bc

TELEKINESA (The Power of Brain)

book_age12+
326
FOLLOW
1.3K
READ
powerful
student
bxg
mystery
bully
nerd
highschool
another world
superpower
lonely
like
intro-logo
Blurb

Biasakan tap love sebelum baca agar ceritanya tidak hilang, happy reading ....

Seorang gadis bernama Tesa yang memiliki kemampuan di luar nalar manusia, yaitu telekinesis. Ia bisa mengendalikan benda apapun hanya dengan memikirkannya tanpa menyentuhnya.

Hal itu membuat sang gadis penasaran dan ingin mengetahui darimana asal kemampuan yang ia miliki serta jati dirinya yang sesungguhnya.

Berbekal tekad yang kuat, ia mulai menyelidiki kejanggalan yang ia alami dengan Sora, lelaki asing yang tanpa sengaja ia kenal. Namun, sayangnya hal itu malah membuatnya harus terjebak di sebuah dunia paralel.

Berhasilkah Tesa menguak segalanya dan mengetahui identitasnya yang sesungguhnya? Atau justru ia akan menyerah dan terjebak selamanya di dunia paralel?

Edited cover by Sanaphire

Image by Pixabay

Font by Canva (Bebas Neue)

chap-preview
Free preview
Satu
Kring... Kring... Kring... Bunyi bel sekolah terdengar menggema di setiap ruangan yang ada di sekolah. Pertanda jam pelajaran telah usai. Semua siswa di kelas XII IPA 2 serempak mendongakkan kepala mereka mengarah ke jam dinding yang tertempel di dinding depan. Tepat di atas papan tulis yang masih kosong dan bersih. "Baiklah anak-anak, karena waktu sudah habis silakan kumpulkan kertas soal dan lembar jawab ujian kalian di meja Ibu!" ujar seorang wanita yang usianya berkisar tiga puluh tahun itu. Semua siswa mengantre untuk mengumpulkan kertas soal dan jawaban mereka ke meja yang paling depan. Namun seorang gadis masih tampak sibuk mengerjakan soal ujian. "Tesa, waktu sudah habis. Silakan kumpulkan lembar soal dan jawaban kamu ke meja saya!" tegur sang guru. "Lima menit lagi, Bu," balasnya seraya memandang gurunya dengan tatapan memelas. Tak lupa gadis itu mengatupkan kedua jemari tangannya memohon pada sang guru agar diberi kelonggaran waktu. "Tidak bisa, Tesa. Kumpulkan sekarang, atau nilai ulangan kamu kosong!" ancam sang guru. Hal itu membuat gadis bernama Tesa akhirnya menggeser kursinya dan berjalan dengan gontai menuju meja sang guru. Setelah meletakkan kertas ujian miliknya, ia kembali menuju mejanya yang terletak di sudut paling belakang. "Baiklah, Ibu akhiri pertemuan hari ini, selamat siang." Sang guru berjalan keluar dari kelas sembari membawa hasil ujian para siswanya. Tesa mengembuskan napas kesal kemudian ia menelungkupkan tangannya di meja dan menyembunyikan wajahnya. Pasti nilai ujiannya akan merah lagi. Itu yang saat ini gadis itu pikirkan. Memang sudah menjadi hal yang wajar bagi dirinya mendapatkan nilai kecil dan harus melakukan remidial dalam ujian fisika. Tak hanya fisika, namun semua materi yang berhubungan dengan sains. Entahlah, ia sendiri juga heran mengapa bisa masuk di kelas IPA padahal gadis itu benar-benar bodoh dalam bidang akademik sains. Aku benci sains! teriaknya dalam hati. Setelah selesai mengumpat, gadis itu menegakkan badannya dan kembali duduk dengan tenang di mejanya. Ia memang duduk sendirian karena siswa di kelas XII IPA 2 berjumlah ganjil, yaitu tiga puluh tujuh siswa. Kelas itu di d******i oleh para gadis. XII IPA 2 merupakan salah satu kelas unggulan dari tiga kelas unggulan SMA itu. Suasana kelas sedikit ramai setelah kepergian sang guru. Banyak siswi yang mulai bergerombol di salah satu meja yang kemudian akan menggosip ria. Sedangkan beberapa siswa akan memilih bermain game di ponsel mereka atau tidur. Sedangkan Tesa? Gadis itu hanya akan mengamati indahnya langit dari jendela kelasnya, atau apa pun yang ia anggap menarik. Kemudian melamun. Namun lamunannya harus buyar karena seseorang menepuk pundaknya sedikit keras. Tesa tersentak karena terkejut. Gadis itu mendongak. Ternyata Hana, gadis yang menepuk pundaknya. Hana Amora. Gadis itu adalah kakak perempuan dari Tesa Amora. Mereka bukan saudara kandung, karena Tesa hanyalah seorang anak angkat. Hana sangat baik pada Tesa, gadis itu memiliki sifat yang lemah lembut walau kadang tak bisa dipungkiri ia sering membuat jengkel adiknya. Hana menarik kursi kosong yang berada dekat dengannya kemudian mendudukkan diri di samping adik perempuannya. Belum sempat Hana mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Seorang lelaki berkacamata muncul. Itu adalah pak Hadi. Guru biologi di sekolah ini. Semua siswa bingung dengan kedatangan guru muda itu, pasalnya hari ini kelas mereka tidak ada materi pelajaran biologi. Namun rasa penasaran siswa terjawab setelah pak Hadi memberitahukan perihal apa yang membawanya ke kelas ini. Ternyata guru matematika tidak bisa hadir karena ada sebuah halangan. Pak Hadi hanya ditugaskan untuk menyampaikan hal tersebut kepada para siswa di kelas XII IPA 2. Sebagai gantinya, mereka akan diberikan tugas dan harus dikumpulkan paling lambat pulang sekolah. Setelah menyampaikan amanah tersebut, pak Hadi keluar dari kelas untuk memantau kelas lain. Guru itu sedang ada jadwal piket rupanya. Semua siswa yang ada di kelas bersorak senang hingga kelas menjadi ramai dan berisik setelah sepeninggal pak Hadi. Bukannya mengerjakan tugas matematika yang diberikan sang guru, para siswa malah sibuk sendiri. Seperti biasa, murid yang pandai dalam materi itu akan mengerjakan semua tugasnya. Lalu siswa yang lain berondong-bondong menyalin jawaban yang sudah di isi. Hana dan Tesa mengerjakan tugas mereka bersama. Saling bertukar pikiran dan pendapat. Hanya butuh waktu tak lebih dari satu jam, tugas mereka berdua telah selesai. Guru memanglah kejam. Mereka tak tanggung-tanggung dalam memberikan tugas. Lima puluh soal matematika dan harus dikerjakan dengan rumus. Hal itu membuat otak Tesa hampir pecah, syukurlah ia memiliki kakak yang pandai dalam segala bidang akademik. Berbeda dengan dirinya. Ia hanya ahli dalam pelajaran olahraga. Kemampuan fisiknya tak dapat diremehkan. Bahkan Tesa bisa berlari mengelilingi lapangan upacara sekolah hingga puluhan kali hanya dalam waktu singkat. Tesa memainkan penghapus karet yang ada di depannya. Gadis itu membuat penghapus yang tergeletak di meja menjadi melayang di udara hanya dengan memikirkannya saja. Lalu penghapus tadi berputar-putar masih dalam keadaan melayang. Tesa berpikir ingin melucuti plastik yang masih membungkus rapi penghapus miliknya. Lalu secara perlahan hal itu benar-benar terjadi pada panghapus karetnya. Tesa tersenyum ketika bungkus plastik mulai terlepas dari penghapusnya. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena Hana menghentikan Tesa. Gadis itu membuat fokus Tesa pecah dan penghapus tadi jatuh ke lantai. "Kenapa kak?" tanya Tesa, wajah gadis itu memberengut karena sang kakak mengganggu permainannya. "Jangan pergunain kemampuan kamu sembarangan, nanti kalau ada yang liat gimana?" Dengan tatapan mata yang tajam, Hana menegur adiknya. "Tinggal bilang kalo aku bisa sulap," balas Tesa enteng. Hana hanya menggelengkan kepala kaget akan jawaban sang adik. Sudah beberapa kali ia menegur adiknya agar merahasiakan kemampuannya dan menggunakannya secara hati-hati. Namun sang adik hanya menganggap teguran itu sebagai angin lalu. Tesa memang gadis yang keras kepala. Apapun yang diinginkannya harus terkabul. Sang ibunda juga sedikit kewalahan menghadapi sang anak bungsunya. Sebenarnya Tesa bersikap seperti itu karena ada alasannya. Gadis itu selalu bertingkah nakal agar mendapat perhatian. Ia terkadang merasa terasingkan jika ada sang kakak. Ia juga akan menjadi bahan cibiran teman-teman yang lain. Mereka selalu membandingkan Hana yang baik hati, pandai, dan lemah lembut dengan dirinya yang bodoh, nakal, sering membuat ulah di sekolah dan penyendiri. "Jangan sampe orang lain tahu akan kemampuan yang kamu miliki. Jangan ngelakuin hal ceroboh kalau kamu gak mau masa lalu itu kembali terulang!" saran sang kakak pada adiknya. Sorot mata Hana yang teduh membuat Tesa jadi tak enak hati. Akhirnya Tesa hanya menganggukkan kepala pasrah. Untuk saat ini ia memang harus mendengarkan kata sang kakak demi kebaikannya. Bel kembali berdering, semua siswa yang ada di kelas berhamburan pergi ke luar. Waktu istirahat memang telah tiba. Hana mengajak Tesa untuk bergabung bersama temannya agar mereka bisa istirahat bersama di kantin. Namun Tesa menolaknya. Gadis itu mendapatkan kecaman melalui tatapan mata dari teman-teman sang kakak yang mengharuskannya menolak ajakan Hana. Tesa tahu jika sebenarnya teman-teman sang kakak tidak menyukainya. Mereka hanya akan baik jika ada Hana. Namun Tesa hanya diam karena jika ia mengadu, ia takut sang kakak akan menjauhi temannya demi dirinya. Akhirnya Tesa melangkahkan kakinya menuju kantin dan memilih meja yang tak jauh dari meja yang di pakai oleh kakaknya dan juga kawan-kawannya. Sampai di kantin, Tesa memesan satu porsi mie ayam dan juga teh hangat lalu membayarnya. Setelahnya ia kembali duduk dan menikmati makanannya sembari mengawasi kakaknya dari sana. Beberapa saat datanglah seorang lelaki yang menghampiri meja sang kakak. Lelaki itu duduk di samping kakaknya dan sesekali mereka bercengkerama. Hal itu membuat Tesa mengeratkan sendok yang dipegangnya hingga bengkok. Hatinya panas ketika melihat interaksi sang kakak bersama lelaki itu. Ia adalah Abian, kekasih Hana. to be continue

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Akara's Love Story

read
259.7K
bc

Mas DokterKu

read
238.9K
bc

Sweetest Diandra

read
70.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.7K
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

The Prince Meet The Princess

read
182.0K
bc

Turun Ranjang

read
579.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook