bc

THE EARTH COMPLICATION

book_age16+
42
FOLLOW
1K
READ
sex
zombie
forced
beast
tragedy
scary
horror
war
asexual
like
intro-logo
Blurb

Pada tahun 2050, anak gunung Krakatau meletus dengan kekuatan yang sangat dahsyat untuk pertama kalinya, hingga mendobrak sejarah yang pernah ada. Letusan anak gunung Krakatau ini bahkan memicu erupsi gunung-gunung berapi lainnya sehingga negara Indonesia dilanda bencana yang sangat hebat dan diyakini sebagai awal dari akhir planet bumi.

Dari situlah abu vulkanik berevolusi di udara menjadi partikel-partikel mematikan, mengakibatkan infeksi pandemi Volcano Disease. Makhluk hidup yang terinfeksi Volcano Disease mengalami mutasi yang mengerikan layaknya seperti zombie yang memiliki sifat kanibalisme.

Andre, David dan Herna memulai pergerakan mencari kehidupan baru bersama dengan orang-orang lainnya yang masih selamat dan bertahan di Apartemen sebagai tempat persembunyian mereka, akan tetapi satu per satu orang-orang yang bertahan di apartemen tersebut berguguran dan bergabung menjadi bagian dari mayat hidup.

Akankah pandemi Volcano Disease dapat berakhir, atau bahkan bumi yang akan benar-benar berakhir?

Apakah Andre, David dan Herna berhasil selamat dari para mayat hidup yang semakin lama semakin bertambah banyak?

chap-preview
Free preview
Prolog Awal
Jawa Barat, Sabtu, 03 Februari 2050, 06;00 WIB. Andre terlihat sedang berlatih bela diri Pencak Silat di halaman rumahnya menggunakan samsak berisi batu-batu kerikil dan juga kayu sabung yang menyerupai seperti sebuah patung manusia. Beberapa sisi kayu sabung tersebut tampak koyak dan retak akibat hantaman yang Andre lancarkan untuk melatih dirinya menghadapi kejuaraan pentas bela diri nasional, hari ini kesempatan terakhirnya untuk gladi bersih untuk mematangkan strategi bertarungnya nanti. "Semua pakaian dan seragam untuk kejuaraan nanti sudah aku siapkan di ransel hitam, cukup untuk beberapa hari ketika kamu di Jakarta nanti ya Ayah," ucap seorang perempuan paruh baya bernama Anisa, Anisa berjalan dari dalam rumah sambil menggandeng anaknya yang berumur 4 tahun Andre menghentikan latihannya dan memandang kagum terhadap perempuan itu. "Terimakasih Sayang, aku akan mendedikasikan juara tahun ini untuk anak kita,"  "Ayah Fatih boleh ikut Ayah tidak?, Fatih mau naik LMR itu Yah," ucap anak berusia 4 tahun itu. "Hehe MRT sayang," timpa sang Bunda. Andre pun merubuhkan kedua lututnya ke atas tanah tepat di hadapan putranya, sambil mengusap rambutnya. "Fatih kan janji mau jagain Bunda, nanti Ayah beliin mainan kereta untuk Fatih kalau Ayah sudah pulang dari Jakarta."  "Beneran ya Ayah, Fatih suka kereta puuummmm, puuuummmm." Jawab putranya sambil berlari menyerupai kereta yang sedang melaju. Keluguan putranya membuat Andre dan sang istri tertawa lepas, tentunya hal itu sedikit meringankan kekhawatiran yang melanda Anisa agar merelakan suaminya untuk pergi mengikuti Kejuaraan Pentas Bela Diri Nasional. "Aku akan segera pulang, kamu tidak perlu mencemaskan ku." Ucap Andre, sambil mencium perut istrinya yang tengah hamil 7 bulan. "Setidaknya aku pernah memintamu untuk tidak pergi, aku butuh kamu di situasi seperti ini," balas Anisa dengan mata yang berkaca-kaca. "Tidak mungkin mengabaikan perintah Gubernur, aku harus mewakili Jawa Barat sayang." Jawab Andre yang kini menempelkan telinganya ke perut sang istri. Anisa menghela nafas panjang-panjang, mau tidak mau suaminya harus tetap pergi pagi ini menuju Jakarta. Bagi seorang istri yang tengah hamil tua, tentunya butuh keberadaan suami untuk senantiasa menjaganya 24 jam penuh. Akan tetapi Anisa sadar, tidak mungkin menahan Andre untuk tidak pergi mengikuti kejuaraan itu mengingat itu adalah perintah langsung dari Gubernur Jawa Barat. "Aku hanya memintamu untuk cepat kembali dengan utuh, paling tidak sobek di pelipis saja. Tidak boleh lebih parah dari itu, jangan biarkan lawanmu melukai kamu," ucap Anisa dengan nada tersedu. Andre bergegas berdiri dan langsung memeluk tubuh istrinya. "Aku akan kembali tanpa luka sedikitpun, janji!" Jawab Andre penuh ambisi dan percaya diri yang tinggi.  Perkataan itu mendapat respon yang baik dari istrinya, Anisa mulai tersenyum menepis kegundahan yang tengah melandanya. Sepasang bola mata hitam saling menatap dan tidak melepas pandangannya satu sama lain. Banyak pesan tersirat yang disampaikan keduanya lewat sebuah tatap mata. Orang bijak selalu berkata, bahwa. "Mata adalah anggota tubuh yang paling jujur." Oleh sebab itu Andre dan Anisa menyampaikan setiap kejujuran lewat satu titik pandang itu. Ban mobil terdengar berdecit tepat di depan rumah mereka, hal itu membuat keduanya menyudahi penyampaian kejujuran tentang apa yang mereka rasakan saat itu. "Baiklah, sepertinya mobil yang akan mengantarmu sudah tiba." Anisa menundukkan kepala dan pandangannya ke bawah. Dengan ketenangan yang Andre miliki, dia mencoba terakhir kalinya untuk menenangkan istrinya. Andre tahu betul kegelisahan seperti apa yang dirasakan oleh pendamping hidupnya itu. "Semua akan baik-baik saja Sayang, percaya sama aku dan jaga ibadah kamu selama aku pergi ya." Andre mencium kening sang istri sebagai tanda untuk pamit. "Fatih, sini kasih Ayah peluk dulu." Andre memanggil putranya dan membentangkan kedua tangannya lebar-lebar  Tanpa basa-basi, Fatih pun menyambut sang Ayah dengan sebuah pelukan yang sangat erat. "Fatih dengar Ayah baik-baik, Fatih adalah anak seorang pahlawan, jadi Fatih juga harus menjadi pahlawan juga. Dengan begitu Fatih bisa melindungi siapapun termasuk Bunda dan adik kamu." Bisik Andre kepada anaknya. Dengan aksi lugunya, Fatih kembali memperagakan gaya bertarung Power Rangers di hadapan Andre. "Nanti Fatih jagain Bunda, pokoknya Fatih bisa meledakin musuh Ayah!" "Hehe anak pintar," Andre menutupnya dengan mencium Fatih. Andre segera bergegas menuju mobil yang telah menunggunya di depan rumah, langkah kaki Andre diiringi oleh istri dan anaknya yang mengantar kepergian Andre sampai ke depan pintu. Andre hanya dapat memandangi sebagian besar dari dunianya perlahan menjauh sambil melambaikan tangan kepadanya dari kaca jendela mobil. Tangis Andre pecah ketika keduanya sudah tidak dapat lagi terlihat. Ada perasaan bersalah yang mengetuk sanubarinya, tidak sepatutnya ia pergi meninggalkan istrinya seorang diri mengurus Fatih, mengingat istrinya juga sedang dalam keadaan hamil. "Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya supir yang menjemputnya. Andre pun segera menghapus air matanya. "Tidak pak, bawa mobilnya hati-hati ya pak. Saya istirahat sebentar," jawab Andre, mengalihkan pandangannya ke luar jendela sambil mengamati setiap sisi jalan yang telah dilalui. "Baik tuan,"  Sementara itu, langit Jakarta sedikit mendung pagi itu. David tengah melakukan pemanasan di depan rumahnya untuk melakukan latihan fisik, tak lain adalah untuk persiapannya mendaftarkan diri menjadi Perwira Angkatan Laut tahun ini. Semua ini agar dia dapat menggapai cita-cita dan meneruskan pengabdian sang ayah kepada negara. Latihan fisik semi militer sudah menjadi habit baginya, tak ayal membuat postur tubuh David tegap dan padat. Dalam beberapa kesempatan David juga di ajarkan cara menggunakan senjata api dengan baik oleh sang Ayah, Ayahnya merupakan seorang komandan yang memiliki jabatan tinggi di Angkatan Laut, penting bagi sang Ayah mengajarkan penggunaan senjata api sejak dini kepada David, alasannya sangat logis. "Ketika kamu memegang senjata api, kamu akan tahu siapa jati dirimu. Jika kamu seorang pemimpin, maka kamu akan bijak dalam mengambil keputusan lewat lubang senjata itu. Namun, jika kamu adalah seorang pecundang, maka jarimu akan senantiasa mengokang dan membuang peluru dengan percuma" pesan sang Ayah.   Motivasi David untuk menjadi seorang Perwira Angkatan Laut sangat besar, perubahan-perubahan kecil harus dilakukan untuk kemajuan bangsa. Tekadnya untuk berperan sebagai penggerak agar negara Indonesia menjadi produsen senjata modern yang diakui oleh dunia. David sadar jika hanya menjadi warga biasa, akses untuk merealisasikan tujuannya itu akan sangat lebih sulit. "Jangan hanya mengandalkan latihan fisik, perhatikan juga tes lainnya seperti psikotes." Ucap Ayahnya, yang keluar dari dalam rumah dengan membawa teh hangat di tangan kanannya serta selinting koran di tangan kirinya. "Siap komandan," jawab David kepada Ayahnya. Sang Ayah kemudian duduk sambil menyeruput teh hangat dan memulai membaca koran tersebut lembar demi lembar. Sedangkan David tengah melakukan push up tidak jauh dari tempat Ayahnya berada. "David, kesini sebentar!" teriak Ayahnya. "Iya Pah" David segera menyudahi push upnya dan bergegas menghampiri sang Ayah. Ayahnya menaruh selembar koran di meja dan menunjukan sesuatu kepada David. "Besok ada Kejuaraan Pentas Bela Diri Nasional di Istora Senayan, Papah rekomendasikan kamu untuk datang menyaksikan para jawara bertarung disana." "Tapi, David kan harus latihan pah?" Sanggah David. "Kamu sudah setiap hari latihan, anggap saja ini juga latihan," balas sang Ayah. "Latihan apa Pah, orang cuma nonton saja kok," sanggah David kembali agar dirinya tidak melewatkan waktu berlatihnya. "Latihan menggunakan otak dalam keadaan terdesak, ingat bertarung itu tidak hanya menggunakan emosi dan tenaga. Jangan mengira sekali pukul lawan akan tumbang, bertarung itu menggunakan strategi dan otak untuk mengatur kapan harus menyerang dan kapan untuk bertahan. Dari sana kamu bisa belajar," jelas sang Ayah. Ayah David selain memiliki jabatan yang tinggi, dia juga selalu menanamkan banyak pesan moral kepada para prajuritnya. Terlebih David, yang merupakan putra satu-satunya. Pembentukan karakter David sangat diperhatikan oleh sang Ayah, harapannya agar David tumbuh menjadi pribadi yang baik serta berguna dan banyak membantu orang banyak sebagai makhluk sosial. David berhenti menyanggah dan menyetujuinya. "Baiklah, besok David coba kesana. Papah ikut?" "Papah gak bisa nemenin kamu besok, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengadakan pertemuan besok, jadi kamu pergi sendiri saja ya," "Baiklah pah, besok David kesana," tutup David dan kembali melanjutkan latihannya. Jakarta, pukul 10;00 WIB. "Tuan, sudah sampai di tempat penginapan." Sopir yang menjemput Andre mencoba membangunkannya dengan menggoyangkan tubuh dan kakinya. Andre pun perlahan membuka mata dan merenggangkan tubuhnya "Hmmm, sudah sampai ya pak?" "Betul tuan, disini tempat Tuan akan menginap. Saya bantu turunkan barang-barang tuan ya," "Tidak pak, saya bisa sendiri kok." Andre pun turun dari mobil tersebut. "Besok pagi saya jemput Tuan kembali, kebetulan tempat Kejuaraan Pentas Bela Diri Nasional itu tidak jauh dari sini Tuan. Sekitar pukul 07;00 saya tunggu Tuan di Lobby ya," jelas sopir tersebut. "Baiklah kalau begitu pak, terima kasih pak dan sampai bertemu besok pagi ya pak," jawab Andre  Mobil tersebut kemudian meninggalkan Andre seorang diri, semua fasilitas memang telah disediakan oleh pihak panitia. Hal itu dirasa perlu untuk menjaga kesehatan dan stamina seluruh peserta agar dapat menampilkan yang terbaik. Tak butuh waktu lama, Andre segera memasuki hotel dan melakukan check in di hotel tersebut.  "Halooo, kamu lagi apa sayang?" tanya Andre kepada Anisa dari sambungan Video Call setelah ia sampai di kamar hotel. "Haiii, Fatih ini Ayah. Sudah sampai kamu Sayang?" Jawab Anisa. "Baru beberapa menit yang lalu Sayang, jangan lupa makan ya, kasian itu adiknya Fatih nanti kelaparan hehe," balas Andre "Iya Sayang, kamu juga ya," jawab Anisa.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
400.4K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.6K
bc

Married By Accident

read
224.4K
bc

Papah Mertua

read
530.5K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Turun Ranjang

read
579.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook