01| Jodoh Kayanya

1140 Words
Nadi membiarkan rambut nya terurai indah. Ia tersenyum cerah. Di sepanjang koridor banyak sekali pasang mata yang menatap nya dengan tatapan memuja karna kecantikan nya.  Matanya sesekali menutup sambil tersenyum, senyum nya membuat wajah nya berkali-kali lipat lebih cantik.  Kedua tangan Nadi memegang kedua tali tas berwarna coklat dengan corak ice cream yang ia pakai. "Akhirnya aku dateng kesekolah dengan tepat waktu!!" pekik Nadi senang.  Mungkin itu alasan  yang membuat Nadi sedari tadi tak henti-henti nya tersenyum. Itu sebenarnya bukan hal besar. Nadi saja yang kelewat lebay. Suka sekali melebihkan segala sesuatu yang menurut orang lain biasa saja. "Nadi sampai sekolah dengan keadaan sehat, ah senang nya," ucap nya lagi dengan girang sambil berputar-putar. Mungkin ini akibat dari film india yang ia putar tadi malam. Bukk Nadi menabrak tubuh seseorang. Buku yang dibawa orang tersebut jatuh ke permukaan lantai. Dengan bodoh Nadi terus berusaha berjalan dengan mata tertutup, dan jidat yang tertempel pada d**a bidang orang tersebut. Cewek itu membuat gerakan seolah-olah sedang berlari. Sedangkan orang yang ditabrak tadi hanya menampilkan wajah datar nya. Bego.  Batin laki-laki itu mengumpat kesal. "Kok nggak jalan-jalan, ya?" tanya Nadi pelan sambil terus berusaha berjalan. Dengan terpaksa akhirnya Nadi mundur satu langkah dan mau tidak mau ia membuka kedua mata bulat nya. Betapa terkejut nya dia ketika melihat ada perawakan orang tanpa kepala. "Loh, dimana kepala nya?" tanya Nadi terang-terangan. Berlaga bego. Wajah nya nampak bingung, Nadi lupa kalau otak nya, ia tinggalkan di bawah kasur nya tadi.  Nadi mendongkak kan kepala. Ingin Melihat siapa yang ia tubruk tadi. Matanya membulat sempurna, sangat sempurna. Nadi membentuk bibir nya menjadi sebuah huruf 'o', ketika tahu  siapa orang yang dia tubruk. Nadi masih melotot kaget, masih mempertahankan ekspresi luar biasa bodoh nya, ketika melihat yang lelaki yang kemarin menolong nya tengah berada di hadapan nya, memasang wajah nya dengan sangat datar, namun hal itu tak urung membuat jantung Nadi berdetak cepat.  Nadi membalikan tubuh nya. Membelakangi cowok tadi yang masih diam di tempat. Menunggu kata maaf dari cewek yang tidak memiliki tata krama ini.  Nadi tersenyum malu. Pipi nya merona. Apa semua orang seperti itu ketika jatuh cinta? Muka nya sudah seperti orang demam. Bahkan tangan Nadi gemetar sejak tadi. Nadi membalikan tubuh nya. Menatap cowok itu dengan penuh binaran cinta di mata nya. Ia memandangi wajah cowo itu lama.Apakah ini yang dinamakan jodoh pasti bertemu? Nadi memagangi jantung nya yang berdegup kencang.  "Kamu yang kemarin di halte bis itu, 'kan?!!" tanya nya dengan penuh semangat. Orang itu hanya mengkerut kan dahi tanda tak mengerti. Siapa gadis di hadapan nya ini? Salah satu pasien rumah sakit jiwa kah? Atau emang orang gila yang tengah berkeliaran? "Kenalin aku Nadira Prameswari. Kamu bisa panggil aku, Nadi. Ah, atau sayang juga boleh," ucap Nadi tanpa malu. Mengulurkan tangan mengajak kenalan. "Nama kamu siapa?" tanya Nadi lagi dengan tangan masih terulur ke arah cowok itu yang masih menatap Nadi dingin. Karna masih tak mendapat respon juga,  akhirnya Nadi memilih menurunkan tangan nya kembali. Mata nya beralih pada name tag orang tersebut. Raka Wijaya. Batin Nadi bergumam.  Raka–cowok yang sedari tadi di jejali ucapan-ucapan tak penting, oleh Nadi,  hanya memasang ekspresi datar sambil memandangi wajah Nadi, namun buru-buru dia mengalihkan pandangan nya ketika Nadi kembali menatap nya.  "Raka boleh aku minta nomor ponsel kamu?" tanya Nadi dengan semangat berkorbar seraya menyodorkan ponsel nya ke arah Raka.  "Lo siapa?" tanya Raka dengan sebelah alis terangkat. Raka benar-benar tidak mengerti, apa harus ia serepot itu dengan memberikan nomor nya secara cuma-cuma pada gadis yang ada di hadapan nya ini?  Nadi senang bukan main ketika Raka berbicara. Suara Raka terdengar indah menurut telinga Nadi. Menusuk telinga nya lembut. Serta langsung menancap ke hati. Padahal suara Raka sangat dingin, terkesan tak punya hati.  Nadi kembali menurunkan ponsel nya "Perkenalkan aku Nadira Prameswari." Nadi menjawab dengan mengangkat sedikit rok nya dan membungkukan badan nya ala-ala putri-putri kerajaan.  Sarap, nih orang.  Bagai tak punya mulut Raka terus saja membatin. "Nadi boleh minta nomor Raka?" tanya nya lagi berusaha, tangan nya kembali  menyodorkan ponsel nya ke arah Raka. "Ayolah Raka cepet!!" paksa Nadi dengan tidak tau malu nya.  "Buat apa?" tanya Raka kembali. "Buat Nadi lah. Biar kita bisa chattingan setiap hari, setiap malam, setiap siang, setiap sore, dan setiap pagi!!"Jelas Nadi panjang lebar kali tinggi. "Gue nggak mau, lo sakit ya? Salah, kalau lo masuk ke sekolah. Ke rumah sakit jiwa aja sana." Raka yang mencoba pergi namun Nadi merentangkan tangan nya menghalangi Raka yang akan lewat.  "Oh Raka mau chattingan nya setiap menit atau setiap detik ya?" tanya Nadi polos. "Maksud gue, gue nggak mau kasih nomor gue ke lo! Sekarang lo bisa minggir!" ucap Raka masih bisa menguasai emosi nya yang mulai menguap.  Bukan nya minta maaf Nadi malah ingin melecehkan dirinya disini. Raka tidak semurah itu. Catat.  "Nggak Nadi akan tetap disini!" keukeuh Nadi. "Minggir!" "Engga!" "Minggir sinting!" "Nggak!!" Raka berdecak sebal, lihat saja, gadis ini seperti minta dibuang ke rawa-rawa sangat menyebalkan sekali. Rasanya Raka ingin sekali menendang nya ke mana saja asal jangan disini bikin pusing. Raka memutar otak, mencari ide untuk bisa lepas dari gadis aneh ini. Raka itu tersenyum, iblis. "ADA TUKANG ICE CREAM GRATIS!!" teriak Raka tiba-tiba.  Mendengar nama ice cream mata Nadi langsung berbinar dan membuat nya refleks memutar kepala kebelakang.  "Mana ka mana ice cream gratis nya?" tanya Nadi semangat. Nadi memutar kepala nya sambil terus mencari-cari ice cream yang di sebut Raka tadi. Raka langsung melihat keatas dan berucap, "itu liat diatas langit." Raka berbohong. Dengan polos Nadi melihat ke atas langit, mencari-cari ice cream tersebut, Raka tersenyum jahil ini kesempatan nya untuk kabur, lalu sedetik kemudian dia langsung berlari, memilih menghilang bak ditelan bumi.  Nadi yang sedari tadi mencari-cari ice cream gratis pun sudah mulai kelelahan, karena tidak menemukan apapun diatas langit, ya yang nama nya Nadi itu polos-polos bego, jadi ia percaya saja, selagi yang mengatakan nya adalah orang yang menurut nya baik, tapi Raka malah memanfaatkan kepolosan nya.  "Ka ngga ada ko ice cream nya?" tanya nya polos  "Ka ko nggak jawab?" "Ka." "Raka Wija—, " ucapan Nadi terpotong karna ketika kepala nya melihat ke arah Raka, tapi yang ia lihat hanyalah lorong kosong.  Mata Nadi membulat, Raka tidak ada disana. Seharusnya Raka berdiri tegap disana. "Loh Raka kemana?" tanya nya pada diri sendiri. Nadi masih bingung kemana Raka pergi apa jangan-jangan Raka diculik oleh penjual ice cream? Ah bodoh Nadi malah berpikir yang tidak logis, Nadi yang merasa ngeri pun lebih memilih untuk pergi karena benar-benar ketakutan. Namun saat hendak berbalik matanya melihat sebuah buku tergeletak di lantai, cepat-cepat dia mengambil buku tersebut matanya berbinar saat dia tau buku siapa yang ia temukan.  Buku Raka.  Nadi menggenggam buku tersebut dan membawa nya, ikut ke kelas bersama nya, Nadi tersenyum penuh arti dia tau apa yang harus ia lalukan. "Aku akan buat kamu ngasih nomor handphone kamu, Raka Wijaya." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD