03.

1179 Words
    Ku usap perutku yang mulai menyembul ini. Usia kandunganku sudah memasuki bulan ke-5, beginikah rasanya menjadi seorang Ibu? Aku merasa bangga bisa menjaga kehidupan lain yang hidup dirahimku, tapi akan lebih baik bila ada sosok laki-laki yang disebut suami mendampingiku. "maaf ya nak, kamu nggak punya Ayah, Ayah kamu terlalu sulit digapai" lirihku sembari mengusap lembut perut buncitku. "tapi Bunda janji, Bunda akan menjadi sosok Ibu sekaligus Ayah yang hebat buat kamu" ucapku lagi dengan senyuman mengembang.     Jujur aku masih belum siap untuk memiliki anak di usiaku yang baru 21 tahun ini, tapi di sisi lain aku juga senang saat mengetahui ada kehidupan lain yang tumbuh di rahimku walaupun aku sedikit shock. "udah makan?" tanya Bu Miran yang tiba-tiba muncul "udah" jawabku dengan senyuman seperti biasa. "susunya udah di minumkan?" tanyanya lagi "udah" jawabku lagi "kapan mau cerita tentang Ayah si bayi?" geming, Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Bu Miran. "orang tua kamu udah percayain kamu ke Ibu. Kamu tahu gimana menyesalnya Ibu karena gagal menjaga kamu? gagal menjaga amanah dari orang tua kamu?" kata Bu Miran yang mulai terisak, sarat akan rasa penyesalan seorang Ibu. "Tera, kamu udah Ibu anggap sebagai anak Ibu sendiri jadi jangan sungkan buat cerita ke Ibu ya, bilang siapa Ayah bayi yang kamu kandung" desak Bu Miran yang membuatku menarik nafas panjang. Haruskah aku cerita? apakah Bu Miran akan percaya? "kalo Tera bilang Ayah bayi ini adalahh laki-laki itu, apa Bu Miran akan percaya?" kataku sembari menunjuk laki-laki yang menjadi cover majalah bisnis edisi minggu ini dengan judul 'CEO Tampan Yang Sukses Di Usia Muda' "Ibu akan percaya kalau kamu menceritakan detailnya" ucap Bu Miran yang lagi-lagi membuatku menghela nafas berat. Aku pun mulai bercerita. "Ayo Ibu anter kamu ke OH Company, bayi ini harus ada yang bertanggung jawab" ajak Bu Miran menggebu seusai mendengar ceritaku. "nggak Bu, kalau Tera kesana bukannya dia mau tanggung jawab tapi Tera malah disuruh gugurin bayi ini dan Tera nggak mau" tolakku dengan suara bergetar. "kalo gitu ayo Ibu anterin kamu pulang ke kampung, orang tua kamu harus tahu" ujar Bu Miran lagi, kali ini dengan air mata yang merembes sampai ke pipi. "nggak Bu, Tera nggak mau ngecewain mereka lagi, Tera pasti ngasih tahu orang tua Tera kok, tapi nggak sekarang, Tera belum siap" tolakku lagi yang ikut merembeskan air mata "Terus Ibu harus gimana? Ibu nggak bisa lihat kamu lebih menderita dari ini" tangis Bu Miran yang membuatku merasa bersalah karena telah menyayat hati seorang Ibu, andai Ibuku tahu kondisiku saat ini mungkin beliau akan lebih terluka dari Bu Miran, jadi setelah bayi ini lahir mungkin aku akan mengatakannya agar beliau bisa memukulku dengan rotan. "cukup disamping Tera terus Bu, dan dukung Tera" ucapku sembari menggenggam tangan hangat Bu Miran. "Kamu tahu betapa menyesalnya Ibu waktu kehilangan anak perempuan Ibu? Ibu merasa gagal menjaganya dan sekarang Ibu nggak mau gagal lagi" ucap Bu Miran bersungguh-sungguh yang membuatku semakin deras menitikan air mata. *** "ini rumah apa kuburan sepi banget?" dengus Mamah Sehun disela menyantap makan malamnya. "punya anak satu cowok kok nggak bisa ngasih cucu" sindir Mamah Sehun melirik kearah anaknya yang tegah duduk manis dihadapannya itu. "Hun, Mamah tahu kamu sering nyewa cewek buat lampiasin nafsu kamu, dari pada ngehamburin uang buat hal gak guna mending kamu nikah sana jadi nggak usah repot-repot nyewa cewek" kesal sang Mamah, sedangkan yang diomeli hanya asik dengan makan malamnya. "kamu dengerin Mamah nggak sih?!" marah sang Mamah "denger Mah denger" jawab Sehun ogah-ogahan. "dari sekian banyaknya cewek yang pernah kamu tidurin kenapa nggak ada satu pun yang ngelabrak minta tanggung jawab, kayanya emang kamunya yang bermasalah, ayo Mamah periksain kamu ke rumah sakit" sungut Mamah Sehun yang membuat Sehun jengkel setengah mati.     Sehun yang tadinya ingin menikmati makan malamnya di rumah pun akhirnya malah memutuskan untuk pulang ke apartemen karena tidak tahan dengan ocehan pedas Mamahnya yang menuntutnya untuk segera menikah. Nenek-nenek memang sukanya cucu. "heh!! diajak ngomong orang tua main kabur aha, Mamah nggak pernah ngajarin kamu gituya!" kesal sang Mamah yang mendapati anaknya itu pergi sesuka hatinya.     Sehun hanya ber-masa bodo dengan ocehan Mamahnya yang mampu membuat kepala pening dan kuping pengang itu.     Sehun mengendarai mobilnya menuju apartemennya dengan mood yang sangat buruk dan saat di perjalanan sialnya Chanyeol malah menelponnya. "Hun, kalo lo mau pulang ke apartemen mampir ke toserba dulu beli camilan, kita kesini mau nonton nggak ada camilan" kata Chanyeol dari seberang sana dan sesegera mungkin memutus sambungan, dia tahu kalo Sehun pasti akan memakinya.     Dengan hembusan nafas kasar Sehun pun membanting stir mobilnya menuju toserba terdekat untuk memenuhi kebutuhan ketiga teman kampretnya itu, dia memang kesal tapi dia juga tidak bisa menolak permintaan teman-temannya itu.     Sesampainya di toserba terdekat Sehun mulai memilih-milih beberapa snack untuk dikonsumsi para makhluk astral di apartemennya itu, saat sedang asyik memilih minuman pandangan Sehun tiba-tiba teralihkan oleh perempuan cantik dengan rambut sebahunya.     Entah memang benar atau hanya perasaan Sehun saja, Sehun merasa tidak asing dengann perempuan itu. Otak Sehun berputar mengingat ingat siapa wanita tersebut tapi masih nihil.     Sehun masih menatao wanita tersebut yang sedang membayar belanjaannya, otaknya masih berkutat tentang wanita itu hingga sedikit pusing hingga akhirnya ia ingat siapa wanita yang sedang berjalan keluar toserba itu.     Dengan buru-buru Sehun segera mengambil acak minuman yang akan ia beli dan segera membayarnya ke kasir. "Mbak, cepet saya buru-buru" ucap Sehun sembari terus melihat ke luar, wanita itu masih mencari taksi. "mbak cepetan!!!" amuk Sehun saat penjaga kasir malah asyik menawarkan berbagai macam promo yang berlangsung. "totalnya Rp 105.000;" Sehun pun segera mengeluarkan dua lembaran uang lima puluhan dan selembar sepuluh ribu kemudian melesat pergi tanpa memedulikan Mbak-mbak kasir yang memanggilnya untuk memberikan kembalian.     Menyadari sang wanita sudah mendapatkan taksi Sehunpun segera memasuki mobilnya dan mengemudikannya mengikuti taksi tersebut, Sehun menjaga jarak aman agar tidak menimbulkan kecurigaan bahwa dia sedang menguntit.     Semuanya berjalan lancar hingga Sehun menyembulkan seringainya, tapi sayangnya jarak aman yang ia agung-agungkan itu membuatnya kehilangan jejak, hanya beberapa detik dari taksi yang ia ikuti dia harus terjebak di traffic light yang tiba-tiba menyala merah mengakibatkan Sehun harus menginjak pedal remnya kuat-kuat dan menimbulkan suara decitan yang memekakan telinga.     Dengan rasa kesal yang membuncah Sehun memukul stirnya dan berteriak frustasi, entahlah Sehun merasa tidak bisa memuaskan rasa penasarannya tentang wanita itu. drttt~~drtttt~~~ Ah, kini si sialan Kai yang menelponnya. "APA?!!" teriak Sehun kesal "buruan pulang!! mana camilannya?!!" kata Kai dari seberang sana yang sangat tidak tahu diri    Tanpa memedulikan Kai, Sehun pun memutus sambungan itu dan memutar stir mobilnya untuk pulang ke apartemennya, tentunya dengan perasaan kesal yang amat sangat.     Dengan langkah gontai Sehun menaiki lift menuju unit apartemennya. Tadi itu sangat hampir saja, kalau bukan karena traffic light sialan itu. "woy, pulang juga lo" sapa Tao yang pertama kali melihat Sehun masuk.     Kesal sebenarnya melihat betapa kacaunya ruang tengah apartemennya, tapi rasa frustasi kehilangan jejak wanita tadi lebih dominan jadi untuk kali ini Sehun memaafkan teman-temannya. "lo kenapa lemes gitu?" tanya Chanyeol yang masih asik menonton film 'iT' itu. "gue abis ketemu sama cewek itu" kata Sehun.     Semuanya memusatkan pandangan mereka ke sang pemberi pengumuman, bahkan Kai dan Tao yang sedang berebut snack sekalipun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD