bc

Berbagi Suami dengan Ibu Pengganti

book_age18+
254
FOLLOW
1.7K
READ
HE
friends to lovers
stepfather
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

***Tak bisa hamil karena kondisinya yang tak memungkinkan, Indira memutuskan untuk menyewa ibu pengganti yang bersedia mengandung anaknya dan Marvin.Mencari perempuan yang cocok untuk hal tersebut, Indira dipertemukan dengan Tiffany—perempuan cantik yang bersedia untuk menjadi ibu pengganti seperti yang dia inginkan.Tanpa rasa curiga, Indira mengajak Marvin untuk membuat sebuah perjanjian dengan perempuan tersebut sehingga secara tak langsung dia membawa Tiffany masuk ke dalam pernikahannya dengan Marvin. Tak ada yang aneh, semua berjalan sesuai rencana hingga di tengah kehamilan Tiffany, sebuah fakta yang cukup mengagetkan bahkan menyakitkan terungkap—membuat Indira tentu saja tak habis pikir.

"Aku pengen milikkin Mas Marvin, Mbak. Tukar dia sama anak yang aku kandung, mau enggak?"

Dihadapkan pilihan sulit yang diberikan Tiffany, Indira jelas kalang kabut.

Lantas, manakah yang akan dia pilih? Menetap bersama Marvin atau mengambil alih sang calon anak kemudian melepas suami tercintanya, keputusan apa yang akan Indira ambil?

chap-preview
Free preview
1). Ibu Pengganti
*** "Ibu pengganti?" Mengangkat pandangan dengan raut wajah yang terlihat bingung, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Marvin pada Indira yang justru melengkungkan senyuman manisnya. Tak sedang di rumah, saat ini dia dan Indira tengah berada di ruangan VIP sebuah restoran ternama dan bukan sekadar makan malam bersama layaknya pasangan suami istri lain, tujuan Marvin dan Indira berada di sana adalah; untuk merayakan hari jadi pernikahan mereka yang hari ini menginjak usia ke tiga tahun. Tak pernah merayakan aniversary pernikahan di rumah, Marvin memang selalu membuat acara romantis untuk Indira dan tentunya malam ini pun dia melakukan hal serupa. Namun, tak seperti tahun kemarin di mana dia juga Indira bertukar kado secara langsung, malam ini sistem baru diterapkan yaitu; Marvin juga Indira menuliskan apa yang mereka inginkan sebagai kado pada secarik kertas. Jika yang ditulis Marvin di kertas yang kemudian dibaca Indira adalah; sebuah sepatu keluaran terbaru, maka Indira berbeda karena alih-alih barang, perempuan itu justru menulis ibu pengganti sebagai kado aniversary pernikahan mereka dan hal tersebut tentunya membuat Marvin dilanda rasa tak mengerti. "Iya, Ibu pengganti," kata Indira. "Enggak mau barang apa pun seperti tahun kemarin, yang aku mau di usia pernikahan kita yang ketiga adalah ibu pengganti karena aku pikir tiga tahun udah sangat cukup buat kita habisin waktu berdua tanpa seorang anak." "Indira." "Tolong, Mas. Aku pengen punya anak." Tak seperti para perempuan lain, tiga tahun lalu—persis dua bulan setelah menikah, Indira memang mendapat vonis tak baik dari dokter tentang kondisi rahimnya yang tak akan kuat menampung seorang bayi. Bukan tanpa alasan, hal tersebut terjadi karena sebelum menikah dengan Marvin, Indira mengidap gagal ginjal sampai harus menerima donor dari sang suami sehingga efek samping pun terjadi. Terpukul? Ya, tentu saja. Merasa tak sempurna menjadi seorang perempuan, Indira sempat berada di titik terendah hidupnya hingga janji Marvin yang katanya tak akan meninggalkan dia sekali pun Indira tak bisa mengandung, membuat Indira perlahan bangkit. Ditenangkan oleh sang suami, Indira perlahan berdamai dengan keadaan setelah Marvin berkata jika masalah anak, mereka bisa mencari solusi di lain hari hingga hari ini—persis di usia pernikahan mereka yang ketiga, keinginan Indira untuk memiliki anak kembali meningkat sehingga ibu pengganti pun dia jadikan solusi. "Kalau kamu pengen banget punya anak, kita bisa adopsi, Indira," kata Marvin. "Di panti asuhan sana banyak anak-anak yang membutuhkan uluran tangan kita dan-" "Aku pengen punya anak dari kamu, Mas," potong Indira. "Aku pengen punya darah daging di pernikahan kita dan aku pikir ini cara terbaik karena setelah mikirin semuanya, aku pikir enggak ada solusi lain lagi buat ngatasin problem kita." "Ibu pengganti ilegal di sini, Indira, kita enggak bisa lakuin itu." "Bisa di luar negeri, Mas," ucap Indira yang tentu saja membuat Marvin menghela napas. "Prosesnya kita bisa lakuin di luar negeri dan setelah ibu pengganti yang kita sewa, hamil, kita pulang. Mau ya? Tolong untuk kali ini ikutin kemauan aku karena semuanya demi kamu juga. Kamu emang enggak apa-apa, tapi sebagai istri aku enggak enak karena penyebab kita enggak kunjung punya anak itu aku dan aku pengen cari solusi." Tak tahu harus menjawab apa, selanjutnya yang dilakukan Marvin adalah; menghembuskan napas kasar karena jika boleh jujur, dia tak setuju dengan saran Indira. Namun, menolak secara terang-terangan apa yang sang istri mau juga bukan solusi yang baik. "Gimana, Mas? Mau, kan, ngabulin keinginan aku?" tanya Indira. "Kalau kamu ngerasa enggak punya waktu buat cari perempuan yang bisa kita minta jadi ibu pengganti, aku bisa cari sendiri biar perempuan itu sesuai kriteria aku dan nanti setelah ketemu, aku ngomong ke kamu biar kamu fokus aja sama kerjaan kamu. Setuju?" Masih belum memberikan jawaban, konsisten diam adalah tindakan Marvin saat ini hingga bunyi ponsel di saku celana membuat atensi pria itu beralih. Meminta izin untuk menjawab panggilan, Marvin mendapati telepon dari direktur tempatnya bekerja dan bukan untuk berbasa-basi, sang direktur menghubunginya untuk meminta Marvin datang ke rumah guna mengecek berkas yang katanya sedikit bermasalah. Tak sepele, masalah tersebut serius sehingga dengan segera, sang direktur meminta dia datang dengan segera. Tak bisa menolak, selanjutnya Marvin mengungkap apa yang harus dia lakukan dan yaps! Indira mengizinkan suaminya tersebut pergi di tengah obrolan bahkan tak hanya itu, Indira meminta Marvin untuk langsung bergegas tanpa harus mengantarnya dulu pulang ke rumah. "Kamu hati-hati di jalan ya, jangan sembarangan pilih taksi dan kabarin kalau udah sampe," ucap Marvin ketika sekarang dia dan Indira berada di parkiran restoran. "Aku mungkin pulang sedikit malam." "Iya, hati-hati," kata Indira. "Telepon aja kalau mau pulang." "Siap. Aku pergi dulu." "Oke." Tak banyak menunda, setelahnya Marvin bergegas menuju mobil kemudian dalam hitungan menit, pria itu pergi meninggalkan Indira yang masih berdiri di tempatnya. Tak banyak menunda, sepeninggalnya Marvin, Indira lekas memesan taksi untuknya pulang dan dalam hitungan menit, taksi datang—membuat Indira bisa memulai perjalanannya ke rumah. Tak ada hambatan, perjalanan taksi yang ditumpangi Indira cukup lancar sampai akhirnya di jalanan yang bisa dibilang cukup sepi, Indira dibuat terkejut tatkala seorang perempuan menyebrang dengan sembarangan. "Pak, awas!" Spontan berseru, itulah yang Indira lakukan dan di waktu yang sama, mobil berhenti sehingga perempuan penyebrang jalan pun batal celaka. Tak diam saja setelah kejadian mengagetkan tersebut, selanjutnya Indira turun untuk mengecek kondisi perempuan yang hampir ditabrak taksinya itu. "Mbak, Mbak baik-baik aja, kan?" tanya Indira. "Mbak tadi nyebrang enggak lihat kanan kiri dulu ya jad-" "Tolong saya, Mbak," pinta perempuan tersebut dengan raut wajah yang terlihat panik. "Saya dikejar orang dan saya enggak bisa lagi lari lebih jauh." "Dikejar orang?" "Iya, Mbak. Tol-" "Woy, Tiffany! Jangan lari lo!" Semakin panik, itulah perempuan bernama Tiffany tersebut sehingga meskipun sempat bingung, pada akhirnya Indira membantu dengan membawa perempuan itu masuk ke dalam taksi yang kemudian melaju cepat setelahnya. Tak ada obrolan, selanjutnya kegiatan Indira dan Tiffany adalah; memandang beberapa orang pria yang terlihat marah hingga ketika taksi melaju semakin jauh, perasaan lega menghampiri kedua perempuan tersebut. "Ya Tuhan, akhirnya aku bebas," ucap Tiffany setelahnya—membuat Indira tentu saja memberikan tatapan penasaran. "Mbak kenapa?" tanya Indira pada akhirnya. "Mbak kok dikejar preman kaya tadi? Mbak mau dirampok?" Tiffany menggeleng. "Bukan, Mbak," jawabnya. "Itu yang tadi tuh orang yang mau nagih hutang ke Ibu saya." "Hutang?" Dengan raut wajah lelah, Tiffany mengangguk kemudian setelahnya dia menceritakan tentang apa saja yang dialaminya dan hal tersebut tentu saja membuat Indira tersentuh karena bukan perampok, orang yang mengejar Tiffany adalah suruhan dari rentenir yang katanya meminjamkan uang pada ayah Tiffany yang bahkan sekarang sudah meninggal. Tinggal bersama sang Mama, Tiffany kesulitan membayar hutang sehingga sang rentenir memintanya sebagai ganti dan hal tersebut tentu saja membuat dia takut sehingga Tiffany pun pergi. "Kamu udah nikah?" tanya Indira. "Belum, Mbak," kata Tiffany. "Usia saya tahun ini tiga puluh tiga, tapi saya belum nikah karena semenjak orang tua saya bangkrut, saya sibuk kerja buat biayain hidup mereka sampai akhirnya tahun kemarin Papa sayang meninggal." "Ya Tuhan." Memiliki sifat yang baik, Indira tentu saja tersentuh oleh cerita Tiffany sehingga setelahnya yang dia lakukan adalah diam hingga obrolannya dengan Marvin membuat dia memiliki sebuah ide. Namun, tak langsung melontarkannya, Indira memutuskan untuk berpikir selama beberapa saat sebelum kemudian buka suara lagi. "Mbak Tiffany." "Ya, Mbak?" "Hutang Papanya Mbak berapa?" "Tiga ratus juta, Mbak," kata Tiffany. "Itu sudah berkurang karena sebelumnya lebih gede dari itu." "Mbak butuh uang berarti ya?" "Sangat, Mbak. Saya sangat butuh uang karena saya capek diteror terus," kata Tiffany. "Selain menjual diri, pekerjaan apa pun rasanya akan saya lakuin buat dapatin uang biar say-" "Jadi ibu pengganti mau enggak?" potong Indira yang membuat Tiffany berhenti berucap sebelum kemudian memandangnya. "Saya bisa bayar kamu dengan nominal yang lumayan kalau mau." "Ibu pengganti?" tanya Tiffany yang dijawab anggukan oleh Indira. "Maksudnya gimana, Mbak? Ibu pengganti kan artinya saya harus hamil dan kalau gitu, anak siapa yang bakalan saya kandung terus dengan cara apa saya hamil? Apa saya harus tidur dengan seorang laki-laki supaya hamil." "Saya jelasin semuanya di rumah saya kalau kamu tertarik," kata Indira. "Nanti saya kasih tahu kamu cara kerjanya gimana dan kalau kamu mau tahu, kamu jadi ibu pengganti buat saya dan suami saya." "Mbak?" tanya Tiffany memastikan. "Iya," kata Indira. "Mau enggak?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook