AYA VS GALA (3)

1115 Words
Aya merasakan jantungnya berdebar kencang. Ada rasa aneh yang ia rasakan. Antara takut dan tak enak hati, tapi juga.. Ada hal lain. Apa ini? Mata tajam lelaki itu seperti menusuk matanya. Aya sesaat seperti terhipnotis, tapi kemudian dia tersadar. "Lepaskan aku! Jauhkan tanganmu dari tubuhku!" Aya memukul Gala berulang kali. Gala bergeming. Ia hanya diam menatap Aya. Aya berusaha melepaskan tangannya dan kemudian tanpa kendali, ia menampar Gala dengan keras. Gala langung membelalakkan matanya. Ada amarah di mata itu! Dengan berani lelaki itu kembali menciumnya, bahkan membawa tubuhnya ke sebuah ruangan dengan tempat tidur di dalamnya. "Lepaskan!" Aya berteriak keras berharap Bapak Suta mendengar teriakannya. Gala seperti menggila dan terus menciumnya, sehingga Aya tak lagi sanggup berteriak. Ia merasakan tubuhnya terdorong ke tempat tidur. Jari jemari Manggala bahkan melepaskan kancing kemejanya satu persatu. Kemeja yang ia kenakan tersingkap dan mempertontonkan bra nya dengan jelas. Oh! Lelaki ini jahat sekali! Apa yang akan dia lakukan padaku? Tolong aku! Aya tak sanggup berteriak ataupun berkata kata karena bibirnya menjadi santapan empuk lelaki garang yang berada di atas tubuhnya itu. Ia meronta dan mencoba menggeliat, tapi upayanya tak berhasil. Hingga akhirnya, Aya kehilangan energinya. Air mata mengalir di pipinya. Gala tiba tiba tersadar. Ia bangkit dari tempat tidur. Aya terisak. Ia duduk di sisi tempat tidur sambil mengancingkan kemejanya satu persatu. Sungguh malu rasanya. Tubuhnya tidak pernah ada yang menyentuh, bahkan tidak pernah ada yang melihatnya. Tapi lelaki asing yang kasar dan jahat ini menjadi yang pertama mengintip bagian tubuhnya yang sangat pribadi. Harga dirinya direndahkan, kesabarannya teruji, kemuliaannya seperti terenggut. Aya berdiri dan mengumpulkan sisa sisa keberaniannya untuk berkata kata, "SIAPAPUN KAMU! APAPUN LATAR BELAKANGMU! TIDAK AKAN PERNAH SEUMUR HIDUPKU MEMBIARKANMU MEMPERLAKUKANKU SEPERTI INI LAGI! JANGAN PERNAH MENYENTUHKU LAGI!" "DASAR BRENGSEKK!!! BAJINGANN!!" Aya berteriak. "JAGA MULUTMU! KALAU BERANI MELAWANKU, KAMU AKAN KENA AKIBATNYA!" Gala balas menunjukkan amarahnya. "Tidak pernah ada perempuan yang menolakku!" Gala mendekat ke arah Aya. Aya ikut menantangnya. Ia mendekat dan menatap Gala dengan penuh amarah, "ADA! Aku yang pertama!" Ia mendorong tubuh Gala hingga lelaki itu mundur beberapa langkah, "Aku pergi! Tidak ada maaf bagimu!" Aya berlari keluar dari ruangan itu sambil menghapus air matanya. Saat pintu terbuka, Suta menatapnya dengan heran, "Ibu tunggu! Apa yang terjadi?" Aya berhenti melangkah, "Terima kasih atas upaya bapak mendamaikan kami. Tapi, lelaki bajingann itu tidak berhak mendapatkan maaf dari saya." Ia berlari dengan cepat, ingin segera kembali ke kamarnya dan pergi dari hotel ini. Semalam di Jakarta, ternyata meninggalkan luka hati. Kenangan lima belas tahun lalu seperti tercoreng. Setibanya di kamar, Aya dengan segera membereskan pakaiannya. Aku akan kembali ke Bandung. Jakarta membuatku mengalami kejadian yang tidak pernah aku bayangkan. Dan lelaki itu, tidak merasa bersalah sama sekali?Kenapa bisa ada lelaki sebrengsek itu di muka bumi ini? Aya menghapus air matanya dan kembali ke Bandung hari itu juga. Wahai cinta pertamaku, aku akan kembali, pada waktunya nanti. *** "Apa yang terjadi?" Suta langsung merasa khawatir. Ia bertanya pada Gala. "Perempuan itu menghinaku!" Gala bicara keras. Suta menarik nafas panjang. Ia mencoba menjadi orangtua yang bijak, "Gala, om berharap kamu bisa menahan emosimu. Dalam kasus ini, jelas sekali kalau kamu yang salah. Tolong, papamu sudah memberikan ultimatum keras. Om, yakin pada kemampuanmu membawa Grup Birawa ke arah yang lebih baik. Tapi, tidak dengan sifat emosional yang meledak ledak. Dan tidak juga dengan caramu memperlakukan perempuan seperti itu. Mau sampai kapan?" Gala terdiam. Ucapan Om Suta melekat di pikirannya. Hanya saja, ia tidak bisa fokus. Bayangan perempuan tadi mengganggunya. Ia mengingat air mata yang mengalir di pipinya, kemarahannya dan tubuh indahnya... Ah, apa yang aku rasakan ini? Gala menyentuh d**a sebelah kirinya. Aneh, ini aneh... "Apa kamu dengar ucapan om?" Suta bertanya. "Saya dengar," Gala mengangguk. "Ya, ya, ya, saya akan meminta maaf kembali pada perempuan itu. Berikan saya nomor kamarnya," Gala mengalah meski menunjukkan sikap ogah ogahan. "Sebentar," Suta menelepon seseorang. Gala hanya terdiam dan merenung. Perempuan itu menolaknya? Bahkan setelah tahu kalau aku CEO hotel dan pewaris Grup Birawa?Dia tidak takut mendengar nama Birawa? Gala menyeringai. Kesal rasanya. Egonya tersentil. Ada tantangan yang membuat semua ini terlihat menarik. "Kita terlambat, perempuan itu sudah check out," Suta tiba tiba bicara. "Apa?" Gala mengerutkan keningnya. Ia mengetuk ngetukkan jari jemarinya di atas meja. Perempuan itu pergi begitu saja? Tidak menginginkan apapun darinya? Ganti rugi? Atau hal lain? Kenapa aku jadi kesal? Debaran di d**a kirinya semakin terasa. Aku tidak suka rasa ini!Apa ini? Gala langsung bangkit dari kursinya, "Cari tahu mengenai perempuan itu. Saya tidak akan membiarkannya bicara macam macam!" Tidak menunggu lama, Suta kembali menelepon seseorang. Tak lama, ada pesan masuk ke ponselnya. Ia meneruskan pesan itu kepada Gala. Gala membacanya. KIRANI GAYATRI USIA 33 TAHUN TINGGAL DI KOTA BANDUNG PEKERJAAN DESAINER MEMILIKI BUTIK BERNAMA GAYATRI VOGUE LULUSAN CENTRAL SAINT MARTINS COLLEGE OF ARTS AND DESIGN LONDON "Saya akan mengunjunginya. Tolong nanti kirim alamatnya," Gala tersenyum licik. *** Setelah satu jam perjalanan menggunakan kereta cepat, Aya tiba di rumah yang berbentuk seperti ruko dua lantai. Bangunan dua lantai itu merupakan tempat tinggal sekaligus butik miliknya. Aya mendapatkan beasiswa sekolah fashion di London, dan ia baru saja kembali sekitar satu tahun ke belakang. Ia memutuskan untuk memanfaatkan bangunan warisan orangtuanya untuk menjadi sebuah butik dan tempat tinggal. Bandung sebagai kota kreatif dirasa cocok untuk merintis usaha butik miliknya. Meski namanya belum terlalu dikenal, tapi selama di London ia telah bekerja di beberapa fashion house ternama. Jadi, dunia fashion sudah tidak asing lagi baginya. Aya berbaring di tempat tidur. Setelah membulatkan tekad mencari cinta pertamanya dan pergi ke ibukota, ternyata malah terjadi hal seperti ini. Pengalaman yang tidak menyenangkan. Apa ini petunjuk kalau aku tidak seharusnya mencari lelaki itu?Ahh.. Aya memejamkan matanya, hingga akhirnya tertidur. Kejadian yang ia alami cukup menguras emosinya dan rasanya melelahkan. *** Gala tiba di Bandung. Matanya menatap bangunan dua lantai yang terletak di lokasi strategis. Untuk ukuran Kota Bandung, menilik lokasi dan ukuran bangunan tersebut, aset tersebut memiliki nilai cukup tinggi. Perempuan itu bukan seseorang yang membutuhkan bantuan keuangan. Tak heran, berani sekali menolak dirinya. Tapi, satu bangunan tak sebanding dengan puluhan bahkan ratusan aset yang menjadi milik keluarganya. Seseorang sepertimu berani menendang, menampar dan menghinaku! Gala merasakan kalau kekesalannya terus kembali dan tak kunjung hilang. Meski apa yang diucapkan Om Suta ia terima, tapi tetap saja egonya menang. Harga dirinya lebih penting. Tidak ada perempuan yang boleh menolaknya! Ia diam di dalam mobil. Ada rasa ragu, ada rasa bimbang. Hal yang tidak pernah ia rasakan. Seorang Manggala Amarta Birawa selalu penuh percaya diri dan bisa mengambil keputusan dengan cepat. Setelah menimbang nimbang, Gala akhirnya turun dari mobil. Ia memutuskan untuk mengintimidasi perempuan itu agar tidak lagi berani macam macam, termasuk membicarakan mengenainya pada Om Suta. Gala melangkah menuju bangunan tersebut dan membunyikan bel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD