3

1335 Words
Vani bangun dengan perasaan luar biasa, luar biasa malasnya karena pasti kena omel lagi. Ia sengaja mengunci kamar sejak mendengar deru mobil ayahnya masuk ke garasi sekitar jam sembilan malam agar dirinya tidak kena omel dan mengomel balik tapi sepertinya tidak ada cara untuk tidak kena omel. Bersiap sekolah dan rencananya ia akan melewatkan sarapan. Sayangnya Fiki sudah duduk dengan gantengnya sambil mengganggu Alif. “Vanesha!” “Iya yah,” ucap Vani yang baru saja mengendap-endap untuk kabur kalau ia berhasil lolos, rencananya ia akan pergi ke sekolah dengan taksi saja. “Makan dulu!” Vani terdiam sesaat, ternyata ia dipanggil bukan untuk dimarahi. Baguslah.. “Ga usah deh yah, kami udah telat. Yuk, Ki,” ucap Vani dan menyambar tangan Fiki dan menariknya menuju motor cowok itu. Vani diam saja selama perjalanan. Akhir-akhir ini pertemanannya dengan Fiki terasa asing. Cowok itu tak lagi banyak bicara, kalau disusul ke kelasnya maka dia akan asik dengan gebetan dan yang paling menjengkelkan adalah ia sama seperti Putra, selalu mencela berat badannya yang naik dengan gradient “Ngelamun aja... turun sana” ucap Fiki mencubit tangan Vani yang melingkar disekitar pinggangnya, membuyarkan lamunan Vani tentang berapa gradient kegemukannya. “Sabar dong.. gue lagi mikir,” gerutunya, sebelum melangkah menuju kelasnya Vani mengatakan kalau hari ini ia tidak bisa pulang sama Fiki. Ia janji menemani Rian karena kemaren Rian membatalkan janjinya tiba-tiba. “Hm.. gue kirain lo janjian sama pacar lo.” “Cih.. pacar gue kan elo,” ucap Vani sambil mengedip pada Fiki. >>>  Kito, Dea dan Ayi ngakak abis. Mereka menertawai tingkah Vani saat ulangan biologi tadi. Guru biologi yang sudah sangat tau bagaimana hubungan mereka berempat memutuskan untuk memisahkan keempatnya agar tidak ada lagi contek-mencontek. Vani cemas karena ia sama sekali tidak belajar, kemaren ia benar-beanr langsung mengunci diri dikamar dan menenggelamkan diri di bawah selimut karena takut kena marah ayahnya. Dea juga diletakkan di ujung kelas. Vani tidak punya cara lain untuk meminta contekan selain pada Fahri. “Yi o-organ reproduksi pria apa aja?” tanya Vani dengan muka merah padam. Salah benar dia minta tolong Fahri. Harusnya minta tolong sama teman cewek lainnya. Fahri mengatakan semuanya dengan lancar sambil berbisik. Tidak menyadari warna muka temannya. Tak lama setelah itu Vani yang dibikin mangap-mangap karena dengan entengnya Fahri mengangkat soal UH miliknya dan menunjukkan bagian-bagian itu. “T-tu-turunin kertas lo, Yi,” ucap Vani meringis “Lo nangis?” “Gue malu ,bangke. Mending lo simpan kertas itu karena gue juga punya satu. Atau kita diusir bu Mimi.” “Oh oke.” “Seneng banget kalian liat gue sengsara, ya,” ejek Vani berjalan lebih dulu menuju kelasnya. Walaupun istirahat masih lama, ia ingin dikelas saja. Teman-temannya sedang rese. “Gue udah baek-baek ngasih jawaban ujian dan lo bilang gue nyengsarain?” ucap Fahri tidak terima. “Ga harus lo nunjuk-nunjukkin pake gambar segala kan?” teriak Vani. “Siapa tau uretra sama p***s lo tukerin tempatnya,” ucap Fahri cuek. “FAHRI!” teriak Vvani meninggalkan temannya. Ia tidak sanggup lagi menahan malu, sialan si Fahri. “Woii mau kemana, lo?” teriak Fahri bersamaan dengan panggilan seseorang yang sangat familiar bagi semua siswa Bina Bangsa. “Vanesha..” “Bu Tari? Ada apa ya bu?” ucap Vani pada guru matematikanya sewaktu kelas sepuluh. “Bisa tolongin ibu? Kamu kasih ini ke Yusuf ya, anak itu lupa bawa konci rumah,” Vani langsung menerima dan menyanggupi permintaan tolong gurunya itu “Oke bu, saya duluan ya, bu,” ucap Vani sopan. Vani berbalik dan melihat temannya sudah berjalan kearahnya. Cepat-cepat dia mendaki jenjang zig-zag yang sudah menjadi makanannya dalam beberapa bulan terakhir. >>>>   Vani menemukan Ucup dalam kelasnya sedang berusaha untuk menekuk sikunya. Cowok itu meringis dan kembali meluruskan tangan kanannya. “Yusud Fairuz Amzari!” “Kenapa?” tanya Ucup heran “Ga. Seneng aja nyebut nama lo. Nih ada titipan dari bu Tari,” ucap Vani memberikan satu set kunci. Mungkin itu kunci pagar, pintu depan, teralis,brangkas dan lain-lain. Ucup menerima benda itu dengan dengusan. Apa maksud mamanya? Ia selalu membawa kunci rumah miliknya. “Makasih dong.. bukan sama gue, sama bu Tari. Emang lo mau dikurung di luar? Mungkin mama lo ada kelas tambahan?” cerocos Vani. “Gue punya konci sendiri,” ucap Ucup menunjukkan miliknya. “Bahaya ini.. mama bener-bener udah turun tangan. Lo kalo liat mama gue langsung lari aja ya Cha,” lanjutnya. “Cih.. ntar gue dikira ga punya tatakrama. Dan nama gue Vani. Stop Echa-Echa-in gue,” ucap Vani. Vani berjalan keluar kelas dan mendekati jendela yang langsung mengarah ke lapangan upacara. Gadis itu tak sengaja menangkap Fiki dalam penglihatannya. Temannya itu berdiri sambil menatap lurus padanya. Vani mengira mungkin kebetulan saja lalu ia bergeser agak kirian. Fiki juga mengalihkan pandangannya ke arah yang sama. Vani langsung diserang rasa canggung dan memilih kembali masuk kedalam kelas. Biarlah berdua saja dengan Ucup, setidaknya Ucup tidak seperti Fiki yang kadang menjadi begitu asing dimatanya. “Lo ada makanan ga Cha?” tanya Ucup keras kepala, masih memanggil Vani dengan nama yang ia berikan. Kadang Ucup suka lupa dengan statusnya yang bukan ayah Vani, jadi ia tidak ada hak untuk memberikan cewek itu nama. “Ga.” Vani mendekati Ucup dan memberikan segenggam permen sambil berkata, 'cuma itu yang gue punya.' “Bukain dong, lo ga liat tangan gue?” “Gigi lo kan ada,” ucap Vani yang lebih tertarik pada luka Ucup. Cewek itu duduk di dekat Ucup dan memegang tepian lukanya. Vani meringis seolah ia ikut merasakan sakit. Ucup hanya mengerutkan kening tidak mengerti, sentuhan Vani sangat ringan, tidak sakit. Lalu Ucup mengangguk mengerti, cewek kan emang lebay. >>>   Vani berbalik kembali memasuki area sekolah saat melihat kedatangan Putra. Bukan Putra yang membuat janji dengannya dan kenapa cowok itu yang datang? “Sial banget gue kenal tuh cowok sableng,” gerutu Vani karena salah satu teman dalam kotak pertemanan keempatnya meneriaki namanya sembari mengatakan bahwa Putra sudah menunggunya sejak tadi. Padahal Vani jelas tau jika temannya itu baru sampai. “Hai sayang,” ucap Putra mengabaikan anak-anak BB yang mengerubunginya. “Ga sibuk, Put?” ucap Vani mulai meladeni Putra, jika para aktris beracting sesuai skrip maka Vani harus melakukan improvisasi sendiri. jika para aktris beracting di depan kamera maka Vani harus melakukannya di depan semua orang. “Apapun untuk kamu,” ucap Putra dan menarik tangan Vani menuju tempat motornya terparkir. 'k*****t , sekali lagi lo nongol disini kita putus' bisik Vani. 'Orang kita ga pacaran,' ucap Putra dengan tampang mengejek. “Maksud gue, gue bilang sama semua orang kalo kita putus dan gue lebih milih Fiki yang banyak lebihnya dibanding lo,” geram Vani. “Duh, kami duluan ya,” teriak Putra mengabaikan omongan Vani. Tak jauh dari kerumunan siswi BB yang terpesona pada Putra, seseorang menatap geram pada pasangan bohongan itu. Ia memperhatikan bagaimana Vani di pegang tangan dan pipinya oleh Putra. Kemudian tangan Vani dengan nakalnya juga melingkar di pingang cowok itu. 'Haruskah gue mulai bergerak?' tanyanya membatin. >>>   Ucup bukan sedang ingin mengerjai mamanya hanya saja ia harus mengantarkan wanita pujaannya pulang dulu baru ia bisa pulang. Dan tanpa sengaja ia ingin mengisengi sang mama. Ia memarkirkan motornya dan mendekati bu Tari. “Mama udah dari kapan nongkrong disini?” tanya Ucup pada mamanya. “Dari setengah jam yang lalu. Kamu beruntung mama ga ngutuk kamu jadi abu.” “Loh kok jadi abu sih ma? Kalo jadi abu, ga ada situs bersejarah yang nanti bisa dijadikan pelajaran bagi anak-anak dong. Kayak emaknya Malin Kundang dong. Padahal mama lebih berpendidikan dari maknya Malin Kundang. Tapi syukurlah kalo ga jadi, ayo mama cantik kita masuk. Mau minum apa?” tanya Ucup seolah mamanya adalah tamu yang datang berkunjung. “..” “Jangan deketin Vani lagi ya ma.. serius aku ga suka sama dia. Aku tuh ngincernya anak-anak gedung selatan ma,” ucap Ucup memelas. “Satu syarat Yusuf Fairuz Amzari, jangan dekat-dekat sama guru muda lagi.” “Oke.. siapa juga yang deketin guru muda.”   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD