bc

IT'S SHAREEN

book_age16+
14
FOLLOW
1K
READ
murder
revenge
student
no-couple
scary
evil
highschool
tortured
like
intro-logo
Blurb

Ini cerita tentang diriku. Tentang hidupku yang penuh dengan takdir buruk, dan penyebab mengapa aku tak pernah berhenti mengutuk.

Setelah suatu hari, datang kabar duka yang mengejutkan. Aku sedih. Menangis. Bahkan membenci, mengutuk, dan memutuskan untuk berpaling dari menyembah Tuhan.

Benar. Aku berpaling dari-Nya, demi memenuhi hasratku untuk punya hidup yang lebih sempurna.

Sebab terkadang ... hidup yang terlalu buruk, bisa memaksa siapa pun untuk mengambil tindakan di luar kewajaran. Kisahku ini akan mewakili sekian kisah, di mana orang tertindas bisa saja menjadi yang tersadis tanpa belas kasihan.

❝Aku tidak peduli mereka. Aku hanya peduli akan diriku, dan bagaimana caranya meraih bahagiaku.❞ ─ Brianna Shareen

chap-preview
Free preview
PROLOGUE
Seperti biasa, dengan sweater cream colored yang membalut tubuh, aku bergegas turun dari bajaj butut milik Ayah yang senantiasa mengantar-jemputku ke sekolah setiap harinya. "Hati-hati, ya, Sayang." Aku mengangguk singkat sembari langsung mencium punggung tangan kasar dan keriputnya. Setelah berbalik dan melangkah menjauh, mulai kutarik napas cukup panjang, bersiap untuk kembali menghadapi penderitaan yang selalu menghadang. Ngomong-ngomong, namaku Shareen. Humaira Shareen, yang berarti GADIS MANIS BERPARAS INDAH. Jika ada yang sempat memuji, maka terima kasih. Dan jika ada yang percaya bahwa nama merupakan sebuah doa, maka musnahkan saja. Aku tidak percaya, bahkan sangat benci jika harus mengingatnya. Kubawa langkah menyusuri koridor dengan kepala menunduk. Sekitarku sudah mulai ramai, sebabnyalah aku meremas ujung rok gugup, dengan bibir yang berusaha keras kukatup. Desis-desis olokan mulai terdengar sepanjang langkah. Aku berusaha keras untuk terlihat tenang, sebelum suara bising di depan sana berhasil memaksaku untuk mengangkat wajah. Itu ... itu mungkin jadi salah satu tempat yang paling enggan aku lalui. Tapi bagaimana lagi. Tidak ada jalan lain menuju kelasku selain jalan ini. "Princess Bucktoothed? Hey? Wah! Rupanya sudah datang, ya?" Dengan kaki yang tetap kutuntun melangkah, aku menundukkan wajah. Tetap tinggal adalah pilihan buruk. Rasanya lelah sekali jika harus kembali menangis lalu memutuskan untuk membolos kelas lagi. "Mau ke mana, huh?! Kau berani pura-pura tuli atas sapaanku, begitu?" Sebuah tangan telah mencekal lenganku erat, menggelung sangat kuat, seolah memang senang jika melihatku kesakitan. Aku memberanikan diri untuk mendongak sedikit. Sudah ramai oleh pelajar-pelajar yang mengerubungi, terlebih dengan tiga sosok Gadis yang langsung menghadang tepat di depanku. Tidak salah lagi. Hari ini pasti jadi hari yang tidak kalah buruknya dari yang sebelum-sebelumnya. Sembari kembali menundukkan wajah, aku berusaha menepis cekalan Greisy dari tanganku. "Lepaskan ...." Lalu tawa semua orang langsung menggema. Apa yang lucu? Memangnya pantas untuk ditertawakan? "Hey, astaga! Semakin hari, gigimu semakin maju saja, ya, Princess?" "Apa? Benarkah? Sini, coba kulihat." Semua orang kembali tertawa. Sementara Abey, Gadis itu lantas meraup kedua rahangku kasar dengan tawanya yang belum juga reda. "Cepat, Belinda! Tangkap gambarnya banyak-banyak, ayo!" Greisy ikut berteriak, sementara Belinda mendekat dengan kamera ponsel mahalnya yang ia arahkan ke bibirku. Sialan! Ini bahkan masih terlalu pagi, tapi mereka sudah kembali beraksi menjalankan hobi tak beradabnya. "Ck! Tidak perlu mengulum bibirmu, Bodoh! Semua orang juga tahu kalau kau punya gigi tonggos kuning yang memalukan, hahahahha!" Kring, kring! Terima kasih. Setidaknya aku masih punya alasan mengapa tidak sampai berpaling dari Tuhan. "Well, setidaknya sudah ada beberapa. Ini cukup untuk postingan cerita **-ku. Ayo!" Belinda menyenggol bahuku keras, sebelum akhirnya mulai berlalu pergi dengan mata yang tetap terpaku pada layar ponselnya. "Sampai jumpa lagi, Princess Bucktoothed!" "Jangan senang dulu, ya! Kau harus bersyukur karena bel berbunyi! Bye!" Plak! Tepukan pelan mendarat di keningku sebelum ketiga gadis sialan tadi berlalu pergi. Sementara manusia-manusia tak kalah sialan yang sejak tadi hanya sibuk menonton dan menertawaiku juga ikut berlalu, menyempatkan untuk tertawa lagi, bahkan menggeleng seolah mengasihani. Aku tidak butuh dikasihani, Sialan! Semoga hal-hal buruk segera menghampiri kalian semua saja, segera! Setelah merapikan seragam juga rambut ikal kuda kesayanganku, kembali kulanjutkan langkah menuju lantai dua, tepatnya kelasku terletak. Sudah tahu kekuranganku, bukan? Aku hanya Gadis lemah yang tertindas, dengan gigi tonggos sialan yang memalukan. Jadi ... masih tetap mau lanjut membaca atau berhenti saja? •••

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Devil Billionaire

read
94.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
99.3K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook