'Pilih Kasih'

1236 Words
Rivano berdiri bosan di depan kantor sekolah dengan hoodie abu-abu yang sudah melindungi tubuhnya dari embusan angin sore. Berkali-kali Rivano melihat arloji yang melilit di tangannya, tepat jam empat sore. "Itu anak masih ngapain, sih?" umpatnya entah pada siapa. Sekolah sudah mulai sepi saat ini, hanya ada beberapa murid ekskul musik dan guru-guru yang masih bertugas. Rivano ingin sekali segera pulang dan melepas penat di kepalanya yang sangat berat. Jika saja kunci motornya ada pada dirinya sendiri, dia sudah pulang sejak tadi. Pasalnya, sejak kunci motor Rivano ada pada Riola, dia harus menunggu gadis itu yang ada kepentingan di kantor dengan Bu Rosma selaku guru BK. Rivano bernapas lega, surga terasa menghampirinya ketika Riola keluar dari kantor dengan selembar amplop di tangannya. "Lo lama banget, sih," kesal Rivano. "Mana kunci motor gue?" tagihnya cepat. Riola mengeluarkan kunci motor dari saku roknya dan langsung dirampas kasar oleh cowok di depannya. "So sweet banget ih Rivan nungguin Ola," ucap Riola manja. Rivan berjalan cepat diikuti oleh Riola. "So sweet, so sweet, gue lumutan nih gegara nungguin lo!" "Maaf maaf, barusan Ola dipanggil ke BK gara-gara dituduh ngerokok," ucap Riola bersalah. "Gak nanya," tutur Rivano. Ia menyerahkan helm kepada Riola dan memasang helmnya sendiri. "Rivan gak ada niat pasangin helm ke Ola?" "Lo bisa sendiri, kan? Emangnya lo siapa gue?" sinis Rivano. "Calon pacar!" seru Riola heboh. "Buruan naik atau gue tinggal?" ancam Rivano yang sudah menunggangi motor ninja hitamnya. Dengan cepat, Riola naik ke motor dan memasang helmnya. _ Motor menepi di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi. Riola turun dan melepaskan helm kemudian menyerahkannya pada Rivano. "Ini rumah lo?" tanya Rivano. Riola mengangguk, tangannya terulur ke arah Rivano dan dibalas kerutan dahi oleh cowok itu. "Apaan?" "Pengen cium tangan," ujar Riola. "Lo gila? Gak mau. Gue balik. Capek." Tanpa menuruti kemauan Riola, cowok itu menggas motornya menjauh dari rumah mewah Riola. "Sekarang aja gak mau. Awas lho, suatu hari Rivan bakalan kepincut sama Ola!" Riola mengumpat sendiri dan membuka gerbang rumahnya cepat. Riola membuka pintu rumah dan senyumnya melebar saat melihat Prabu ada di dalam. "Papa kok ada di rumah? Nggak kerja?" tanya Riola antusias. "Lagi istirahat. Papa sempetin pulang buat nemuin Violet," jawabnya biasa saja. "Sini duduk sayang, salim sama Papa kamu," titah Mariam seraya menepuk kursi di sebelahnya. Riola menurut, ia menyalami Prabu dan duduk di samping Mariam. Riola memerhatikan Prabu yang sedang memainkan laptop. "Itu laptop bagus banget, Pa." "Iya, hadiah buat Violet," kata Prabu. Disaat yang bersamaan, Violet menuruni tangga dengan gaun selutut berwarna ungu. "Bajunya bagus banget, Pa. Aku suka," ujar Violet antusias. Dengan cepat, Violet memeluk Prabu penuh kasih. "Kelihatan pas dan cantik buat kamu." Prabu tersenyum. "Ini laptop buat kamu. Biar lebih semangat sekolahnya." Tangan Prabu bergerak mengambil laptop yang sejak tadi ia mainkan dan menyerahkannya pada Violet. Violet tersenyum tak percaya. Laptop dengan merk ternama dan warna ungu yang lucu, benar-benar membuatnya jatuh cinta. "Serius? Tapi laptop yang lama juga masih bagus kok, Pa." "Buat Ola mana? Papa punya hadiah juga, kan?" tanya Riola penuh harap. Prabu menggaruk belakang telinganya sesaat dan menatap malas ke arah Riola. "Sementara kamu pakai bekas Violet dulu, ya." Senyum Riola pudar, menunduk penuh sedih. "Lho, Pa? Harusnya di kasih yang baru juga, dong? Ola juga butuh buat belajar," bela Mariam. "Nggak, Ma. Lain kali saja." Prabu bangkit, mengecup kening Violet sebentar. Matanya kemudian menatap Mariam, memberikan amanah, "Papa pergi ke kantor lagi, ya. Jaga anak-anak, terutama Violet." "Hati-hati, Pa. Lain kali belikan Riola baju baru juga," ujar Mariam merasa kasihan pada Riola yang tidak diberikan apa pun oleh Prabu. Tanpa menjawab, Prabu keluar rumah dengan langkah cepat. Mariam menoleh Riola yang berkaca-kaca namun berusaha tersenyum. "Kenapa, Ma?" tanya Riola. "Kamu sedih?" Mariam balik bertanya. Riola mengangguk jujur. "Iya." Riola sedih, sangat. Bahkan lebih tepatnya, dia iri kepada Violet. Kenapa? Karena Prabu lebih menyayanginya ketimbang Riola. Riola tahu, dia bukan anak kandung Prabu. Tapi apakah itu harus membuat dia pilih kasih pada salah satu putrinya? Riola rasa, tidak. Dia juga anaknya, dia berhak menuntut hadiah dari Papanya itu. Memang, ini terdengar kekanak-kanakan, tapi siapa yang tidak cemburu melihat saudari tiri kita mendapat hadiah laptop dan baju baru dari seorang Papa? Juga, kasih sayang. "Kamu bisa pake punya aku sekali-kali kok, La. Aku gak akan keberatan." suara Violet mencairkan suasana. Riola menatap Violet. "Makasih, Vio." _ Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Riola dan Violet sudah sampai di sekolah mereka. Mungkin sekitar jam enam kurang lima menit. Semalam, Riola tidur sangat larut karena menonton drama korea kesukaannya bersama Violet. Dan inilah akibatnya, dia mengantuk berat saat ini. Dengan mata masih mengantuk, Riola mengumpat tiada henti mengapa dia harus berangkat sepagi ini. "Kenapa sih harus jam segini? Ola masih ngantuk," rengek Riola. "Soalnya Papa harus ke kantor jam segini, Ola. Kalau kita nggak bareng sama Papa kita mau ke sekolah naik apa?" ujar Violet. "Vio duluan aja ke kelas, Ola mau ke kamar mandi cuci muka," tutur Riola dan berbelok ke koridor yang berbeda. Violet hanya menurut dan melanjutkan langkahnya menuju ke kelas. Riola berjalan dengan mata terpejam dan langkah yang lemas. Ia tidak mungkin menubruk siapa pun di jam sepagi ini. Bruk! Namun dugaannya salah, ia menubruk seseorang cukup keras membuat tubuhnya ambruk ke lantai. Riola membuka mata, mengelus lututnya yang terasa sakit. "Ya Tuhan.. Siapa, sih, yang nubruk Ola pagi-pagi gini!!" teriak Riola kesal. Ia tengadah, menatap terkejut pemilik mata hitam legam di hadapannya. "Ri-Rivan?" panggilnya gugup. Rivano menatap acuh sejenak kemudian pergi begitu saja tanpa merasa bersalah. Riola bangkit dengan susah payah dan mengejar cowok yang berjalan menjauhinya. "Rivano!! Rivan udah nubruk Ola sampai lutut Ola sakit kayak ketiban truk." Niatnya pergi ke kamar mandi urung dan memilih mengejar cowok impiannya. "Terus?" "Tanggung jawab, kek!" Riola menjajarkan langkahnya dengan Rivano. "Tanggung jawab apaan? Lo hamil?" canda Rivano dengan nada dingin. "Bukan itu. Tapi lutut Ola sakit. Gendongin ke UKS," tuntut Riola. "Harus?" "Ya haruslah! Suruh siapa tadi nubruk!" "Suruh siapa lo jalan matanya pake merem segala?" ujar Rivano tak mau kalah. "Nyebelin." "Lo lebih nyebelin." Riola melotot kesal dan menginjak sepatu Rivano keras. Rivano teriak dan mengangkat sebelah kaki sangking sakitnya. Setelah itu, Riola ngacir entah ke mana meninggalkan Rivano pada puncak kemarahan. "Arggh, cewek s****n. Bikin pagi orang buruk aja!" umpat Rivano. _ Riola memasuki kelas, dan di sana sudah ada sebagian teman-temannya, termasuk Violet. Semua orang menatap Riola yang memasuki kelas sambil mencak-mencak tak jelas. Tak sedikit orang pula yang melihat legam kemerahan di kedua lutut Riola. Namun entah mengapa, tak ada seorang pun yang berniat bertanya pada Riola. Setiap hari memang begini, Riola tidak pernah di sapa oleh siapapun kecuali dia yang memulai. Orang-orang seakan menyimpan kebencian diam-diam pada Riola. "Guys." Violet berdiri, meminta perhatian teman-teman sekelasnya. Semuanya menatap Violet, menunggu cewek itu melanjutkan ucapannya. "Sebentar lagi bakalan di adakan lomba kelas kerapihan dari para Osis. Kelas kita harus paling kompak, oke?" ujar Violet melanjutkan. "Kapan, tuh?" tanya salah satu Siswa yang duduk di paling depan dekat pintu. "Sekitar seminggu lagi," jawab Violet. "Gue yakin kelas kita bakalan menang. Kan ada Violet," ujar Rio yakin. "Violet kan bisa ngapain aja. Dia pasti bakalan ngedekor kelas kita dengan bagus," timpal yang lainnya. "Gue pengennya dia yang bikin desainnya." Violet tersenyum. "Makasih udah percayain ini ke aku." "Ola, lo jangan bikin ulah, lho! Ntar kelas kita malah jadi jelek," ujar Rio memperingati. "Santai aja kali," ketus Riola. Ia merasa orang-orang ini terlalu takut Riola mengacaukan semuanya. _ To be continued. Terima kasih sudah membaca^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD