Secret Admirer?

1866 Words
Shena Wijaya POV Dean betul-betul menjemput di kampus. Aku bertemu dia karena aku sudah mengatakan padanya tentang jadwal hari ini. "Sayang, kamu selesai kerja Part time-nya jam berapa?" Tanya Dean kepadaku, ketika kami sudah di dalam mobilnya yang sekarang sedang dia kendarai. "Aku mulai jam 14:30, selesai jam 22:00, dan sampai waktu Closing Restoran," jawabku lembut. "Pulangnya aku jemput, ya!" Tawar Dean kepadaku. Dia menggenggam tangan kananku dan mengecup punggung tangannya. Sepertinya, sikap lembut nan mesra yang ditunjukkan oleh Dean adalah awal mula yang baik sebelum bekerja. "Iya, sayang. Aku tunggu, ya," kataku yang tak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang tersimpan di dalam relung jiwa. Hari-hari yang tenang tanpa pertengkaran ataupun sikap posesif berlebihan seperti ini sangat menyenangkan. Semoga sikap lembut, manis, dan romantis ini berlangsung lama, harapku dalam hati. Mobil Dean lalu berhenti di kediaman Papa. Papaku, Lukas Wijaya, memiliki sebuah mansion yang megah nan mewah. Bagiku ini sebuah pemborosan. Aku ingin suatu saat bisa mandiri, tinggal seorang diri di apartemen, dan menjadi seorang wanita karier yang hebat. "Ayo, masuk sayang!" Ajakku padanya.  Aku tersenyum manis. Aku menghargai Dean yang berusaha untuk kembali bertutur kata menyenangkan, dan bersikap manis, agar hubungan kami normal kembali. Aku menikmati perlakuan Dean yang hari ini berbeda dari biasanya. Dia bersikap layaknya kekasih yaitu berkata-kata manis, romantis, dan perhatian. Aku melihat bagaimana dia berusaha keras agar bisa memperbaiki hubungan kami seperti sedia kala, sehingga aku berpikir akan memberikan hubungan ini kesempatan kedua. Tidak ada salahnya, kan? Kami berdua bertemu Mama, dan Matthew. Kami berempat makan siang bersama, mengobrol, dan tertawa bahagia. Ketika jam menunjukkan pukul 13:15, Dean mengantarkan aku ke tempat kerja. Aku bekerja di Restoran YumYum, lebih tepatnya kedai burger terenak di Boston yang pernah aku rasakan. "Terima kasih, sayang sudah mengantarkan aku.," kataku lembut setelah kami sampai di tempat kerja. Dean meraih kedua tanganku, dia mencium jemarinya dan menatapku dalam. "Sayang, pulangnya aku jemput, ya!" Ucapannya begitu teduh, lembut dan menenangkan. Aku mengangguk pertanda menyetujui perkataannya, "Iya, sayang. Aku menantikan kehadiranmu," Aku senang sekali bila kekasihku bersikap seperti ini. Bisakah Dean berkelakuan menyenangkan seperti ini setiap harinya? Hubungan seperti inilah yang membuatku merasakan indahnya memiliki seorang kekasih, semoga saja sikapnya ini permanen, harapku dalam hati. Kami lalu berciuman mesra namun tidak sampai dalam karena aku harus bekerja, kalau tidak aku akan terlambat. "See ya, Honey!" Katanya. Dia mencium keningku lebih lama dari biasanya. Aku merasakan ciuman yang mendarat di keningku. Aku senang Dean sudah kembali jadi kekasih yang manis, perhatian, dan pengertian. "See ya too, Honey!" Balasku dengan senyuman manis yang tersungging di wajah. Aku segera turun dari mobil Dean. Setelah melambaikan tangan ke arahanya, aku melihat mobil Dean menghilang dari pandanganku. Aku masuk melalui pintu belakang, dan aku bertemu Tom, salah satu Sous Chef di sana. "Hello, Tom!" Sapaku riang padanya. Energi positif memenuhi pikiran sehingga tanpa sadar aku menjadi lebih banyak tersenyum. "Hello, Shena. Cerah sekali hari ini," katanya sambil tersenyum lebar. Aku tertawa mendengar perkataannya. See? Bahkan orang lain pun turut melihat, dan merasakan ada yang berbeda dariku. Aku masuk ke loker wanita, dan berganti Uniform di sana. "Hai, Maria!" Sapaku pada teman satu Shift-ku. "Hai, Shena," Sapanya balik. Aku dan Maria satu kampus, hanya beda jurusan. Maria jurusan Architecture Design. Kami berdua tak terlalu dekat, hanya sebatas pekerjaan setelah itu kembali dengan urusan masing-masing. Bagiku, selama orang lain tak mengusik urusanku, aku juga tak mengusik mereka. "Hari ini mungkin ramai, ya," kataku padanya membuka percakapan. "Ya, sudah masuk Weekend, pasti ramai," sahut Maria. Hari Jumat biasanya adalah hari yang sibuk di kedai ini, aku tetap menyebutnya kedai walaupun tempat ini sudah berubah menjadi restorang kecil. Pengunjung yang terbesar adalah kalangan remaja, dan mahasiswa. Aku, dan Maria masih di loker untuk melakukan Grooming yaitu menyapukan Make up, mengikat rambut dengan kuncir kuda, dan tak lupa menyemprotkan parfum agar tubuh menjadi harum semerbak. Aku melirik arloji yang ku pakai di tangan kiri, masih jam 14:15. Masih ada sedikit waktu. "Shena, ada paket untukmu," kata Daniel yang tiba-tiba muncul di loker. Daniel adalah Kurir di Restoran kecil ini. Dia akan berkeliling, dari satu divisi ke divisi yang lain, untuk memberikan surat, paket, atau Invoice. Dia masuk ke loker wanita tanpa mengetuk pintu, kebiasaan buruknya tak pernah berubah. Dan untungnya aku sudah selesai me-retouch Make up-ku. "Paket? Jangan lupa ketuk pintunya sebelum masuk!" Tegurku padanya. Aku tak bosan-bosannya mengatakan hal yang sama : Ketuklah pintu sebelum masuk. Kembali ke persoalan paket, aku tak pernah memesan apapun yang diantarkan ke tempat kerja. Kalaupun ada, semuanya dikirim ke alamat rumah. "Maaf, Shena. Ya, ini paket untukmu. Tidak ada nama pengirimnya. Tadi kurir dari luar mengantarkan ke mari, dan mengatakan bahwa paket ini untuk Nona Shena Wijaya," jawabnya sambil menyerahkan paket, serta buket bunga Mawar merah yang besar. Mataku melotot melihat semuanya yang diberikan kepadaku. Aku menerimanya dengan baik dari tangan Daniel, "Thank you, Daniel." "You are welcome, Shena (sama-sama, Shena)," Daniel pun keluar dari loker wanita. Aku melihat kartu ucapan yang ada di buket itu, dan ada tulisan di dalamnya: "Dear My Goddess, You are a special person in my heart. I hope this gift makes you smile and happy. Love you, K " *Untuk Dewiku, Kamu adalah orang yang istimewa di hatiku. Aku berharap hadiah ini membuatmu tersenyum dan bahagia. Aku mencintaimu,       K . * "Wow, Shena. Kamu punya Secret Admirer!" Kata Maria padaku. Maria kini berdiri di sebelahku. Raut wajahnya tampak penasaran dengan paket yang barusan aku terima dari Daniel. Aku tertawa. "Bisa saja kamu, Maria. Aku sendiri bingung buket ini mau aku apakan," Sejujurnya, sudah tiga bulan ini aku menerima buket Mawar merah plus hadiahnya. Entah sepatu, tas, Dress, ponsel, Laptop dan entah apalagi aku tak bisa mengingat karena terlalu banyak. Semua hadiah yang aku terima bermerek mahal. Rasanya ingin ku kembalikan saja semua buket dan hadiah yang ditujukan padaku, namun kepada siapa? Aku tak mengetahui nama dari si pengirim. Aku tak pernah tahu siapa pria berinisial "K" itu sebenarnya. "Kamu sungguh tidak tahu siapa yang mengirimkan itu semua?" Tanya Maria padaku. Aku menggeleng. "Tidak tahu. Aku juga bingung," sahutku cepat. "Apakah mungkin itu datangnya dari salah satu tamu kita di Restoran ini?" Maria mengajakku berpikir logis. "Mungkin, tapi aku tak tahu siapa dan yang mana karena pembeli di Restoran banyak yang datang, dan silih berganti," jawabku sambil mencoba mengingat-ingat, namun nihil. Aku pernah membuang buket bunga Mawar merah yang diberikan, tak lama kemudian, di hari aku membuangnya, datang kembali buket yang sama. Dan ada kartu ucapannya: "Dear My Goddess, Don't throw away my gift. You were hurting my heart. I knew exactly what you did. Love you, K " *Untuk Dewiku, Jangan membuang pemberianku. Kamu telah menyakiti hatiku. Aku tahu persis apa yang kamu lakukan. Aku mencintaimu, K * Sejak itu, aku tidak lagi membuang semua hadiah darinya. Si pengirim seperti berada di dekatku, mengawasi gerak-gerik, dan tindakanku. Aku penasaran siapakah pria dengan inisial "K" ini sebenarnya? Mengapa dia mengirimkan buket bunga Mawar serta hadiah-hadiah mahal tanpa aku pernah sekalipun memintanya. Ketika aku menangis karena bertengkar hebat dengan Dean, datang lagi sebuket Bunga Mawar merah, dan hadiah lainnya. Kata-kata di kartu ucapan di dalam buket bunga mawar merah itu yang selalu aku perhatikan: "Dear My Goddess, You are my sunshine and the light of my life. Don't cry, baby. Your stupid boyfriend was made you crying, better you break up with him. I always here and I always love you. Love you, K ." *Untuk Dewiku, Kamu adalah matahariku dan cahaya dalam hidupku. Jangan menangis, sayang. Pacarmu yang bodoh telah membuatmu menangis, lebih baik kamu putus dengannya. Aku selalu di sini dan aku selalu mencintaimu. Aku mencintaimu, K * Aku berpikir, darimana dia tahu kalau aku, dan Dean saat itu bertengkar hebat? Apakah dia memata-matai aku? Tidak mungkin dia sampai mengetahui hal pribadiku kecuali dia memata-mataiku, atau setidaknya dia memiliki seorang mata-mata yang melaporkan segala sesuatu mengenai diriku kepadanya. Karena semua Gift darinya, aku jadi semakin sering bertengkar dengan Dean. Aku sendiri tidak pernah tahu identitas orang yang mengirimkan bahkan tidak memintanya. Apabila aku mengetahuinya, aku akan menanyakan apakah alasannya sehingga mau membuang waktu, tenaga, dan uang untuk mengirimkan semua ini padaku? Aku menghela nafas berat. Pikiranku terasa buntu karena tak juga mendapatkan jawabannya. Aku melihat arlojiku, sudah jam 14:25. Aku memasukkan semua pemberian itu ke dalam loker, dan menguncinya sehingga aman. Kami semua yang bertugas di Afternoon shift, segera berkumpul di area pojok Restoran dan segera melakukan Briefing di pimpin oleh Manager, Pak Philip. Selesai Briefing selama 20 menit, kami pun segera mulai bekerja. Hari ini restoran kami di Full booked oleh Customer VIP kami. Jadi dari jam 15:00 hingga jam 22:00. Selama durasi tersebut, Restoran ini akan Closed for public (ditutup untuk umum). Tuan Keith James yang mem-booking Restoran kami. Dia akan mengadakan Meeting di sini. Aku juga bingung kenapa orang seperti dia malah mengadakan Meeting di Restoran kecil, dan bukannya di Fine Dining atau di hotel berbintang lima. Yang aku dengar dari Maria dan Server lainnya, Keith James adalah CEO dari James Corporation. Dia tidak banyak bicara dan matanya sangat awas dalam memperhatikan. Aku pernah melihatnya, dan dia suka duduk seorang diri di Table dekat ruangan Pak Philip. Tiga bulan yang lalu, saat pertama kali bertemu dengannya, Tuan Keith menatapku dengan tatapan yang sukar ku artikan, bahkan dia hanya menanyakan namaku saja tanpa memesan apapun. Aku tidak pernah melihat Tuan Keith membawa seorang gadis. Dia selalu datang sendirian dan menyendiri dengan Laptop-nya. Aku kadang berpikir, apakah dia tidak pernah datang ke kantor? Aku selalu melihat dia Meeting di sini. Setiap hari datang ke restoran, dan seperti tidak pernah bosan. Namun aku berpikir bahwa dia adalah Bos, siapa yang berani menentangnya? Bos bebas melakukan apapun seperti masuk tidaknya dia kerja atau bebas mengatur waktu untuk Meeting dimanapun sesuka hatinya. Keith James, pria itu hanya mau di layani olehku, sehingga semua menjadi heran. Anggie bercerita padaku mengenai sikap Keith James yang aneh buatnya: "Selamat siang, Tuan James, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Anggie pada Tuan Keith. "Shena mana?" Tanya Keith yang masih berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Saat itu aku sedang tidak ada karena aku Off (libur), sehingga Angie, temanku yang saat itu bertugas, dia menggantikanku melayani pesanannya. Tuan Keith bahkan bertanya tanpa perlu menoleh. Saat itu Keith sedang bekerja dan menatap layar Laptop-nya. "Shena sedang Off, Tuan James," jawab Angie. "Saya pesan seperti biasa," ucap Keith tetap dengan pandangan lurus di Laptop. Tuan Keith adalah pengunjung tetap, sehingga kami semua hapal apa yang dia pesan tanpa bertanya lebih lanjut apa yang dia inginkan. "Baik Tuan James, terima kasih. Pesanan Anda akan segera siap dalam waktu 15-20 menit lagi," kata Angie dengan sopan. Tuan James membisu. Biasanya bila aku yang melayani pesanannya, dia akan menoleh kepadaku untuk mengucapkan terimakasih, sambil menatap manik mataku lekat-lekat. Angie segera menuliskan pesanan Keith yang biasanya, dan dia memberikan catatan itu kepada bagian Kitchen. ************************************************************************************************ Halo, nama saya Priskila Wi. Saya telah membuat 5 Novel yang sudah dipublikasikan secara online, yaitu : Reinkarnasi Dark Witch, Pria Dingin Mengejar Gadis Cuek, The Storm Witch, Summer Kekasih Ares dan Putri Naga Ti-Lung. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa memberi love dan feedback supaya saya semakin semangat membuat cerita ini. Cheers :) Priskila Wi  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD