Meeting

2126 Words
Shena Wijaya POV Aku tengah fokus melihat ke Tara, Host di sini. Dia terlihat tengah memasang CD untuk diputar di Restoran. Lagu adalah bagian terpenting dalam sebuah Restoran, karena lagu membuat orang menjadi betah, meningkatkan Mood, dan apabila pe*la*ng*gan betah dengan suasana di Restoran, maka mereka akan semakin banyak memesan makanan. Aku mendengarkan lagunya yang berasal dari CD musik yang dia pasang. Ini adalah lagu Eternal Flame, tapi yang menyanyikannya adalah Shane Filan, ex Boyband Westlife. Biasanya lagu-lagu di Play-list bukan lagu Mellow seperti ini, pikirku bertanya-tanya dalam hati. Walau aku masih berusia 22 Tahun, aku tahu lagu-lagu tahun 70-an, 80-an, 90-an dan 2000-an dari orang tua, dan para sepupu. "Tara, kenapa pasang lagu ini, setahuku musik kita bukan yang ini?" Tanyaku saat aku ke meja Host. Aku agak bingung karena mendengar musik yang berbeda dari biasanya. "Ini Request dari Tuan Keith James. Mungkin dia mau melamar pacarnya," jawab Tara dengan nada datar kepadaku. Tara memang agak sedikit berbeda padaku, dia selalu terlihat lebih judes, dan menjawab pertanyaanku dengan sekenanya saja. "Oh, aku pikir kenapa. Thanks Tara," kataku lalu meninggalkannya. Aku kembali ke tempat Maria, Angie, dan Andrea berada. Aku lebih baik menghindar dari Tara, dan pergi dari sana. Tara menyukai Tuan Keith jauh sebelum diriku datang bekerja di Restoran ini. Dia mulai merasa iri karena pria yang dia incar lebih memperhatikan diriku dibandingkan dia.  Dari mana aku mengetahuinya? Aku mengetahui semua itu dari sesama Server yaitu Angie, Maria, dan Andrea. Bukan tidak berani dengan Tara, namun, lebih baik menghindar daripada bertengkar di tempat kerja dan itu memalukan. Aku melirik jam yang ada di dinding restoran, sekarang sudah jam 16:00 akan tetapi, Tuan Keith James ataupun peserta Meeting-nya belum juga datang. Apakah mereka terlambat? Apakah mereka terjebak macet atau Meeting tidak jadi dilaksanakan? Ah, mengapa aku memperdulikannya? Lebih baik aku bekerja sebaik mungkin, semangat Shena! Aku menyemangati diri sendiri di dalam hati. Tak lama kemudian, aku melihat ada rombongan mobil datang. Kira-kira ada sekitar 6 mobil datang ke Restoran, dan sekarang sedang memarkirkan kendaraannya di area parkir. Itu pasti mereka, karena mereka datang secara bersamaan, tebakku. Selesai memarkir mobil, satu persatu dari mereka pun masuk. Aku tidak mengenal salah satu dari mereka, dan yang terakhir masuk adalah Tuan Keith James. Dia tetap terlihat tampan seperti biasa, pikirku. Tara dan Bryan selaku Host, menyambut mereka. Terlihat jelas wajah Tara yang berubah cerah, dia sampai memakai lipstik berwarna merah menyala, supaya bisa menarik perhatian Tuan James, namun, sayangnya dia gagal. Tuan James sama sekali tidak melihat ke arah Host, dan dia terus saja berjalan. Philip, Manager Restoran juga berada di garis depan menyambut Keith James. Pak Philip berdiri tak jauh dari Table Host. "Selamat datang Tuan Keith James," sambut mereka. Keith hanya berlalu, dan matanya menatap aku. Dia duduk di tengah, di Table yang sudah di Arrange sesuai Request-nya. Aku sebenarnya sudah menduga bahwa dia akan melihat ke arahku, namun, aku tidak mau terlalu percaya diri. Aku harus fokus bekerja, tidak boleh lengah apalagi lalai. Aku, Angie, Maria, dan Andrea juga menyambut rombongan Meeting termasuk Tuan James. "Selamat datang Tuan Keith James," kata kami sambil sedikit membungkuk hormat. Keith tidak menjawab sama sekali, anehnya dia hanya menatap mataku dengan tatapan yang sukar diartikan. Aku sudah merasa agak gugup karena dia menatapku begitu intens, padahal di depan umum. Keith dan rombongan yang totalnya ada 15 orang duduk. Aku melihat kira-kira ada 15 Bodyguard yang ikut masuk. Mereka berjaga-jaga di sekitar Table dengan tatapan waspada. Semua makanan, dan minuman yang Keith pesan sudah kami sajikan di Table-nya. Pak Philip mengatakan pada saat di Briefing bahwa Tuan James ingin semuanya telah siap di Table saat dia datang, dan tak menunggu terlalu lama. Aku maju terlebih dahulu ke tempat Keith, karena Keith sudah Request ke Philip bahwa hanya aku yang boleh bertanya padanya mengenai orderan. Aku sebenarnya gugup karena semua orang yang bekerja di restoran mengira aku kesayangan Keith, lebih tepatnya Keith naksir padaku. Tapi aku tahu demi pekerjaan, aku maju ke Table Keith sesuai yang di Request oleh Keith melalui Pak Philip. "Ada pesanan tambahan, Tuan James?" Tanyaku lembut sambil tersenyum. Keith menatap mataku agak lama. Manik mata birunya begitu dalam, aku tak mengerti apa yang dia ingin sampaikan melalui tatapan mata yang begitu dalam ini. "Ada, tambahkan Mineral Water, Still Water," jawabnya sambil menatap mataku, mata birunya sangat dalam. "Baik, Tuan James. Still Water untuk 15 Pax," aku mengulangi ucapannya sambil mencatat orderannya. "Ada lagi, Tuan James?" Tanyaku sopan padanya. Siapa tahu dia ingin yang lain, Kan? Sebagai Server yang baik, aku menunggu Guest -(tamu) ku untuk kembali memesan. "Itu saja. Terima kasih," jawabnya lalu dia menatap ke peserta Meeting. "Baik, Tuan. Selamat menikmati hidangannya," kataku sopan sambil agak sedikit membungkuk lalu pergi. Angie, Maria dan Andrea langsung mendatangiku. Mereka pasti memperhatikan apa yang telah terjadi, dan bisa jadi mereka akan menggodaku. "Tuan James pesan apa?" Tanya Angie padaku. "Still Water untuk 15 Pax," jawabku menyebutkan orderan minuman Tuan Keith. Kami semua, para Server, sudah memahami Mineral Water yang dia inginkan. Mineral Water yang dia mau ada 2 merek : Evian dan Equil. Kalau tidak ada mereka tersebut karena kehabisan, kami akan membeli di supermarket. Para Server pria membantu kami, dan kami akhirnya membawa Mineral Water ke Table Keith. Sebelumnya, aku menatap dari jauh ke arah Table Keith, aku mau meninjau keadaan karena aku melihat Keith sedang sibuk dengan Meeting-nya. Keith tiba-tiba menoleh padaku, seolah dia mengetahui maksud dari aku menatap ke arah mejanya, lalu dia memberi kode agar aku mendekat. Aku bergerak untuk mendekati dirinya. "Tuan, maaf, untuk Mineral Water-nya mau dikeluarkan sekarang atau nanti?" Tanyaku sopan padanya. "Sekarang!" Jawabnya sambil menatap mataku lekat-lekat. "Baik, Tuan," kataku sopan. Aku memberi kode kepada teman-temanku sesama Server, agar meletakkan Mineral Water ke masing-masing Table Guest kami. "Ada lagi Tuan yang bisa saya bantu?" Tanyaku ramah sambil tersenyum. Apabila ada, maka aku akan langsung mencatat Orderan-nya. Keith menatapku lama, lalu dia menggeleng. Dia mendekatkan kepalanya ke telingaku. "Tidak ada. Jangan pergi kemana-mana. Tetaplah pada radius penglihatanku," bisiknya di telingaku. Entah kenapa aku mendengar suaranya berubah menjadi serak dan terdengar seksi di telingaku. Shena, jangan berpikiran macam-macam, dia Guest-mu di Restoran! Makiku pada diri sendiri di dalam hati. "Baik, Tuan," Kataku paham akan maksudnya lalu mengangguk. Aku sebenarnya terkejut dengan sikapnya, namun aku berusaha tidak terlalu kentara. Aku kembali ke tempat para Server, yang tidak jauh letaknya dari meja Tuan Keith. "Shena, Tuan Keith James aneh ya padamu," bisik Angie dengan suara pelan kepadaku. Sudah ku duga bahwa perhatian Tuan Keith telah disalah artikan oleh teman-teman yang melihatnya. "Aneh bagaimana?" Tanyaku, alisku terangkat satu. Lebih baik berpura-pura tidak tahu daripada memikirkan ucapan orang lain. Aku berusaha menikmati lagu-lagu dari CD yang diputar oleh Tara. Semuanya lagu-lagu lama, dan kesukaanku. "Tuan James hanya melihat padamu. Dia juga berbisik di telingamu," kata Angie lagi, nadanya menggodaku. Aku tersenyum, "Bisa saja kamu itu!" Aku menyukai bekerja di sini karena selain tempatnya bagus, kedai ini sudah berubah menjadi restoran sejak sebulan yang lalu, karena Owner Restoran ini sudah menambahkan Menu yang bervariasi dan memperluas tempat sehingga bisa menambah ruangan yang ada. Bahkan sudah ada 3 Private Room walau hanya maksimal untuk 12 Pax per 1 Private Room. Aku melihat salah satu peserta Meeting berdiri, dan melakukan presentasi. Melihat hal itu, aku merasakan bahwa aku seperti sedang mengikuti kelas kuliahku. Lagu Enya "Only Time" mulai mengalun. Aku senang lagu-lagu New Age seperti ini. Di ponselku terdapat lagu-lagu seperti ini. Pak Philip mendekat ke arah kami, para Server. Server adalah nama lain dari Waiter dan Waitress. Sebagai Server, kami berdiri tak jauh dari Table Guest kami, tujuannya adalah agar kami bisa siap sedia bila Guest (tamu) memerlukan bantuan. "Pesanan Tuan James sudah semua?" Tanyanya kepadaku. "Sudah, Pak," jawabku sopan. "Baik, tetap Stay di tempat kalian. Untuk Break dilakukan bergantian seperti yang saya katakan di Briefing." Kata Pak Philip pada kami. "Baik, Pak," jawab kami serentak namun tidak terlalu keras karena kami memiliki tamu VIP yang sedang Meeting. "Maaf Pak, saya mau ke Rest Room dulu," kataku meminta izin pada Pak Philip. "Baik, jangan lama-lama!" Pak Philip mengingatkanku. "Iya, Pak. Terima kasih," aku berusaha untuk tidak lama di WC karena pasti nanti Tuan Keith akan mencariku bila dia hendak memesan makanan dan minuman tambahan. Tak sengaja aku melihat ke arah Table Tuan Keith. Dia tak lama menoleh kepadaku, sehingga membuatku kaget. Dari tatapan matanya, dia seakan bertanya aku mau ke mana, dan aku memberi kode ingin ke Rest Room. Keith terlihat mengangguk lalu kembali menatap ke orang yang melakukan presentasi. Aku lalu ke Rest Room karena ingin buang air. Namun yang terjadi aku malah buang air besar. Mungkin karena kebanyakan makan sambal saat berada di rumah sehingga aku jadi sakit perut. Setelah selesai, aku membersihkan diri lalu mencuci tangan, dan merapikan Uniform dan keluar dari sana. "Sudah?" Tanya Pak Philip padaku, saat dia melihatku sudah kembali ke tempat Server. Pak Philip berdiri di sampingku. "Sudah, Pak," jawabku pada Pak Philip. Pak Philip lalu meninggalkan tempat kami, dan aku kembali berdiri di tempat Server. Hampir semua orang di sini adalah teman-temanku, khususnya teman-teman Server, terkecuali Tara. "Apa ku bilang, Tuan James menyukaimu!" Kata Angie, dia menekankan kata demi kata, dan aku hanya mengangkat bahuku. "Hahaha, fokus bekerja, Anggie. Kalau mau gosip nanti saja saat kita Break," kataku tersenyum. Sudah 3 jam berlalu, sekarang sudah jam 19:00. Kami sudah mengganti semua makanan, dan minumannya sesuai Request Tuan Keith James. **Flashback On** Pak Philip memanggilku secara khusus ke ruangannya. Dia memberitahuku di hari Senin, sesaat sebelum jam kerjaku akan selesai. Dia menginformasikan bahwa Keith akan melakukan Meeting di Restoran kami. Aku mendengar dari Pak Philip bahwa Keith telah menghabiskan dana $2,000,000 untuk Booked 1 tempat ini selama 7 jam. Keith sudah membayar lunas, dan Mineral Water yang dia pesan sudah termasuk di dalamnya. Liburku biasanya hari Jumat, namun aku geser di hari Kamis karena aku mendengar Tuan Keith akan mengadakan Meeting. Dan bagian yang aneh adalah hanya aku yang boleh berbicara untuk menanyakan orderan-nya. "Sepertinya kamu Server favorit Tuan James," goda Pak Philip padaku. Tatapan matanya menggodaku. Aku, dan Philip cukup dekat tapi hanya sebatas pekerjaan. Philip tahu bahwa aku bekerja Part-time karena ingin menghasilkan uang, dan aku hanya bekerja 4 hari dalam seminggu karena disesuaikan dengan jadwal kuliahku. Aku hanya tertawa mendengar ucapan Pak Philip. Sudah sangat sering aku mendengar ucapan ini, sampai lelah aku memberikan klarifikasi. "Serius, Shena. Tuan James bahkan bilang hanya kamu yang boleh mendekat terlebih dahulu baru Server yang lain," kata Pak Philip. Kali ini suaranya terdengar serius. "Terima kasih Pak, tapi saya hanya Server biasa. Saya hanya melakukan pekerjaan saya sebaik mungkin," jawabku sopan. "Baik, hari Off  kamu di hari Kamis, ya. Tuan James sudah booked dari satu minggu yang lalu. Semua yang dia minta sudah Ready. Jaga kesehatan, jangan sampai sakit!" Kata Pak Philip tegas. "Baik Pak, terima kasih. Saya permisi mau pulang," kataku berpamitan pada Pak Philip, lalu akupun berlalu dari hadapannya. ** Flashback Off ** Aku akan Break jam 19:00, selesai Guest makan malam, supaya aku bisa istirahat dengan leluasa. Aku melihat Tuan Keith akan ke Rest Room khusus Guest. Dia memberi kode agar aku mendekat kepadanya. Aku lalu mendekat ke arahnya. Tuan Keith sangat tinggi. Aku melihat dia menunduk agar bisa menjangkauku, dan dia berbisik tepat di telinga kanan. "Kamu istirahat makan jam berapa?" Dia berbisik menggunakan suara yang pelan dan lembut. Kali ini rasanya jadi sedikit takut dan terkejut. Sepertinya Tuan Keith menjadi berminat kepadaku, tapi aku tepis pikiran itu.  "Saya istirahat jam 19:00, Tuan," jawabku sopan. "Lalu kamu pulang kerja jam berapa?" Tanyanya lagi lebih lanjut. Semakin lama semakin aneh pertanyaannya. Apakah benar pendapat teman-teman bahwa dia menaruh hati padaku? "Saya pulang jam 22:00, Tuan. Sehabis Closing Restoran," jawabku dengan nada sesopan mungkin. Baru kali ini Keith menanyakan masalah pribadi seperti aku Break jam berapa, dan pulang jam berapa. Ini semua aneh, dan di luar kebiasaannya. "Aku antar kamu pulang ya, Shena," katanya pelan, suaranya terdengar mendesah. Aku merinding mendengar suaranya barusan. Damn, aku bersumpah dia mendesah padaku! Jeritku di dalam hati. Aku agak terdiam lalu aku menjawab kembali, "Terima kasih Tuan, saya akan dijemput," Aku tersenyum dan tetap bersikap sopan dan profesional. Tuan Keith lalu terdiam. Dia menatap mataku lebih dalam dengan tatapan yang sukar aku artikan maknanya, lalu dia masuk ke Rest Room. Aku menghela napas, Tuhan kenapa hari ini aneh sekali? ********************************************************************   Halo, nama saya Priskila Wi. Saya telah membuat 5 Novel yang sudah dipublikasikan secara online, yaitu : Reinkarnasi Dark Witch, Pria Dingin Mengejar Gadis Cuek, The Storm Witch, Summer Kekasih Ares dan Putri Naga Ti-Lung. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa memberi love dan feedback supaya saya semakin semangat membuat cerita ini. Cheers :) Priskila Wi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD