Bingo

1407 Words
When the one you deeply love hurts you,it forever changes the way you deal with anyone that attempts to get close to you. *** "Teh ... kemarin sore Ibu ketemu sama Tante Wanda." ungkap Hani pada anak sulungnya. Dirinya dan Keisha sedang duduk berdua di ruang tamu. "Tante Wanda yang waktu itu ketemu di Ciwalk?" tanya Keisha, mengingat pertemuan tak disengaja dengan teman lama ibunya itu. "Iya yang itu. Kamu ingat gak sih ... kalau Tante Wanda punya anak laki-laki?" Hani sengaja memancing obrolan ini, mengingat dulu Keisha selalu bersikap malu-malu saat bertemu Shaka. "Oh .... kalau gak salah namanya Mas Kha-Kha gitu, 'kan? Lupa aku namanya siapa. Kenapa memangnya Bu?" Keisha samar-samar masih mengingat Shaka, tentunya karena Shaka adalah anak laki-laki tampan pertama yang pernah di temui dalam hidupnya. "Namanya Shaka, Wishaka." Hani membenarkan. "Nah iya, Mas Shaka. Kenapa sama dia? Mau nikah?" tebak Keisha asal. "Iya ... dia mau nikahnya sama Teteh. Kamu mau 'kan?" Hani memasang senyum jahil penuh harap. "Ibu ngelindur? Kalau mau nikah itu ya ... sama pacarnya. Ngapain juga dia nikah sama aku, Bu ...." Keisha menggeleng-gelengkan kepala mendengar pertanyaan Hani, yang menurutnya tidak masuk akal. "Ih! Ibu serius ini ... Ibu comblangin kamu sama Shaka ya? 'Kan kamu yang bilang sendiri, males cari pacar maunya ketemu terus nikah. Ini ada nih yang Ibu percaya, sudah mapan juga ... siap nikah pokoknya, harus mau dong. ..." Keisha menatap Hani bingung, Ibunya benar-benar sedang menjadi marketing-nya Shaka. "Memangnya Mas Shaka itu mau sama aku? Waktu jaman SD aja, Mas Shaka sudah ganteng gitu Bu ... apalagi sekarang, pasti tambah-tambah deh gantengnya. Aku mah apa atuh Bu kalau di bandingin sama Mas Shaka?" Keisha menolak dengan nada bicara yang di dramatisir. "Loh, kenapa memang? Anak Ibu juga cantik kok, kece badai cetar membahana gak ada tandingannya. Ketemu dulu aja ya ...." bujuk Hani lagi. Setelah terus dibujuk, Keisha akhirnya mengiyakan permintaan Hani. Lagipula pikir Keisha akan sangat kecil kemungkinan Shaka mau di jodohkan dengannya, levelnya dan Shaka terlalu jauh berbeda. Saat masih sekolah dasar saja Shaka sudah pintar dan tampan, sedangkan dirinya masih anak ingusan yang tak pernah masuk sepuluh besar, apalagi setelah mendengar cerita Wanda tentang perjalanan karir Shaka yang ternyata juga berjalan mulus, makin membuat Keisha berkecil hati. Sampai akhirnya hari inipun tiba, hari dimana Keisha harus bertemu dengan Shaka. Keisha berdiri di dekat pintu kedatangan setelah mendapatkan semua bagasinya, mencari sosok Shaka yang wajahnya sudah hampir dirinya lupakan. Wanda mengatakan kalau Shaka sudah tiba sejak tiga puluh menit sebelum pesawat Keisha mendarat, jadi seharusnya pria itu akan berada di sekitar sini. Saat ini Keisha benar-benar tidak mempersiapkan diri untuk membuat Shaka terpesona saat bertemu dengannya, rambut yang diikat asal dan sandal jepit yang di pakainya sudah cukup memperjelas kalau gadis ini sama sekali tak berniat untuk membuat Shaka tertarik padanya. Ditambah Hani yang benar-benar tidak memberikan petunjuk apapun soal Shaka, tak ada foto apalagi nomor telepon, membuat Keisha semakin hilang selera. Alasan Hani tidak memberikan nomor ponsel Shaka karena menurutnya akan lebih baik kalau Keisha dan Shaka bertukar nomor telepon mereka sendiri saat sudah bertemu nanti, padahal Shaka tidak mengunakan media sosial, alhasil sekarang Keisha kebingungan sendiri mencari Shaka. Bosan menunggu, Keisha mendapat ide untuk memanggil Sakha melalui pengeras suara di pusat informasi. Rasanya walaupun itu sedikit memalukan, tapi akan lebih efisien di banding mencari wajah orang yang hanya samar-samar dia ingat. Untungnya sebelum sampai di pusat informasi pandangan Keisha bertemu dengan sosok pria yang berdiri di sebrangnya, pria itu memakai celana jeans biru dongker, kemeja bermotif berwarna putih dan memakai kacamata hitam. Entah kenapa niat untuk mendatangi pusat informasi malah di gantikan dengan minat memandangi pria itu, saat pria itu membuka kacamata hitamnya Keisha mulai merasa kalau wajahnya tidak asing. Lalu Keisha teringat dengan Sakha, walaupun asing tapi wajah laki-laki itu mirip dengan Wanda. Bingo! Itu pasti Mas Sakha. batin Keisha *** Keisha sudah menghabiskan makanan di hadapannya, dia melihat ke arah Shaka yang masih sibuk dengan makanannya. "Mau tukeran nomor telepon?" tanya Keisha, pertanyaan yang tiba-tiba itu sukses membuat Shaka tersedak makanan yang ada di mulutnya. "Atau gak mau?" tanya Keisha lagi yang mendadak jadi ragu melihat respon Shaka. "Bu- bukan gitu. Kamu tuh bisa gak sih, kalau ngomong jangan bikin kaget?" protes Shaka setelah menghabiskan minumannya. Melihat pandangan Keisha yang tidak mengerti maksudnya, Shaka memilih untuk tidak membahasnya lagi. Selesai makan Shaka baru memberikan nomor teleponnya pada Keisha dan begitu juga sebaliknya. Setelah dari restoran tadi mereka memutuskan untuk langsung pulang, kali ini mereka menceritakan tentang pekerjaan masing-masing sepanjang perjalanan. Profesi Keisha sekarang adalah make up artist sambil sesekali membantu usaha katering yang di kelola Hani, sedangkan Shaka adalah seorang regional CEO di salah satu bank, untuk orang seumuran Shaka dia memang sudah sangat berhasil dalam karirnya. "Masa sih gak ada perempuan yang mau sama Mas? Mas Shaka ganteng, menurut ibuku juga orangnya bisa di percaya dan pekerjaan Mas Shaka juga bagus. Cuma ada dua kemungkinan sih biasanya kalau kaya gini, Mas Shaka lagi nungguin seseorang atau Mas gak tertarik sama perem ..." Keisha menghentikan ucapannya saat Shaka hampir menjadi penyebab kecelakaan beruntun, pria itu menginjak pedal rem mendadak setelah mendengar ucapan Keisha. "Gila kamu! Bukan karena aku gak tertarik sama perempaun ... belum ada yang bikin aku tertarik aja."sergah Shaka. Kalau tidak ingat Keisha adalah anaknya teman dari ibunya, saat ini juga Shaka akan mengeluarkan Keisha dari mobilnya. "Maaf-maaf Mas ... saya kalo nervous memang suka aneh ngomongnya. Eh!" Lagi-lagi Keisha di buat kaget dengan apa yang keluar dari mulutnya sendiri. Shaka tersenyum kecil melihat Keisha yang sekarang sedang menepuk-nepuk bibirnya sendiri sambil melihat keluar jendela, menyesali ucapan asalnya. Sesampainya di rumah Keisha, Shaka membantu Keisha membawa barang-barangnya kedalam rumah. Setelah sedikit mengobrol dengan Hani yang kebetulan sedang ada di rumah, barulah Shaka pamit pulang karena masih harus mampir ke kantornya sebelum pulang. "Jadi tadi gimana sama Mas Shaka?" tanya Hani begitu masuk ke kamar anaknya. "Aduh Bu ... Mas Shaka itu kegantengan ah buat aku. Dari tadi aku ngomong ngaco mulu deh beneran, pasti Mas Shaka gak suka sama aku. Aku ngeselin gitu Bu ngomongnya, ini beneran serius nih aku harus ikutan kelas belajar mengobrol dengan baik." cerocos Keisha yang memang banyak menyesali icapannya hari hari ini, Hani malah tersenyum gemas mendengar penuturan anaknya itu. "Kamu suka sama Shaka? Iya, 'kan?" Hani sangat suka menggoda Keisha. "Hah? Suka? Bukannya suka juga sih Bu, gimana yah ... pokoknya belum suka ah." elak Keisha. "Belum itu artinya akan. Udah, kamu mandi dulu sana! Lagian juga kamu kok ketemu Shaka penampilannya asal-asalan gitu." Hani meninggalkan anaknya sendirian di kamar yang masih bersulut-sulut menolak pernyataan kalau dia menyukai Shaka. Di tempat lain Shaka sedang pamit pada satpam penjaga gedung setelah mengambil berkas yang ketinggalan di kantornya. Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Shaka memikirkan beberapa perkataan Keisha yang terdengar mengesalkan tapi ada benarnya juga. Kalau memang dirinya tidak punya pacar, tidak sedang menunggu seseorang dan menyukai perempuan lain, kenapa harus menolak di jodohkan? Bukannya orangtua akan selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi membayangkan hidup bersama Keisha yang selalu bicara terus terang dan membuatnya mati gaya rasanya agak berat. "Keisha cantik 'kan? Manis 'kan? Baik 'kan anaknya?" Wanda langsung menghujani Shaka dengan pertanyaan begitu pria ini memasuki rumah, menarik Shaka untuk duduk di ruang tamu mengobrol dengannya. "Mami nih ... kalau ngasih foto orang yang bener dong. Shaka tuh bingung sendiri tadi di bandara, gak bisa ngenalin dia." protes Shaka. "Loh, memang kenapa? Kamu gak salah ketemu orang, 'kan?" Wanda jadi takut kalau anaknya malah salah ketemu orang. "Kalau Keisha gak ngenalin Mas duluan, kayaknya Mas bakal bengong terus tuh di bandara. Ini ... di foto ini Keisha kelihatan berisi dan kulitnya juga gelap, taunya yang dateng malah gak ada mirip-miripnya sama foto." ucap Shaka. "Kamu tuh ... mau protes atau muji-muji Kei sih sayang? Mami ya kasih foto dia yang ada aja, yang penting 'kan kalian tetep ketemu." Wanda gemas sendiri dengan anaknya itu. "Ketemu sih Mam, tapi masa sudah lama banget gak ketemu dan mau di jodohin dia malah bilang kalau Shaka gak suka cewe. Ya memang sih gak ngatain langsung, tapi tetep aja maksudnya kesitu." Shaka mengadu pada Maminya yang malah di sambut tawa terbahak-bahak oleh Wanda. "Kamu kok sebel banget sih di katain gitu sama Kei? Mami sering denger kamu di bercandain begitu sama Kenzi, tapi kamu gak marah." "Kenzi sama Keisha ya bedalah Mam. Kalau Kenzi gak bakalan Mas nikahin juga." "Oh gitu ... jadi anak Mami ini mau nikahin Keisha? Makanya sebel di katain begitu sama Kei. Ok, Mami ngerti sekarang." Goda Wanda, rasanya puas bisa membuat anaknya kehabisan kata seperti ini. "Waw! Mami ...." Shaka sudah kehabisan kata untuk membalas kesimpulan Wanda, jadi dia memutuskan untuk masuk ke ruang kerjanya saja dari pada harus mendengarkan Wanda yang sepertinya akan sangat dengan senang hati menggodanya tentang Keisha. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD