Bab 2 : Zillione Hazard

1020 Words
'Namanya Zillione Hazard. Dia akan membantumu menemukan lokasi kedua targetmu. Dia putra dari Havian Hazard-si ahli dalam mencuci otak. Dia tinggal di California Selatan. Satu hal yang perlu kau dengar, dia punya penyakit mental.' 'Apa itu, Papa?' 'Dia seorang maniak seks. Jadi, Papa harap kau akan lebih berhati-hati dengannya. Jangan kurangi kewaspadaanmu, karena dia tidak selalu menunjukkan taringnya saat akan menerkam mangsanya.' Aku masih terngiang ucapan papa saat menghubungiku tadi. Seorang pria yang bisa membantu menemukan targetku. Kini aku tengah memandangi sebuah foto di ponselku. Foto seorang pria berdarah California-Korea. "Zillione Hazard," gumamku. Tak berapa lama, mobil yang mengantarkanku menuju  apartemen milik keluarga Roulette-yang berada di California Selatan, berhenti tepat di depan lobi. "Besok pagi-pagi siapkan Audi kesayanganku. Aku akan pergi tepat pukul 7 pagi," ucapku sembari memakai kacamata. "Baik, Rain." Aku turun begitu mendengar jawaban pria pirang di kursi kemudi. Langsung menuju kamarku di lantai teratas gedung ini. *** Membutuhkan satu jam perjalanan dari apartemenku menuju kediaman Hazard Junior. Ku akui, lokasi rumah ini sangat tenang dan nyaman, melihat tempatnya yang jauh masuk ke dalam hutan pinggiran di California bagian selatan. Meski akan terasa aneh, jika penghuni rumah besar ini hanya seorang saja. Ya, dari informasi yang aku dengar, pria sakit mental itu tinggal sendiri di rumah mewah ini, sendirian. Namun akan ada beberapa pekerja kebersihan dan  juru masak yang akan datang tiap pagi setiap harinya. Aku turun dari Audi abu-abu kesayanganku. Aroma kayu segar menyeruak ke indera penciumanku. Memantapkan kakiku berjalan menuju rumah bernuansa klasik itu. Pintu tidak terkunci, tapi terdengar suara aneh dari arah samping kiri bangunan. Aku mengurungkan niat memasuki bangunan megah itu, dan langsung mencari ke arah sumber suara. "What the hell is that?" Tanpa sadar aku mengucapkan kalimat itu dengan nada yang bisa didengar dengan sangat jelas di telinga pria berambut merah terang itu, saat aku mendapatinya tengah bermain seks game online. Di layar besarnya di sebuah ruangan yang semua sisi dindingnya terbuat dari kaca anti peluru, terlihat virtual boyfriend tengah 'memasuki' virtual girlfriendnya. Desahan demi desahan mungkin terdengar sangat merdu bagi maniak seperti dirinya. Namun terdengar menjijikkan bagiku. Pria Asia-Amerika itu hanya melirik sekilas ke arahku. Lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertundanya lagi. "Apa yang kau inginkan?" tanya pria itu malas. "Sebuah kesepakatan." "Apa yang akan aku dapatkan?" "Nominal uang yang bisa kau tulis sendiri angkanya." "Apa kau pikir aku tidak mempunyai uang? Kau pikir rumah siapa yang kau datangi ini?" terangnya sedikit angkuh. Aku berpikir keras, apa yang mungkin akan dia inginkan agar kesepakatan ini tidak gagal. "Sebuah pulau di selatan?" "Berpikirlah lebih keras," ejek pria berwajah Asia itu. "Bagaimana kalau wanita yang akan menghangatkanmu?" "Wanita?" gumamnya terdengar tertarik dengan penawaranku. Laki-laki  bermata bulat itu menghentikan permainannya. Berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekat ke arahku sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana jeans hitamnya. "Sepertinya menarik," ujarnya terdengar tertarik. "Wanita seperti apa yang kau inginkan? Roulette akan memberikannya sesuai keinginanmu." "Berikan yang terbaik untukku." Rain menatap pria itu datar. Dia malas berbasa-basi dan menginginkan sebuah kesepakatan dengan cepat. "Kau takkan menyesal dengan pelayanannya." "Kau terdengar angkuh untuk seorang Roulette." "Apa yang tidak bisa diberikan Roulette padamu?" "Apa kau mampu menyanggupinya?" "Kau bisa memegang kata-kataku." Aku menjawab dengan tegas. Klik. Terdengar suara samar dari arah pria itu. Tak lama, dia menunjukkan sebuah alat yang aku tebak sebuah alat perekam yang berbentuk sebuah pena. "Aku sudah merekamnya. Hanya untuk berjaga-jaga," ucapnya santai. "Apa itu artinya kau tidak mempercayai seorang Roulette?" Pria jangkung itu hanya mengangkat kedua bahunya, sebagai jawaban. *** Pagi ini aku akan mengendarai sendiri Audi-ku menuju ke suatu tempat. Tidak terlalu jauh dari rumah si maniak itu, mungkin sekitar 2 mil ke arah timur. Sebenarnya aku juga belum mengetahui tempat apa yang akan aku datangi. Tadi malam, pria yang haus seks itu mengirimiku pesan. Dia akan menghubungiku dan memberitahuku lokasi tujuan kami. Satu hal lagi, pria aneh itu mengajukan sebuah permintaan sebagai tanda kesepakatan kami. Tiap kali aku dan dirinya mengadakan pertemuan, dia akan memintaku mengenakan pakaian yang ia kirimkan kepadaku sesuai dengan keinginannya. Seperti saat ini, aku terpaksa mengenakan gaun berwarna hitam sederhana dengan bawahan yang nyaris memperlihatkan bokongku. Dan jangan lupakan bagian leher yang sangat terbuka ini. Sungguh sangat tidak nyaman. Sebenarnya, untuk ukuran pria aneh, seleranya cukup mengesankan. Walaupun aku tak begitu bisa menikmatinya. Hampir setengah jam aku menyetir, ketika sebuah panggilan masuk ke ponselku. Aku menekan handsfree yang sudah terpasang di telinga kananku. "Ada sebuah belokan di depan sana, masuklah. Kau akan menemukan sebuah karnaval. Aku sudah menunggumu di depan pintu masuk." "Karnaval? Dengan gaun? Apa kau sedang mempermainkanku?" Aku yakin dia sedang mempermainkanku sekarang. "Tentu saja, tidak, nona Roulette. Atau kau mau kesepakatan kita gagal? Aku jelas bukan pihak yang dirugikan di sini," ancamnya terdengar sangat halus. Aku yakin dia sedang tersenyum mengejek sekarang. "Baiklah, kalau itu keinginanmu, Mr. Hazard. Aku akan kesana." "Bagus." Ku dengar nada puas dalam jawabannya. Puas karena bisa membuatku terlihat bodoh di keramaian. Shit. Aku baru sadar, dia pasti sudah memasang GPS pada mobil ku. Sehingga dia bisa tahu lokasi ku dengan akurat. Mungkin sekitar lima menit, aku sudah sampai di tempat yang tadi ia beri tahu. Dan benar, ada sebuah karnaval. Ada banyak sekali orang-orang di sana yang menikmati tontonan itu. Dan yang pasti, mereka tak mengenakan gaun atau jas saat ini. "Pria itu, benar-benar..." "Nona!" Aku menoleh ke arah sumber suara. Si maniak itu, dia merubah penampilannya hanya dalam semalam. Andai dia tidak memanggilku, mungkin aku tak akan mengenalinya. Dia terlihat 'normal' dan muda. Rambut yang semula merah menyala, kini sudah menjadi hitam kelam. Bahkan auranya pun berbeda dari semalam. Kini ia terlihat seperti pria di awal 20 tahunan. Samar aku melihat sudut bibirnya terangkat sedikit setelah mengamatiku dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Aku menangkap sesuatu yang aneh, hari ini? 'Kemarin aku yakin, warna mata pria ini cokelat karamel, kenapa hari ini berubah warna menjadi keemasan? Apa dia memakai softlens?' batinku sedikit curiga. "Ikut aku," perintahnya yang membuyarkan pikiranku, tanpa bisa dibantah. Aku melangkah mantap, mengekor di belakangnya. Dia mengambil jalan memutar tanpa harus ikut berdesak-desakkan dengan penonton yang lain. Aku bersyukur, karena akan membuatku kerepotan karena gaun b******k ini. Dia mengajakku ke sebuah stand makanan. Aku tidak yakin apa tulisannya, tapi aku mengenali aksara dari Korea yang tertulis di samping stand itu. "Ku harap kau menyukai makanan pedas, nona Roulette." Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD