Episode 1
#Kasandra
Saatnya mencari tau sendiri
Kasandra mematung memperhatikan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dihadapannya. Antonius Company, Kasandra berakhir di depan gedung tersebut setelah polisi tidak kunjung mengusut kasus kematian adiknya, Karla. Dua bulan berlalu begitu saja tanpa petunjuk yang jelas. Polisi menolak menyelidiki Antonius Company pun tanpa alasan yang masuk akal.
Tak kunjung mendapat respon positif, Kasandra akhirnya memberanikan diri mendatangi perusahaan properti terbesar itu. Dengan langkah mantap, Kasandra menyerahkan lamaran pekerjaan sebagai petugas kebersihan. Hanya itu lowongan kerja yang bisa diambil Kasandra. Ijazahnya yang cuma tamat SMA, tentu saja tidak bisa menghantarkan Kasandra pada pekerjaan yang lebih baik.
Setelah berkas lamaran di terima pihak perusahaan, Kasandra bergegas pulang. Pengumuman akan diberitahukan melalui email beberapa hari kemudian. Gadis itu menghela napas panjang saat keluar dari gedung Antonius Company. Ini bukan kali pertama Kasandra melamar pekerjaan di perusahaan itu, tapi sampai sejauh ini, tak sekalipun lamarannya diterima.
Baru beberapa langkah meninggalkan gedung tersebut, mata Kasandra tidak sengaja menangkap kejadian yang cukup ganjil. Sebuah mobil melaju dengan kencang terarah pada seorang laki-laki yang sedang serius menerima telepon. Merasa kasus percobaan pembunuhan sedang terjadi di depan matanya, Kasandra segera berlari dan menarik laki-laki tersebut.
Seketika Kasandra terjatuh dengan posisi di bawah sang lelaki. Bukannya langsung berdiri, laki-laki itu justru menatap Kasandra tak berkedip.
"Apa yang kau lakukan bodoh!? Cepat catat plat nomornya!" teriak Kasandra sambil mendorong Leon.
Ya, orang yang Kasandra selamatkan adalah Leon Gabriel Antonius, salah seorang CEO di perusahaan Antonius Company. Leon menoleh sekilas pada mobil yang hampir membunuhnya. Alih-alih mencatat plat kendaraan, Leon justru mengulurkan tangan untuk membantu Kasandra berdiri.
"B 2917 HZ." ucap Kasandra.
"Apa menurutmu seseorang yang berniat membunuh orang lain akan menggunakan plat kendaraan asli?" tanya Leon.
Kasandra menggeleng. Susah payah gadis itu berdiri sambil berpegangan pada Leon.
"Kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan apapun, Pak. Bisa jadi apa yang anda alami adalah percobaan pembunuhan yang tidak direncanakan." jelas Kasandra.
"Leon, panggil saja Leon. Terimakasih untuk bantuannya. Jika kau tidak menolongku, kemungkinan besar aku sudah berakhir di rumah sakit atau bisa jadi sudah berakhir di rumah duka."
Kasandra menarik tangannya yang sejak tadi masih di genggam Leon.
"Namaku Kasandra. Kau tidak perlu berterimakasih untuk sesuatu yang sudah sewajarnya dilakukan Leon. Jika bukan aku, pasti ada orang lain yang menyelamatkanmu. Tidak ada orang yang akan membiarkan kejahatan terjadi di depan matanya tanpa berusaha untuk mencegah. Lain kali berhati-hatilah."
Kasandra sudah berniat pergi saat Leon menghentikan langkah gadis itu.
"Sepertinya kakimu terluka, apa kau butuh tumpangan?" tanya Leon.
"Tidak perlu, aku menolong tanpa mengharapkan apapun. Jika aku terluka, itu sudah menjadi resiko yang harus ku tanggung." jawab Kasandra tegas.
Leon mematung memperhatikan kepergian Kasandra yang berjalan susah payah dengan kaki terkilir. Baru kali ini Leon bertemu wanita tulus yang tidak memanfaatkan jabatan serta pengaruh yang Leon punya.
***
Beberapa hari kemudian, Leon dikejutkan dengan kedatangan Kasandra yang terburu-buru. Laki-laki itu tidak sengaja melihat Kasandra di pintu masuk Antonius Company. Pakaian yang Kasandra kenakan, sudah menjadi jawaban bagi Leon kemana tujuan gadis itu. Hanya calon pegawai baru yang menggunakan kemeja putih dengan bawahan gelap. Itu sengaja dilakukan untuk membedakan calon pegawai baru dan pegawai tetap.
Karena penasaran, Leon bergegas ke ruangan HRD. Tak butuh waktu lama, Leon menemukan biodata Kasandra.
"Terima dia tanpa proses penilaian apapun!" perintah Leon pada kepala HRD.
Tidak ada yang berani membantah. Apa yang dikatakan Leon, mutlak perintah yang tidak boleh diabaikan. Setelah memberi perintah, Leon menyempatkan diri mampir ke ruangan tes untuk melihat wajah Kasandra. Gadis itu tampak mengatur napas dengan keringat bercucuran. Leon berlalu sebelum Kasandra menyadari keberadaannya.
Sementara itu, tanpa di beri tes seperti yang lainnya, Kasandra resmi diterima bekerja. Gadis itu melongo mendapati keberuntungan aneh yang tidak pernah dia sangka. Kasandra memang tidak meragukan kemampuannya dalam tes apapun, hanya saja, kali ini Kasandra di terima tanpa sempat melakukannya.
"Setelah ini, nama-nama yang saya sebut, silahkan berkumpul di ruang rapat disebelah kanan kalian."
Kasandra mengikuti perintah setelah namanya disebut paling duluan. Beberapa calon pegawai mulai memperhatikan Kasandra dengan tatapan tidak suka. Ada beberapa yang menyadari kalau Kasandra tidak mengikuti tes seperti rekan lainnya.
Merasa tidak nyaman, Kasandra mengambil barisan paling belakang. Saat itulah, CEO kedua Antonius Company, Luiz Gabriel Antonius, memasuki ruang rapat. Ruangan yang semula riuh, tampak sepi setelah Luiz mengedarkan pandangannya.
"Selamat bergabung di perusahaan Antonius. Saya, Luiz Gabriel Antonius secara resmi menyambut kalian di perusahaan ini. Kami tidak butuh pegawai yang banyak bicara, cukup dengan banyak bekerja dan memanfaatkan keahlian kalian secara maksimal, maka kalian akan bertahan di sini."
Suasana semakin senyap. Suara Luiz yang dingin dan mendominasi, tak memberi kesempatan bagi yang lainnya untuk membuka suara. Luiz kembali mengedarkan pandangan sambil meneliti satu-persatu pegawai barunya. Saat menatap Kasandra, Luiz sempat mengerutkan kening.
Alih-alih bertanya, Luiz memilih menyudahi sambutannya dan bergegas menuju ruang HRD. Laki-laki itu membaca berkas pegawai untuk mencari biodata Kasandra. Saat menemukannya, Luiz meremas berkas tersebut sembari mengepalkan tangan. Kasandra adalah wanita yang menyebut soal Antonius Company pada polisi. Luiz yakin, kedatangan Kasandra di perusahaannya bukanlah untuk bekerja. Wanita itu pasti ingin menyelidiki perusahaan miliknya.
"Aku tidak mungkin memecat wanita itu hari ini. Sepertinya wanita itu ingin mencari tau siapa pelaku pembunuhan adiknya. Sial! Kenapa bisa kecolongan seperti ini?" gerutu Luiz sambil meninggalkan ruang HRD.
Sementara itu, Kasandra dan rekan-rekannya diberi bimbingan serta pengarahan dimana mereka harus melakukan tugas. Karena Kasandra dipilih langsung oleh Leon, bagian HRD menempatkan Kasandra untuk membersihkan ruang CEO. Kasandra semakin bingung dengan apa yang dialaminya. Wanita sekelas Kasandra, sangat aneh jika ditempatkan di ruangan paling bergengsi tersebut, terlebih Kasandra diletakkan di sana tanpa melakukan tes khusus.
Sekali lagi gadis itu menjadi pusat perhatian. Beberapa orang mulai bergosip kalau Kasandra adalah simpanan CEO mereka. Kasandra tetap tersenyum dan berusaha bersikap tenang.
"Mulai besok kalian resmi bekerja disini. Sebelum pukul 8 pagi, kalian sudah harus menyelesaikan tugas di wilayah masing-masing. Saya sendiri yang akan mengecek hasil pekerjaan kalian." ujar Dania, kepala HRD.
Semua orang mengangguk, termasuk Kasandra. Setelah pengarahan selesai, Kasandra dan yang lainnya bergegas pulang. Gadis itu menghela napas panjang setiap keluar dari gedung Antonius Company. Bagi Kasandra, setiap masuk ke gedung itu, sama saja bertemu secara tidak langsung dengan pembunuh Karla.
"Hei kita bertemu lagi."
Kasandra menoleh saat merasa ada seseorang yang sedang mengajaknya bicara.
"Leon kan? Kau juga bekerja disini?" tanya Kasandra ramah.
Leon mengangguk. "Kau juga?" tanya Leon pura-pura tidak tau.
"Iya, aku baru diterima hari ini. Bukan pekerjaan penting sih, tapi bisa bekerja di perusahaan besar seperti ini, merupakan keberuntungan bagi orang sepertiku."
Leon tersenyum kecil. "Apapun itu, asal dikerjakan dengan baik dan sepenuh hati, maka akan lebih ringan dan menyenangkan."
"Ngomong-ngomong, kau di bagian mana? Kantor ini sangat luas, sangat sulit untuk bertemu satu sama lain. Melihat dari penampilanmu, sepertinya kau termasuk orang penting disini."
Leon terkekeh. "Jika begitu sulit, lalu bagaimana bisa kita bertemu dengan mudah? Itu tandanya aku juga orang yang mudah untuk kau temui, Kasandra."
Kasandra tampak berpikir sebelum akhirnya mengulas senyum kecil. "Kau pasti petugas keamanan?"
Leon kembali terkekeh. "Kau menebak dengan sangat baik. Kedepannya, semoga kita bisa lebih sering bertemu."
"Itu tergantung takdir, Leon. Kalau begitu aku duluan ya. Mulai besok aku resmi bekerja disini. Semoga kita bisa menjadi teman."
Kasandra melambaikan tangan tanda perpisahan pada Leon. Sekali lagi Leon tersenyum melihat tingkah polos Kasandra. Gadis itu benar-benar berbeda. Entah mengapa, Leon ingin mendekati Kasandra tanpa identitas yang sebenarnya.
To be continue...