04.

1248 Words
"kamu habis dari mana?" tanya Bu Miran yang sudah menungguku didepan gerbang dengan tatapan nyalang. "hehehe... absis beli s**u, s**u aku abis" cengirku sembari mengangkat kantung belanjaan berisikan s**u Ibu hamil itu. "Tera, kamu ini lagi hamil jangan kemana-mana sendiri, jangan bahayain diri kamu sendiri" omel Bu Miran yang kusenyumi lebar, entahlah menyenangkan rasanya melihat beliau kesal. Bawaan bayikah? "ngapain kamu senyum-senyum?! bandel kamu ya jadi anak perempuan, udah masuk sana!" perintah Bu Miran yang langsung ku turuti. "lain kali kalo mau beli apa-apa bilang ke Ibu, jangan pergi sendiri lagi" omel Bu Miran lagi yang sepertinya tidak akan berakhir itu. "sana ke kamar, Ibu buatin s**u terus abis itu tidur, besok jadwal kamu kontrol" kalo tidak ku iyakan mungkin tidak akan selesai. *** "harusnya lo kejar bukannya pulang" kata Kai setelah mendengar cerita Sehun. "dia udah ketinggalan jauh bego! makanya dia pulang" sahut Tao sembari menempeleng kepala Kai. "Kai, lo nggak usah ikutan ngomong!" tegur Chanyeol yang sepertinya sedang serius itu. "lo nggak salah lihat kan?" tanya Chanyeol memastikan. "nggak. gue yakin banget" jawab Sehun mantap. "lo tertarik sama cewek itu?" tanya Chanyeol lagi "gila lo? ya nggak lah!" jawaban Sehun membuat Chanyeol mengerang frustasi. "minta sekretaris lo cari tahu gih Hun, biar gampang" usul Tao "gue emang penasaran sama cewek itu tapi gue nggak setertarik itu sampai harus nyari-nyari dia" tolak Sehun "kalo misalnya dia hamil anak lo gimana?" sahut Kai yang tidak setuju dengan keputusan teman putihnya itu. "tadi perutnya nyembul nggak?" tanya Tao heboh dengan mata membulat lebar "nggak tahu, gue gak lihat" jawab Sehun dengan menggendikkan bahu lebarnya. "gimana bisa nggak tahu sih, orang didepan mata lo juga!" kesal Tao mendengar jawaban Sehun "Hun, please cari tahu siapa cewek itu" pinta Chanyeol "kasih gue alasan kenapa gue harus cari tahu tentang cewek itu" perkataan Sehun membuat semuanya terdiam. "nggak ada kan? kalo kalian setertarik itu sama cewek itu kenapa nggak kalian aja yang cari tahu sendiri?" lanjut Sehun lagi "gue maunya juga gitu Hun, tapi disini yang tahu giamana wujud cewek itu cuma lo" sahut Chanyeol dengan nada meninggi, kentara sekali kalau ia tengah frustasi. "jujur gue ngerasa bersalah, gara-gara gue cewek itu harus jadi korban, dia cewek baik-baik Hun" lirih Chanyeol "dari mana lo tahu kalau dia cewek baik-baik?" sinis Sehun. "sebejat-bejatnya cewek, kalo dia masih bisa jaga kehormatannya dia masih bisa dibilang cewek baik-baik. itu kata Bunda gue sih" sahut Tao memberikan pendapat "kalian kesini malah bikin gue tambah pusing, sana pulang gue mau tidur" usir Sehun kepada teman-temannya itu. "kaya lo bisa tidur aja" sindir Kai yang mendapat tatapan bengis dari Sehun. "iya-iya kita pulang" takut Kai dan segera membereskan barang-barangnya. "Hun, pikirin lagi. Gue mohon cari tahu tentang cewek itu, kalo misalnya dia hamil dan lo nggak mau tanggung jawab, gue siap buat tanggung jawab" ucap Chanyeol sebelum ia pergi dari apartemen Sehun 'itu anak gue, kenapa dia yang tanggunga jawab'  batin Sehun kesal. ***     Menunggu antrean untuk kontrol kehamilan membuatku sedikit sangsi, banyak pasangan manis disini sedangkan aku hanya sendirian. Kalau bukan karena ada sedikit masalah di butik mungkin sekarang aku tidak akan sendirian. Bagaimanpun Bu Miran juga harus mengurusi butik dan kos-kosan, aku tidak boleh egois. "Ibu Lentera Putri, silakan masuk" panggil perawat dan membukakan pintu untukku. "selamat pagi" sapa dokter tampan yang asing bagiku. Ah, aku baru ingat dokter Joy yang biasa memeriksaku sedang cuti menikah. "ayo saya bantu berbaring" ucap dokter ber-name tag Kim Minseok tersebut ketika melihatku sedikit kesusahan. Dokter Minseok mulai mengoelskan gel yang terasa dingin ke permukaan perutku yang membuncit. "wahhh... Usia janinnya sudah 20 minggu, sehat Bu janinnya" kata Dokter Minseok dengan senyuman hangatnya. "lihat Bu, tangannya melambai" semangat Dokter Minseok. Perasaanku sudah campur aduk, rasa senangku bahkan sampai menimbulkan air mata. "zat besinya harus tercukupi ya Bu, soalnya di masa ini si janin membutuhkan banyak darah, biar Ibu juga nggak anemia" kata Dokter Minseok ramah. "Ibu sendiri? Suaminya mana kok nggak nemenin?" tanya Dokter Minseok. "bisa minta print USG nya Dok?" mintaku mengalihkan topik pembicaraan. "oh iya sebentar ya" Ucap Dokter Minseok kemudian mulai mengeprint hasil USG tadi. "ini Bu printannya" kata Dokter Minseok sembari menyodorkan secarik kertas foto hasil USG. "saya permisi Dok" pamitku "oh iya, silakan" ramah Dokter Minseok mempersilakan.     Aku keluar dari rumah sakit dengan perasaan sedikit jengkel. Dokter Minseok membahas suami disaat aku tidak mempunyainya, dia memang tidak bermaksud menyindirku aku tahu itu karena memang kita baru pertama kali bertemu. Tapi tetap saja rasanya mengesalkan. Ah, bawaan bayi memang luar biasa. "kenapa tiba-tiba pengen makan es krim. Nak, kamu pengen?" tanyaku pada bayiku yang masih didalam perut.     Seingatku disekitar sini ada kedai es krim. Aku bahkan hampir meneteskan air liurku hanya dengan membayangkannya es krim manis, dingin dan menyegarkan itu lumer dimulutku.     Kedai es krim disini memang sedang populer dikalangan anak muda, jadi tidak heran kalau kedai ini sangat ramai menjelang tengah hari, untungya masih ada satu meja kosong yang tersisa.     Kupandangi secarik foto USG tadi. Aku merasa bangga pada diriku sendiri karena bisa menjaga bayi yang ada dikandunganku sendiri. "permisi, boleh duduk disini? tempat yang duduk yang lain penuh" izin laki-laki tinggi dengan telinga caplangnya.     Pandanganku mengedar ke sekeliling, dan benar saja tidak ada kursi kosong lagi selain kursi dihadapanku ini. Yah, anak muda selalu membawa pasangan. "silakan" kataku setelah berpikir sejenak. "ngidam?" tanya laki-laki itu dengan senyumannya yang entah kenapa terlihat bodoh, dan aku juga sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaannya. "ini pesanannya" pelayan datang membawakan es krim vanilla pesananku yang ku terima dengan mata berbinar. "Mbak, pesen es krim vanilla juga" pesan laki-laki itu. "nggak etis rasanya kalau kita makan es krim bareng tapi nggak tahu nama masing-masing" kata laki-laki itu dengan senyuman bodohnya. "nama saya Chanyeol" ucap laki-laki caplang itu memperkenalkan diri. "Lentera" balasku sembari menjabat tangannya "santai aja, kayanya kamu lebih tua dari aku" imbuhku agar ia nyaman. "oh ya? emang umur lo berapa?" tanyanya mulai santai "21. Kamu?" jawabku yang membuatnya menganga. "gue 25. lo nikah muda?" tanyanya yang hanya ku senyumi, tidak mungkinkan kalau aku menjawab bahwa aku adalah korban pemerkosaan. "di jodohin?" tanyanya lagi yang lagi-lagi hanya ku senyumi. Kadar kekepoan orang ini benar-benar membuatku muak. "kayanya hubungan kalian nggak baik" terkanya yang mulai sok tahu. Hubungan nggak baik? Hubungan sama siapa? "selamat makan" ucapku begitu es krim pesanannya datang, tanpa berniat menanggapi perkataannya yang tadi-tadi.     Kedai sudah mulai sepi, dua porsi es krimku juga sudah tandas. Aku berjalan menuju tempat pembayaran yang jelas untuk membayar, "berapa Mbak?" tanyaku "dua es krim vanilla totalnya Rp 26.000" "saya yang bayar Mbak" sela laki-laki bernama Chanyeol itu tiba-tiba. "nggak usah-" aku tercekat bingung mau memanggilnya apa. Namanya saja? itu tidak sopan kata Ibu karena dia lebih tua. "tunggu!!!" teriakku begitu melihatnya yang sudah diambang pintu berniat keluar. "jangan lari!" cegahnya panik yang melihatku sedikit berlari ke arahnya. "lo hamil jangan lari, bisa dibunuh suami lo gue kalo istrinya kenapa-napa" paniknya dengan mata membulat lebar. "saya ganti uangnya sekarang" kataku. motto hidupku adalah menjauhkan diri dari hutang. "nggak. gue bayarin lo karena gue udah lancang ngorek kehidupan rumah tangga lo" jawabnya yang sepertinya sadar akan ketidak nyamananku tadi. "tetep aja aku nggak enak" keukeuh ku "kalo gitu kapan-kapan kita makan es krim bareng lagi aja dan lo yang bayar" putusnya "tulis nomor lo" katanya sembari menyodorkan ponsel berlogo apel tergigit itu "gue bakalan ngehubungin lo kalo gue pengen makan es krim lagi, oke. tapi izin suami lo dulu biar nggak dipenggal kepala gue" candanya garing "makasih, Mas?" ucapku meragu memanggilnya dengan sebutan Mas. "panggil Chanyeol aja. Gue duluan ya ada rapat"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD