.2. Influencer

1439 Words
******** Pertemanan selalu punya jalan curam yang sulit dilewati. ******** Sifat manusia itu unik dan menarik. Dalam pertemanan, akan ada satu si pembuat masalah. Terutama jika pertemanan itu berangka ganjil. Ini bukan ramalan atau cocokologi. Tapi di kenyataan, hal seperti ini kerap terjadi. Berlian Nacita, yang kerap disapa Berlin itu kesal melihat foto Dipta sedang selfie di mobil. Foto yang dia upload kepada Close Friends nya di **. Sebagai seorang influencer, ia membatasi privasinya.  “Kalian ketemuan sengaja gak ngajak aku?”protesnya saat sedang menikmati burger di salah satu restoran terdekat. Pertemuan sederhana yang dilakukan sekali seminggu. Atau kalau gak, sekali sebulan. Ya, tergantung kesediaan masing-masing. “Aku gak sengaja ketemu dia. Orang aku lembur sampai jam sembilan.” “Aku lagi ada meeting, Ber. Kamu tahu kan, lagi banyak job nih.” “Oh gitu,”balas Berlin sedikit lega. “Terus gimana Dip? Soal konten kosmetik yang kemarin kamu tawarin?” “Ini katanya mau.” “Beneran? Udah mulai percaya diri ya, Ra.”ungkap Berlin tidak percaya. Ketidakpercayaan itu tentu saja punya dasar. Sampai sekarang, Sera nggak aktif di **. Dia pernah membuatnya. Tapi ujung-ujungnya, dia gak cocok dengan sosial media itu. Dia lebih suka curhat di Twitter. Mungkin, bagi manusia jaman sekarang, hal itu sangat aneh.  “Bukan gara-gara itu, Ber. Aku butuh uang. Uang itu segalanya bukan?.”ucapnya sambil menikmati suapan terakhirnya menghabiskan burger itu. “Uang yang ditawarkan Dipta gaji ku dua bulan, Ber. Bayangin!. Kamu mah enak, punya Nacita Fashion yang bisa jadi the power of money.”ucap Sera bercanda.  “Gak segampang itu, Ra. Aku juga lagi rugi nih. Ada karyawan yang kabur bawa duit customer.”curhat Berlin sedih. “Udah gak bisa diselamatkan?”Tanya Dipta. “Entahlah. Aku udah serahin sama papa sih. Semoga masih bisa ketemu deh itu orang.” Tak ada pekerjaan yang semudah membalikkan telapak tangan. Buka usaha seperti Berlin memang sangat menggiurkan. Tapi dia butuh usaha ekstra untuk bisa sebesar sekarang. Dan tentu saja, sebagai b***k korporat, Sera juga punya masalah sendiri. Dan Dipta juga demikian sebagai seorang influencer. Setelah makan siang itu usai, Dipta dan Sera hendak pergi menuju ke tempat owner Varda Cosmetic yang akan meng-endorse Dipta. Berlin sendiri ada urusan terkait Nacita Fashion. Walaupun ini hari sabtu, segala macam aktivitas membuat mereka sibuk. “Ini ownernya pasti cewek kan, Dip?” “Iya. Usahanya udah gede banget, Ra. Aku salut sama Kak Varda. Dia ramah banget.”ungkap Dipta sambil mempercepat laju kendaraannya disaat jalanan sedang sepi. Dan setelah tiga puluh menit lebih, mereka sampai di sebuah tempat produksi Varda Cosmetic. Berlokasi di daerah Tangerang yang memang kawasan pabrik.  “Permisi mbak, saya ada janji dengan Mbak Varda.”ucap Dipta kepada seorang perempuan yang tampak tak melakukan apapun. Ya, dia orang yang tepat untuk ditanyakan perihal janji ini. “Dengan siapa ya mas?” “Dipta Brigarda.” “Oh, silahkan ikut saya mas. Ibu Varda juga sudah menunggu.”ucapnya sambil menunjukkan jalan. Ternyata kehadiran Dipta sudah ditunggu-tunggu. Mereka bergegas ke lantai dua. Tempat itu sangat crowded. Tapi lantai 2, tampak rapi seperti ruangan di perkantoran elit di kawasan SCBD. Dan yang pasti, Sera terpukau dengan suasana di lantai 2. Dan tak berapa lama, mereka bertemu dengan wanita itu. Varda Aningrat, owner Varda Cosmetic, perusahaan yang menyediakan semua kebutuhan kosmetik untuk pria dan wanita. Mereka tak mendiskriminasi jenis kelamin untuk masalah kosmetik. Wanita maupun pria berhak untuk merias wajahnya sesuka hati. That’s why, Varda melakukan expansi bisnis ke arah sana.  Di mata Sera, Varda adalah wanita yang sangat cantik. Dia begitu elegan dengan dress panjang yang dia kenakan. Tak hanya itu, senyum yang menyungging di wajahnya berhasil mengalihkan Sera. Senyuman yang sangat manis. Perempuan memang suka mengagumi kecantikan perempuan lain. Bukan karena ada rasa, tapi ada keinginan untuk sama seperti itu. Pikiran bagaimana bisa secantik perempuan yang ia temui.  “Jadi, Sera yang akan ngereview kosmetik bagian wanita ya? Tapi tetap pake account punya kamu?”tanya Varda memastikan. “Benar mbak. Tidak masalah kan? Saya hanya tidak mau ada kesalahpahaman di depan.” Varda tampak berpikir. Ia meneliti Sera dari atas sampai bawah. Bukan dengan tatapan menghakimi, tapi sekedar memastikan bahwa perempuan itu tepat untuk produknya. “Sekarang saya tanya, kamu yakin kan untuk pekerjaan ini?”tanya Varda serius. “Saya berencana menjalin kerjasama selama satu tahun. Ya, tapi tergantung hasil pertamanya. Kalau semisal penjualan meningkat, saya mau rekrut Dipta untuk jadi brand ambassador Varda Cosmetic. Of course, karena ada kosmetik untuk pria yang saya tawarkan.” Perkataan itu berhasil membuat Dipta dan Sera saling lirik. Ini adalah berita yang mengagetkan. Varda tak pernah cerita soal rencana ingin menjadikan Dipta sebagai brand ambassador. But, this is good news.  “Mbak serius? Tapi follower saya tak sebanyak influencer di luar sana.”ungkap Dipta rendah diri. Walau ini berita bagus, tapi rasanya seperti mimpi. Dipta merasa tidak layak dijadikan brand ambassador disaat dia sendiri gak yakin bisa berdampak untuk perusahaan ini. “Saya punya analisa sendiri soal kamu Dip. Dan lagi, rencana itu bisa direalisasikan setelah satu bulan kontrak ini jalan. Jadi saya harus menganalisa kerja kalian berdua dulu.” “Saya juga, mbak?”tanya Sera merasa tidak percaya. “Iya. Tapi balik lagi, kita lihat hasil dari kerjasama pertama ini.”ucap Varda tegas.  Bagai dapat durian runtuh, Dipta dan Sera kembali dengan wajah sumringah. Terutama Dipta Brigarda. Hal iseng yang ia lakukan dengan sosial media bisa menghasilkan uang jutaan. Dia bukanlah orang yang ngebet pengen terkenal. Tidak sama sekali. Dibanding itu, dia lebih ingin kerja seperti Sera. Sayangnya, ribuan perusahaan yang ia lamar, tak satupun memanggilnya untuk mengikuti tes. Dan kalau ada yang memanggil, dia hanya sampai tahap interview. Setelah itu, tak ada lagi panggilan lebih lanjut.  “Aku gak nyangka Dip. Ini bukan mimpi kan?” “Apalagi aku. Kayaknya, aku harus banyak bersyukur deh. Bisa-bisanya aku dikasih rejeki kayak gini.”ungkap Dipta tak percaya.  “Terus, sekarang gimana?”tanya Sera histeris. Mungkin, para influencer diluar sana sudah biasa berhadapan dengan uang puluhan juta. Tidak bagi Sera dan Dipta. Dipta masih saja dibiayai orang tuanya. Dan orang tuanya memang tak memaksanya. Terserah Dipta mau bagaimana, uang milik orang tuanya masih bisa untuk tujuh turunan. Tapi, kembali lagi pada hoki dan keberuntungan. Dipta memang lahir untuk menjadi seorang jutawan. “Pertama, kita harus mikirin konsep untuk barang-barang itu.”ucap Dipta membuat rencana. Di mobil itu, banyak sekali produk Varda Cosmetic yang harus dijadikan konten. Bukan hal mudah, karena mereka harus membuat konsep yang out of the box.  *** Rumah tangga. Dua kata itu seakan berarti bahwa rumah memiliki tangga. Tangga adalah jalan menuju ke rumah. Sadarilah bahwa dalam rumah tangga selalu ada jalan yang sukar untuk dilewati. Dan jalan itu tak selalu lurus. Ada banyak kelokan dan bebatuan. Itulah yang dirasakan Varda Aningrat, perempuan 30 tahun yang sudah lima tahun seperti air dan api dengan suaminya. “Semisal ibu mertuaku gak setuju, aku minggat aja dari rumah.”curhat Raina di salah satu restoran mewah di Jakarta Selatan. Rainara, istri dari pengusaha kaya yang kini sibuk menghabiskan uang. Suaminya punya perusahaan di bidang konsultan. Sesekali dia ke kantor hanya untuk merasakan gimana rasanya bekerja. Disisi lain, dia habiskan waktunya untuk arisan dan ketemu teman-temannya. “Itu kan gak penting, Rain. Mending ikuti kata ibu mertuamu.”ucap Varda sambil menikmati kentang goreng yang kini tinggal beberapa biji. Raina hendak pergi ke Jepang hanya untuk belanja. Sedangkan sekarang lagi marak Corona. Tentu saja, ibu mertua melarangnya. Tapi Raina menganggapnya sebagai balasan ibu mertuanya. “Kamu dukung ibu mertuaku yang bau tanah itu?” “Kamu mah, gak bisa diajak bicara baik-baik. Ini lagi masa Corona, Rain.” “Ah, lupakan deh.”ucap Raina dengan wajah cemberut. “Terus, udah ada perkembangan?” Varda menggeleng. Perkembangan macam apa yang mungkin terjadi jika suaminya tak pernah mengajaknya bicara hal serius? Dia hanya sibuk bermain dengan anak perempuannya itu. Seakan Varda adalah benda mati di rumah. Kejadian di masa lalu sudah mengambil alih masa sekarang. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi hubungan masih saja terjalin.  “Kamu yang sabar aja, Var. Setidaknya dia gak main perempuan. Gak kayak suamiku.” “Ah, masa sih?” “Iya. Minggu lalu aku pergokin dia di mall bareng sama cewek. Aku sih biasa aja, tapi aku laporin dia sama mamanya. Setelah itu, mamanya marah banget. Bahkan dia dihukum, gak boleh tidur di kamar.”ucap Raina sambil tertawa. “Senang banget punya ibu mertua kayak gitu.”lanjutnya seperti manusia paling labil di muka bumi ini. Baru beberapa menit yang lalu dia menghina ibu mertuanya, sekarang malah dipuji dengan sangat baik. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD