Prolog

346 Words
Gak kenal [Ga, sedang apa? Di mana? Dengan siapa?] Gak kenal [Ya ampun, Arga ganteng banget, Masya Allah gantengnya... Bales, dong!^^]   Arga [Di kampus. Kenapa lu?]   Gak kenal [Laper hehe. Nasgor depan komplek, ya?] Gak kenal [Sop buahnya juga. Jangan lupa ditambah senyumnya Arga, biar sop buahnya manis. Hehe]   Arga [Bayar.]   Gak kenal [Yah, pelit lu, Ga. Sekali ini aja, gue bokek:')) huhu]   Arga [Tiap hari juga lu bilang bokek, Ta. Padahal tiap makan gue yang beliin.]   Gak kenal [Hehe, adek Tata yang cantik kan harus irit. Mana Mama Papa lagi gak ada. Gak boleh boros-boros:)]   Arga [Makanya belajar masak, bangsyul. Ngapain punya kompor kalau cuma buat pajangan di dapur? Jual aja kalo gitu!]   Gak kenal [Bacot ah. Mau beliin kagak?]   Arga [Setengah jam lagi gue ke sana.]   Gak kenal [Nah, gitu, dong. Arga gantengnya subhanallah. Makasih, ya, Ga.] Gak kenal [Tapi mendadak gue gak selera nasgor deh, Ga. Keepsi, ya! Sop buahnya masih selera, jadi sekalian:)]        Arga menghela napas dan menggeleng pelan. Ananta dan sikap kurang ajarnya memang tidak pernah berubah. Yah, Ananta. Gadis yang seolah menjadi pusat semesta bagi Arga. Gadis berisik, kurang ajar, jorok, dan mengesalkan itu adalah prioritasnya. Sesuatu yang akan membuat Arga meninggalkan dunia hanya untuknya. Dia bukan gadis istimewa dalam artian pacar Arga. Dia menempati posisi lain yang lebih berharga dari itu. Posisi yang entah kapan akan berubah. "Gue pulang duluan, ya. Ada urusan," tutur Arga pada teman-temannya di tempat tongkrongan. "Urusan apa urusan, hm?" goda Marcell dengan smirk sialannya. "Urusan beneran, njeng!" umpat Arga, melempar Marcell dengan kacang tanah di piringnya. "Si k*****t! Selow, dong!" Marcell ngakak, tak peduli dengan wajah datar Arga. "Hati-hati, jangan keseringan pacaran, Ga. Nanti positif." Jangan tanya itu siapa. Karena jawabannya hanya satu: Bambam, si pria berotak m***m. Paling m***m di antara yang lain. Kerjaan nonton film biru bareng Marcell. Tidak berfaedah memang hidupnya. "Lu ngatain diri sendiri, Bam?" timpal Yugi polos. Kemudian kepalanya terkena pukulan Bambam. "Una emangnya mau di-anu sama Arga?" "g****k, Jefri! Gue pulang!" Arga berlalu begitu saja. Menyimak salam-salam perpisahan dari teman-temannya tidak akan pernah selesai hingga pagi menjelang. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD