02

718 Words
        Waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB, acara syuting sudah selesai. Saat Chika merapikan peralatan make up dan memasukan semua perkakasnya di mobil. Dari kejauhan ia melihat kerumunan wartawan yang sedari siang tadi menunggu Jeremy dan Agnes untuk diwawancarai.  "Jeremy dan Agnes, satu dong adegan pelukan romantis kek tadi. Netizen seneng neh. Kalo gambar kalian muncul di berita utama begini.." pinta salah satu wartawan, Agnes tampak malu - malu mau sambil menatap Jeremy. Lantas Jeremy meraih pinggang kecil Agnes dan mendekapnya ke pelukan. Deg... Chika menggigit kuku jempolnya, lantas merapikan sedikit rambutnya yang tergerai ke daun telinga dan kembali merapikan costum syuting Jeremy. Awalnya Chika tak merasa keberatan, karena ini memang sudah menjadi resikonya untuk menerima perjodohan itu. Jeremy yang profesional dalam segala hal juga meminta Chika untuk tidak cemburu meskipun Chika baru menyadari perasaannya setahun belakangan ini. Tanggannya tergetar saat akan memasukan wardrob box ke mobil, benda itu jatuh dan isi dalamnya berhamburan keluar. Pak Anang yang sedari tadi tiduran di mobil kaget dan terbangun. "Non Chika, waduuuuh Non. Kenapa nggak bangunin saya sih." Pak Anang tampak panik dan membantu merapikan pakaian yang berhamburan keluar. Jeremy dan Agnes menghampiri sambil bergandengan tangan.  "Kenapa, Chika. Kamu berulah lagi yah?" Jeremy menggoda, padahal Chika sudah kepalang jengkel terlebih Jeremy tak membantu bahkan tanggannya tak ingin lepas dari Agnes. "Ohh iya, Chik. Agnes mau numpang mobil kita. Nggak apa - apa kan, toh kita searah pulangnya." hati Chika makin mendidih, dengan kasar Chika melempar barang - barang ke dalam mobil dan menutup mobil dengan kasar. Agnes melihatnya heran sambil menautkan kedua alisnya.  "Chika...!!" panggil Jeremy Blebek blebek blebek, sepertinya air yang mendidih itu sudah mau keluar dari pancinya "Nooooh, tanya sama Pak Anang. Dia mau anterin nggak, jangan tanya gua. Karena gua bukan sopir.." Chika gusar, Jeremy terkekeh sambil menutup mulutnya. "Diiih, asisten kamu galak banget sih, Jer." Agnes masuk mobil penumpang dibarengi Jeremy disampingnya.  Mereka duduk bersebelahan, harusnya itu posisiku.. Chika membatin dan masuk mobil samping kemudi.         Saat diperjalanan Agnes tampak terus menguap, Chika memperhtikannya dari spion mobil. Lantas gadis itu bersandar dipundak Jeremy. Chika melotot, ia berbalik badan menatap tajam ke arah Jeremy. Pria itu malah meletakkan jari telunjuk ke mulutnya, mengisyaratkan Chika untuk diam. Pak Anang merasakan atmosfer didalam mobil seperti panas kegerahan. Padahal ia sudah menaikan volume ac sangat tinggi. "Mas Jer, kita sudah sampai dirumah Mbak Agnes." Pak Anang memarkirkan mobilnya tepat didepan pintu gerbang rumah pribadi Agnes. Wanita itu terbangun perlahan, ia menyadari sudah lama bersandar dipundak Jeremy. "Ohh Sorry, Jer. Keknya gue kecapeaan banget." ucapnya sambil tersenyum dengan pancaran senyum yang memikat hati, Chika merasa sekan tertancap panah persaingan tepat dijantungnya. Craaakkk "Thanks ya, Jer." pamitnya menutup pintu mobil sambil melambaikan tangan, lantas mobil pun melesat meninggalkan rumah Agnes.         Jeremy mencolek pinggang Chika genit, wanita itu hanya diam tak menghiraukan. Walaupun sebenarnya dia menahan rasa geli hingga bulunya meremang. Jari Jeremy mulai nakal, ia memasukkan tanggannya dari sela - sela baju Chika menuju sesuatu yang kenyal. "Stoooop.." teriak Chika kencang, Pak Anang yang sedari tadi megemudi nampak terkejut dan mengerem mobilnya mendadak. "Ada apa, Non.?" tanya Pak Anang panik, Chika berbalik badan menatap Jeremy dan menimpuk laki - laki itu dengan gulungan skrip ditangganya. Setibanya di apartemen, Jeremy langsung membanting dirinya di sofa dan mengelurkan benda pipih berwarna putih dari saku celannya. Ia tampak tersenyum puas menatap layar handphonenya itu. Sementara Chika sudah keburu masuk kamar mandi, lama ia menatap dirinya dari cermin. Ia menarik nafasnya kuat dan meghembuskannya perlahan. "Hari ini aku kek anak kecil banget sih, kenapa aku harus bersikap seperti itu.?" ucapnya lirih dan mengusap cermin dengan telapak tangannya. Tak berapa lama Chika keluar dari ruangan sedikit transparan itu, dan Jeremy sudah ada didepan pintu sambil berkacak pinggang. "Lu semedi di dalam?" tanya Jeremy, Chika tak menyahut hanya meliriknya kesal dan mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Jeremy memeluk Chika dari belakang, wanita itu terlonjak saat Jeremy mencium tengkuk leher Chika. Lantas Chika berbalik badan, mereka saling mengulum bibir, perlahan Jeremy menuju kasur. Sesaat mereka berhenti dengan aktivitas ciumannya, Chika mendorong d**a Jeremy. "Mandi dulu sana.." sergah Chika "Nanggung, sudah keburu bangun dedeksnya.." ucap Jeremy lantas mencium bibir Chika lagi, sesaat ia terhenti dan memandang wajah Chika dengan rambutnya yang masih basah. Perlahan mengusap dan menyingkirkan helaian rambut diwajahnya. "Sudah minum pil KB kan ?" tanya Jeremy, Chika mengangguk pelan. Kembali Jeremy mencium bibir Chika, perlahan turun ke leher dan menuju dua gunung kembar miliknya. Sambil meremas benda kenyal itu, Jeremy berusaha memasukkan dedeks miliknya ke kepunyaan Chika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD