapa sangka nggak seperti kenyataannya.” Mata Diana membulat. Jadi Anggun dan Doni belum punya anak padahal mereka hampir dua tahun menikah? Ekspresi was-was Diana berubah menjadi ekspresi penuh binar. Ini info yang sangat berharga. “Anggun sakit, Tante?” tanya Diana lagi dengan ekspresi kaget yang dibuat-buat untuk mengorek informasi lebih dalam. Ini juga ampuh untuk menunjukkan kalau dia punya rasa simpati yang tinggi, walau kenyataannya bukan untuk itu pertanyaannya diajukan. Ibu Doni menggeleng. “Nggak sakit. Atau entahlah, Tante nggak tahu. Tapi intinya dia nggak hamil-hamil meski udah mau dua tahun menikah.” “Doni sama Anggun emang nunda kali, Tan? Kan siapa tahu masih mau mesra-mesraan tanpa diganggu anak dulu.” Diana memprovokasi dengan tatapan menenangkan dan senyum tipis. Dan senyumnya semakin lebar di dalam hatinya kala melihat ekspresi Tante Inggrid semakin muram saja. “Tante tanya Doni dan dia bilang nggak nunda kok. Tapi memang belum dikasih aja katanya,” Ibu Doni menghela napas lemah. “Kalau pun mereka nunda, dua tahun itu kelewatan, Di. Pernikahan mereka itu bukan hanya tentang mereka berdua aja. Ada kedua belah keluarga yang menantikan kehadiran anak mereka. Ada garis keturunan yang perlu dilanjutkan.” Diana menyelipkan sejumput rambutnya yang tergerai ke belakang telinganya dengan anggun. Senyumnya semakin lebar saja mendengar nada ketidakpuasan dari bibir mertua Anggun. Saat di Singapura dia selalu kebingungan bagaimana memisahkan Anggun dan Doni. Mengingat cintanya Doni pada Anggun, itu mustahil. Itu juga yang membuat Diana terus ragu untuk pulang dan merebut Doni. Bagaimana kalau dia gagal dan menjadi perempuan yang menyedihkan? Tapi siapa sangka kenekatannya kemarin untuk kembali ke Indonesia membuahkan hasil. Tanpa perlu memikirkan cara yang berlebihan pun sudah ada celah untuk merusak rumah tangga mereka. Dan Diana bahagia karenanya. “Sayang banget ya, Tan. Padahal aku pikir mereka udah couple goals banget lho, tapi ternyata ada kurangnya juga.” Perkataan Diana membuat ibu Doni semakin gelisah saja. Ada rasa tidak senang setiap membahas menantunya yang tak kunjung hamil sementara anak laki-lakinya tak begitu peduli tentang itu. Katanya, Tuhan belum mengizinkan, jadi mereka akan pacaran dulu. Apa dua tahun belum cukup, pikirnya dengan muram. “Yah, ternyata memang nggak ada yang sempurna, Di. Tante salah karena udah menganggap Anggun begitu dan kecewa setelahnya.” “Tante jangan lesu gitu dong. Yakin aja apa kata Doni kalo ini memang belum waktunya aja. Nanti pasti dikasih kok,” Diana mengusap bahu Tante Inggrid dengan lembut untuk menarik perhatiannya. Dan Diana berhasil. Kemudian dia berujar kembali. “Apa Tante nggak saranin Doni dan Anggun buat program kehamilan, Tan? Kan ada bayi tabung tuh. Memang mahal sih, tapi demi anak lho, masa iya nggak bisa. Penghasilan Doni juga udah gede kan. Bisalah kalo memang diniatkan.” Ekspresi frustasi Tante Inggrid semakin membuat Diana senang saja. Ini menunjukkan sudah sampai mana rasa muak Tante Inggrid pada menantunya yang dulu dia anggap sempurna itu. Dan ini akan mempermudah Diana untuk memprovokasi Tante Inggrid. “Bukan masalah uang sih, Di. Tante udah ngusulin berulang kali, katanya dia nggak mau Anggun tersinggung karena harus program-program seperti ini. Katanya mereka bisa berusaha secara normal.” Diana menyeringai. “Kalo aku jadi Anggun, aku nggak akan tersinggung dong, Tan. Malah aku nggak punya hak untuk tersinggung. Pake cara normal nggak bisa, terus keluarga ngusulin ide yang baik kok nolak cuma demi perasaan? Itu egois banget. Lagian ini demi kebaikan dua keluarga juga.” Dalam hatinya Mama Doni membenarkan perkataan Diana. Anggun terkesan egois dari sudut pandang yang baru saja dibuka oleh Diana. Memangnya apa salahnya mencoba? Pikirnya. Tak kunjung hamil pun membuat semua orang merasakan sakit, lalu apa salahnya mencoba? Ibu Doni semakin muram mengingat hal ini. “Tante coba deh itu Doni sama Anggun diingatkan lagi. Ini udah mau dua tahun lho. Sayang umur juga kalo nanti-nanti terus. Nanti anaknya masih kecil, orang tuanya malah udah tua banget.” Diana semakin bersemangat memprovokasi Tante Inggrid. Diana bersikap seolah ini satu-satunya peluangnya untuk memprovokasi Tante Inggrid, jadi Diana tidak mau setengah-setengah. Tante Inggrid harus jatuh ke rencananya, itulah rencana Diana. “Iya, nanti Tante ingatkan lagi mereka. Makasih ya, Di, udah bikin Tante makin sadar sama keadaan ini.” “Iya, Tante, sama-sama.” Diana menyeringai. Semuanya berjalan dengan lancar, seperti kemauannya. Dan dia makin senang ketika saran yang menguntungkannya dianggap sebagai saran yang berharga bagi mereka. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD