2. Antares Pramudya Hadinata

823 Words
Seumur hidupnya, Antares Pramudya Hadinata tidak pernah merasakan rasanya dibesarkan oleh kasih sayang ibu ataupun kehangatan ayah. Mereka hanya berstatus sebagai orang tua Ares secara tertulis, karena secara presensi mereka bahkan tidak pernah ada di saat-saat terpenting di hidup Ares.   Saat Ares pertama kali bisa berjalan, atau saat gigi susunya patah pertama kalinya. Bahkan hingga kemudian Ares bertumbuh menjadi anak-anak dan remaja, kedua orang tua Ares memilih untuk tetap tidak hadir di setiap moment-moment penting lelaki itu.   Ares hanya dapat melihat wajah kedua orang tuanya di acara formal seperti dinner keluarga besar, acara ulang tahun Eyang Utinya atau acara anniversary rumah sakit milik keluarga Hadinata.   Kedua orang tua Ares adalah contoh gagal sebagai orang tua dan juga pasangan suami istri. Mereka menikah karena dijodohkan, pernikahan mereka hanya berjalan karena tuntutan keluarga. Ayah Ares, Bagaskoro Putra Hadinata adalah seorang direktur salah satu rumah sakit swasta terbaik di Indonesia yang juga berprofesi sebagai dokter ortopedi. Ibu Ares, Melinda Putri Prameswari adalah seorang dokter bedah plastik yang memiliki rumah sakit serta klinik kecantikan terkenal yang sudah tersebar di seluruh Indonesia.   Dengan latar belakang keluarga yang kental dengan dunia medis, tentu saja Ares dituntut untuk menjadi salah satu seperti mereka. Sayangnya, Ares tidak pernah ingin menjadi boneka kedua orang tuanya. Setelah tidak pernah benar-benar menjalankan kewajiban mereka sebagai orang tua Ares, tentu saja Ares menolak untuk diatur oleh mereka. Hal itu membuat Ares tidak pernah serius ketika belajar, membuatnya sejak awal tidak memiliki kualifikasi untuk masuk ke dunia medis atau kesehatan.   Tetapi tentu saja itu semua berkat campur tangan Widyawati, nenek Ares dari pihak Ayah yang ia panggil dengan sebutan Eyang Uti. Eyang Uti adalah orang yang paling Ares sayangi di dalam hidupnya, bahkan melebihi dirinya sendiri. Eyang Uti adalah orang yang membesarkan Ares sejak ia kecil hingga dewasa. Satu-satunya orang yang tidak pernah putus dalam memberikan kasih sayangnya untuk Ares. Menjadi penawar dari rasa pahit yang diberikan kedua orang tuanya.   Eyang Uti selalu membebaskan Ares untuk memilih jalan hidupnya meski itu berarti bukan jalur yang sama dengan kedua orang tuanya. Salah satunya adalah mendukung Ares untuk memilih karirnya sebagai seorang aktor. Tetapi meski selalu menuruti keinginan Ares, Eyang Uti juga tidak pernah lupa memarahi atau menghukum Ares jika itu diperlukan. Seluruh kewajiban yang seharusnya ditanggung oleh kedua orang tua Ares untuk membesarkannya dipikul oleh Eyang Uti.   Itu sebabnya Ares sangat mencintai Eyang Utinya. Mungkin jika Eyang Uti meminta Ares untuk memindahkan isi samudera, Ares pasti akan melakukannya.   Sayangnya Eyang Uti tidak meminta hal tersebut melainkan sesuatu yang sulit untuk Ares terima.   Perjodohan. Sebagai anak hasil perjodohan yang jelas saja gagal, Ares memiliki trust issue dengan sebuah perjodohan. Tetapi Ares tidak bisa menolak, karena itu permintaan Eyang Uti. Wanita itu bahkan tidak pernah meminta apapun dari Ares selama ini, bagaimana bisa Ares tega untuk menolak permintaannya.   Maka Ares tidak punya pilihan lain untuk mengiyakan permintaan Eyang Uti. Meski itu berarti Ares harus meninggalkan Amerika dan meninggalkan karirnya yang sebentar lagi akan bersinar di sana untuk kembali ke Indonesia dan menikahi seorang perempuan yang tidak dikenalnya. Perempuan berdarah Solo yang dipilihkan Eyang Uti untuk menjadi istrinya. Perempuan yang di mata Ares terlihat biasa saja.   Menikahi seseorang yang tidak mungkin akan membuatnya jatuh cinta karena jelas Arjani Larasati Ayu Darmaji bukanlah perempuan tipenya.   ***   “Babe, you really won’t come to the wrap up party tonight?”   Ares merasakan tangan mungil itu bermain-main di atas d**a telanjangnya. Diraihnya tangan itu dan dikecupnya dengan lembut setiap jemarinya. “No, sweetpea, I told you right? Penerbanganku pukul sembilan nanti.”   Perempuan dengan tubuh tanpa sehelai benang selain comfortert hotel yang membungkusnya itu berdecak. “Seriously, Ares, kau benar-benar akan meninggalkan karirmu yang sebentar lagi mencapai puncak ini untuk…menikah? Really?”   Ares menghela napas. Menyesal karena terlalu terbawa euphoria percintaannya dengan perempuan di pelukannya saat ini membuat Ares tanpa sadar memberitahu tentang pernikahannya.   Membahas pernikahannya itu hanya membuat Ares kesal. Ditepisnya tangan perempuan itu dari tubuhnya. Tentu saja tidak kasar, tetapi cukup untuk memberi tahu perempuan berambut pirang itu kalau mood Ares berubah.   “Mau ke mana, Ares?” tanya perempuan itu ketika Ares turun dari tempat tidur dan memungut bathrobenya yang tergeletak mengenaskan di lantai.   “Bukan urusanmu.”   “What’s wrong with you?” tanya perempuan itu bingung. “Apa aku salah bicara?”   Ares tidak menjawab dan memilih berjalan ke lemari untuk mengambil satu-satunya pakaian miliknya yang tersisa di dalam sana karena semua pakaian Ares sudah terpacking rapi di dalam koper. “You should go, Selena.”   “Did you just kicked me out, Ares? Setelah percintaan panas kita dua jam yang lalu? Really?” Perempuan bernama Selena itu menatap Ares tidak percaya. Sebagai seorang model terkenal tentu saja perlakuan Ares tadi sungguh tidak sopan baginya.   “Jangan merasa spesial.” Ares berkata dengan dingin, “Aku bahkan bisa mengusir siapapun yang ikut campur urusanku meski dia baru saja memberikanku o*****e hebat lima menit yang lalu.”   “What an asshole!” Selena berseru sambil memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai, menubruk pundak Ares dan meninggalkannya pergi sambil menyumpah, “I hope your wedding will be a fuckin mess!”   Ares tertawa. Tanpa disumpahi pun ia tahu pernikahannya nanti akan kacau. Karena jika tidak, Ares sendiri yang akan mengacaukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD