02 : Beban

1285 Words
"Lo gak akan bisa bertanggungjawab, karena kita dua orang yang gak pernah saling kenal dan yang pasti kita juga--". Alyssa masih terisak, ia tak kuat harus menjalankan kehidupannya sebentar lagi. Ia ingin segera lulus dan menikmati dunia kerja. Bukan seperti ini. "Ayo kita kenalan--". Alyssa terdiam. "Aku Mario Josse Samudra". "Gak penting!". Ujar Alyssa  saat Rio mengulurkan tangannya. Gadis yang baru saja terenggut kesuciannya itu mendengus sebal dan menepis tangan Rio. Sedangkan Rio hanya diam dan mengamati gadis itu mengalihkan pandangan nya. Dia menghela nafas panjang, jujur saja ia akan bertanggungjawab. "Aku serius dengan ucapan ku--". Alyssa menatapnya dalam hingga air matanya kembali berlinang. "Kamu--". "Bisa lo lepasin gue? Gue bakalan pergi sekarang juga". "Tapi kamu--". "Kalau terjadi sesuatu terhadap gue, gue bakalan hubungin elo. Gue gak akan mau lo lari dari tanggungjawab". Kata nya tegas. Kemudian Alyssa mengambil selimut dan memasuki kamar mandi Rio. Dia menangis sesegukan meminta ampun atas apa yang telah ia perbuat kepada semesta dan kedua orang tua nya. Apakah beban hidupnya terus berlanjut karena kepergian mereka? Alyssa merasa tak sanggup untuk itu. "Maafin Alys, Bu, Pak! Alys udah menyemai bau busuk untuk kalian". Lirihnya. Sementara itu di luar, Rio yang sudah berganti pakaian mendengar isakan gadis itu. Gadis yang belum ia ketahui namanya dan sudah ia sentuh secara sadar demi keinginan birahi nya. Katakan lah dia b*****t dan b******k. Memang begitu keadaannya. Tapi demi Tuhan dan segala isinya, Rio benar-benar ingin bertanggungjawab. Karena gadis itu belum keluar, Rio pun memutuskan untuk pergi sebentar. Tapi siapa sangka ketika dirinya pergi beberapa menit kemudian, Alyssa keluar dari kamar mandi dan gadis itu meninggalkan apartemen Rio dengan keadaan mereka yang masih menggantung. *** Seminggu pasca kejadian yang menimpa kehidupan Alyssa, gadis yang sudah menjelma menjadi wanita itu kini disibukkan dengan kegiatan praktek lapangan kependidikan nya. Dia akan mengajar kurang lebih selama lima bulan di salah satu sekolah yang ada di ibukota. Alyssa Ayunda Gemintang, adalah seorang mahasiswi disalah satu Perguruan tinggi di ibu kota. Menjalani tahun akhir dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. Kehidupannya berbanding terbalik saat kedua orang tuanya pergi meninggalkan tanpa sedikitpun menorehkan kebahagiaan kecil untuknya. Ia menjadi sosok yang liar dan penuh dengan gejolak. Sayang sekali. "Alys!". Seorang teman memanggilnya. "Kenapa Via?". Alyssa masih ingat bagaimana seminggu yang lalu gadis di hadapannya ini bermain intim dengan Alvin, kekasih gadis itu. Mengingat hal tersebut, Alyssa ingin muntah. Lalu apa kabar dirinya? Lo lebih menjijikkan dibanding dia "Lo kenapa sih? Menghindar dari kita seminggu ini!". Semprotnya. Alyssa memang menghindar, karena ia kesal dengan teman-temannya yang mau menyusulnya kerumah. Dasar laknat. Pikirnya. "Lo pikir aja sendiri kenapa gue begini. Untuk sementara jangan ganggu gue. Urus aja hidup kalian dulu, kalau udah tau letak salah nya dimana, boleh datang lagi ke gue!". Jelasnya yang membuat Via bingung. Tanpa pikir panjang, Alyssa pun meninggalkan nya. "Salah nya dimana coba?". Rutuk Via. Karena tak mendapatkan jawaban pasti versi dirinya, Via pun pergi menyusul Alyssa. "Al!!". Gadis yang meneriakkan namanya itu berlari tergesa-gesa mengejar dirinya. Alyssa mendengus sebal lalu mempercepat langkahnya menuju parkiran. Ia akan menunggu ojol yang sudah dia pesan. "Tungguin dong! Lo kenapa sih sebenernya? Kasih tau gue biar gue gak menerka-nerkamenerka-nerka". Pinta Via dengan wajah memelasnya. Alyssa menghela nafas panjang. Tak tega juga, tapi dia masih kesal dan kecewa. "Lo gak tau apa yang terjadi setelah kehilangan gue malam itu?". Tanya Alyssa. Via mencoba memikirkan malam dimana mereka menghabiskan waktu bersama. "Malam itu lo kemana? Kemana disaat gue udah  kolaps dan dibawa oleh orang gak dikenal ke apartemen nya? Oh iya, gue tau lo kan lagi menikmati cumbuan mesra Alvin, makanya gak tau apa-apa. Maklum kok gue!". Jelas Alyssa dengan nada datar namun menusuk hati Via. Via, gadis itu jelas tidak tau apa-apa. Memang, dia juga turut andil lantaran tidak mencari keberadaan Alyssa setelah sahabat nya itu menghilang dan kemudian menjarak seperti ini. Alyssa menghela nafas panjang karena Via sepertinya merasa bersalah. Ia pun menepuk pundak Via. "Gue pergi dulu. Semoga lancar PLK lo. Jangan ganggu gue untuk sementara waktu ya!". Alyssa tersenyum kecil dan meninggalkan nya lagi. Via menunduk sedih, ia merasa menjadi sahabat yang tak berguna sekarang. Pasti Alyssa mendapatkan siksaan yang besar dari si lelaki yang merenggut miliknya. Pikir Via. *** Lain halnya di tempat lain, seorang pemuda yang memilih tidak melaksanakan kewajibannya memilih untuk bersantai di sebuah kafe. Pemuda tampan yang memiliki sejuta pesona namun berlapiskan jiwa-jiwa b******k. Ia menatap jalan raya yang sedang padat untuk siang hari ini. Memikirkan kejadian panjang selama seminggu yang lalu. "Hoii Rio!". Seseorang menepuk pundaknya. Rio terkisap dan mendapati teman karib nya menyambangi. "Ngapain sih lo disini? Mentang-mentang lo yang punya kafe enak banget tinggal duduk doang trus gak bayar--". "Gak usah bacot lo! Lo sendiri juga sama, masih jam sebelas udah keliaran aja". Sahut nya tak mau kalah. Ananta terkekeh pelan lalu duduk disebelah Rio. Dia memanggil pelayan guna memesan coffee latte kesukaan nya. "Darimana lo?". "Dari rumah". Rio menggeleng heran, dia dan Nanta sama-sama b******k, Sama-sama pemalas dan suka kabur seenaknya saja. "Gue bosen, males--". "Kita clubbing lagi yok!". Lanjutnya. Terbersit dipikiran Rio untuk mengiyakan ajakan tersebut, tapi mengingat kejadian satu minggu yang lalu membuat nya mengurungkan niat. Dia masih belum tau dimana keadaan gadis yang sudah ia perawani itu. Gadis yang belum ia ketahui namanya yang pergi begitu saja setelah ia kembali dari apartemen. Rio sempat frustasi lantaran tak kunjung menemukannya. Sampai-sampai ia harus merelakan kewajiban nya demi mencari Alyssa. "Lo kenapa Yo? Wajah lo lusuh banget". Kata Nanta. Rio semakin menghela nafas panjang, beban nya belum terangkat sejak kejadian itu. Lalu mengalir lah cerita satu minggu lalu, bagaimana dia membawa gadis itu dan hingga mereka berpisah tanpa kepastian. "Anjing!! Lo bener-bener b******k Yo! Lo merawanin anak orang--". "Eh kampret! Gue juga tau diri untuk nyari dia ya! Tapi gak ketemu-ketemu!". Balas Rio tak suka di hakimi begitu saja. "Terus lo maunya gimana sekarang?". Tanya Nanta, ia juga prihatin dengan keadaan Rio. Dia begitu frustasi lantaran tak kunjung mendapat kan jawaban. Kasian Rio. "Enggak tau--". Pasrah nya. Dan Rio mengerang kesal. Ia pun pergi meninggalkan Ananta. "b******k emang!". Umpat nya. *** Waktu pelaksanaan PLK Alyssa sudah di mulai hari ini, dia beserta rekan-rekan nya yang lain sudah mendapatkan pengarahan sebelum memulai mengajar. Alyssa mendapatkan kelas sebelas dan dua belas. Lantaran guru pamong nya mengajar di dua tingkat tersebut. Semenjak sebulan berlalu Alyssa dan Via serta dua temannya yang lain tidak saling berhubungan. Alyssa masih menutup diri karena kecewa dengan mereka. Sementara Via memaklumi apa yang gadis itu putuskan. Namun mereka masih berusaha untuk mendekati Alyssa, meminta maaf kesekian kalinya. "Lo dapat kelas berapa Lys?". Salah seorang rekan PLK nya bertanya. "Kelas 11 IPA 1 sampai 3, terus kelas 12 IPA 7". Jawabnya santai. Shilla mengangguk paham. "Lo dapat kelas berapa?". "Kelas 10 IPA 4 sampai 8. Gila lima kelas banyak banget!". Keluhnya. Alyssa tersenyum kecil, memahami apa yang di rasakan Ashilla. "Oh iya, Teman-teman lo PLK dimana?". Tanya Ashilla. Setau nya Alyssa memiliki tiga orang teman yang selalu bersama. "Enggak tau. Mereka gak ada bilang--". Ashilla mengerutkan kening nya, merasa aneh dengan jawaban tersebut. "Kenapa Lys?". Alyssa mengedikkan bahu nya tak acuh. "Entahlah. Gue gak mau bahas mereka". Kemudian Alyssa bergegas menemui pamong nya. Selama perjalanan menuju kantor, Alyssa merasakan  pusing di kepalanya. Pandangannya sedikit buram karena rasa mual yang menggerogoti mulutnya. "Loh Alyssa kenapa?". Gadis itu bertumpu pada pintu ruangan pamong nya. Setiap guru punya ruangan sendiri, jadi beruntung lah dia bisa istirahat sebentar di ruangan guru pamong nya. "Gak tau bu! Pusing dan mual. Mungkin karena tadi pagi gak makan kali ya!". Sahutnya. Ibu Fahma menggeleng heran, lalu ia mengambilkan segelas air hangat untuk Alyssa. "Besok kalau mau ke sekolah sarapan dulu ya! Biar kamu gak pusing". Kata beliau. "Baik bu! Terimakasih banyak sarannya". Kata Alyssa tersenyum tulus. #SalamAnakRantau
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD