bc

My Love Invalid

book_age18+
1.2K
FOLLOW
9.9K
READ
forbidden
possessive
scandal
CEO
mafia
tragedy
city
abuse
betrayal
cheating
like
intro-logo
Blurb

inilah kisah Dixie, kisah akhir dari 3 sahabat dalam Trilogy My Love.

kisah tentang Dixie seorang mafia single, mapan dan rupawan yang jatuh cinta pada seorang wanita yang sudah memiliki suami dan seorang bayi berusia 5 bulan.

awal dari pertemuan yang penuh rasa iba dan kasihan, lalu berubah menjadi rindu dan cinta. haruskah Dixie memaksakan cintanya untuk memiliki wanita itu sebagai pendamping hidupnya? sanggupkah Dixie merebut wanita itu dari suaminya? apa yang akan dilakukan Dixie? apakah wanita itu juga bisa mencintai Dixie?

chap-preview
Free preview
I SEE YOU
"AWAS!!!!" teriak Dixie langsung menarik sebuah kereta bayi yang meluncur bebas menuju tengah jalan raya yang ramai. Sedetik saja Dixie terlambat menariknya pasti bayi itu sudah terlempar karena ditabrak oleh sebuah bis yang melaju di jalan raya itu. Teriakan Dixie menyadarkan seorang wanita yang sedang berdiri di pinggir jalan tidak jauh dari Dixie. Wanita itu lalu dengan panik menghampiri Dixie dan meraih kereta bayinya.   "Syukurlah kau baik-baik saja, maafkan mommy nak." Ucap wanita itu sambil menangis membelai wajah bayi dalam kereta itu. Wanita itu mengangkat bayinya dan menggendongnya lalu menghadap ke Dixie. "Maaf saya jadi merepotkan anda. Saya tidak tahu apa jadinya jika anda tidak menolong anak saya ini. Maafkan saya tuan." Ucap wanita itu lalu panik melihat sekitar dan pergi dengan tergesa-gesa.   Dixie sempat melihat wajah wanita itu yang penuh luka lebam di sekitar mata dan pipi rahangnya dan lengannya. Wanita itu tampak ketakutan saat melihat sekitar dan pergi dengan terburu-buru seolah menghindar dari sesuatu atau seseorang. Dixie segera mengejar langkah wanita itu. "Maaf nyonya, apa anda sedang dikejar oleh orang jahat? Kenapa anda sangat ketakutan? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dixie saat langkahnya sudah sejajar dengan wanita itu.   Wanita itu berhenti melangkah dan menatap Dixie sejenak. "apakah anda bisa mengantarkan kami?" Tanya wanita itu "Bisa, mari ikut saya, mobil saya ada disana." Jawab Dixie sambil menunjuk ke arah mobilnya terparkir tidak jauh dari mereka berdiri.   Dixie membukakan pintu tengah mobilnya dibagian penumpang dan meminta wanita itu bersama bayinya untuk masuk terlebih dahulu, Dixie lalu melipat dan memasukkan kereta bayi nya ke dalam bagasi belakang mobilnya, dengan dibantu sopir pribadinya. Dixie masuk ke kursi penumpang di depan samping sopir, lalu menoleh ke belakang untuk menanyakan tujuan wanita itu. "Nyonya, kemana saya harus mengantarkan anda?" Tanya Dixie. "Maaf, bisa anda tolong antarkan kami ke hotel four seasons ?" Jawab wanita itu. "Baiklah." Ucap Dixie lalu meminta sopir pribadinya untuk segera menuju ke hotel itu.   "Ken, kita ke four seasons hotel." Perintah Dixie pada sopir pribadinya dan dijawab dengan anggukan kepala sopirnya lalu mobil mereka pun mulai berjalan. Dixie kembali menoleh ke belakang. " Nyonya, maaf, melihat kondisi anda seperti ini, bukankah sebaiknya kita ke dokter dulu untuk mengobati luka anda?" Tanya Dixie. "Jangan! Kita langsung ke hotel saja. Saya baik-baik saja. Saya tidak ingin suami saya berpikiran negatif jika tahu saya ke dokter diantar oleh pria asing." Sahut wanita itu ketakutan. "Baiklah, sebaiknya anda segera memanggil dokter pribadi anda untuk datang ke hotel dan memeriksa anda." Ucap Dixie memberikan saran.   Wanita itu hanya diam sambil menatap bayi dalam gendongannya, sambil menangis. Dixie merasa iba terhadap wanita itu. Dixie sangat penasaran apakah suaminya yang telah melakukan itu padanya? Atau orang lain? Mengapa dia ke hotel bukan ke rumah? Apakah dia bukan warga New York?. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di pikiran Dixie.   "Kita sudah sampai Tuan." Ucap Ken menyadarkan lamunan Dixie yang sedari tadi menoleh ke belakang. "Oh..baiklah, mari nyonya kita sudah sampai." Ucap Dixie sambil hendak turun akan mengantar wanita itu ke lobby. "Jangan turun! Biar saya sendiri saja. Saya tidak mau suami saya melihat anda mengantar saya ke hotel. Maaf sudah merepotkan." Ucap wanita itu sambil langsung keluar turun dari mobil Dixie dan langsung mengambil kereta bayinya dari bagasi lalu segera menutup kembali bagasi, segera melangkah ke dalam lobby hotel dengan menyeret kereta bayinya dengan satu tangannya, dan tangan yang lainnya  menggendong bayinya.   Dixie serasa tersayat melihat keadaan wanita itu berjalan ke dalam lobby. "Maaf tuan, siapa wanita itu? Keadaannya sangat buruk sekali." Tanya Ken pada majikannya. "ach! Saya sampai lupa menanyakan namanya. Saya juga tidak mengenalnya, saya hanya menolongnya saat kereta bayinya tadi meluncur bebas menuju jalan raya tanpa dia sadari. Sepertinya dia sedang ada masalah dengan suaminya, dia sangat ketakutan pada suaminya." Sahut Dixie. "Baiklah tuan, apakah sekarang kita kembali ke kantor?" Tanya Ken. "Iya kita ke kantor saja." Jawab Dixie.   Setibanya di kantor dixie mendapat panggilan telepon dari Brandon. "Hai sobat, apa besok kau sibuk? Aku ingin mengajakmu dan Xander makan siang bertiga. Bagaimana?" "Ach baiklah, besok aku tidak sibuk. Baiklah kita akan bertemu jam makan siang di tempat biasa." "Baguslah, sekarang aku akan menghubungi Xander. Sampai jumpa besok sobat." "Oke, sampai jumpa besok."   Peep.. Telepon pun ditutup.   Dixie kembali memikirkan wanita yang tadi ditolongnya. Kasihan sekali keadaan wanita itu. Siapa dia? Apa yang terjadi padanya?. Dixie segera menghentikan pikirannya, dia sadar bahwa wanita itu sudah bersuami bahkan memiliki anak, jadi terlarang bagi Dixie untuk memikirkannya berlebihan. Dixie kembali dalam kesibukannya mempelajari dan memeriksa bisnis persenjataannya, apalagi kini Dixie juga dilimpahi oleh sahabatnya yang bernama Brandon itu dengan banyak customer baru sehingga bisnisnya semakin besar dan meluas wilayah kekuasaannya. Brandon telah melimpahkan bisnis persenjataannya pada Dixie dan memilih pensiun dari dunia mafia demi keselamatan istri juga anaknya. Jadilah Dixie kini semakin meluas wilayah bisnis persenjataannya, dan customernya yang semakin banyak. Ditambah lagi pabrik persenjataan Brandon yang juga kini menjadi milik Dixie. ***   Saat ini jam makan siang, sesuai dengan perjanjian tiga sahabat kemarin, bahwa hari ini mereka akan kembali bertemu. Ya, mereka bertiga kini kembali sering bertemu setidaknya seminggu dua kali. Tiga sahabat itu akan mencari waktu senggang di antara kesibukan mereka untuk bisa bertemu dan berkumpul, sehingga Dixie tak merasa sendirian setelah kedua sahabatnya menikah. Dixie segera berangkat menuju tempat yang sudah ditetapkan kemarin.   Drrrttt....ddrrtttt... Ponsel Dixie berbunyi tanda pesan chat masuk. Xander : aku sudah sampai, kalian dimana? Dixie : aku sudah di parkiran Brandon : aku berangkat sekarang.   Brandon selalu datang terlambat sejak Anna hamil, dia selalu datang terakhir dengan alasan harus menelepon Anna terlebih dahulu, memastikan bahwa Anna dan kandungannya baik-baik saja. Dixie dan Xander memesan makanan dan minuman terlebih dahulu. Akhirnya Brandon datang juga setelah makanan dan minuman Dixie juga Xander tersedia di meja. "Hai, maaf aku terlambat.." ucap Brandon pada sahabat-sahabatnya itu. "Tak apa,sudah biasa! yang penting sekarang kau disini!" Sahut Dixie agak sewot, Xander hanya tersenyum melihat ekspresi Dixie. "Makanya kau harus segera mencari pasangan, supaya bisa memahami posisi kami berdua saat ini." Ucap Brandon sambil duduk di sofa dekat Dixie.   Tiba-tiba mata Dixie tampak berbinar dan senyumnya tersungging di wajahnya, melihat seorang wanita yang masuk ke dalam cafe itu. Brandon dan Xander mengikuti arah mata Dixie, lalu saling menatap dengan kode dan senyuman jahil. "Jadi wanita itu yang akan membuatmu memahami posisi kami saat ini?" Sindir Brandon sambil tersenyum jahil pada Xander menggoda Dixie. Tapi mata Xander terkejut saat melihat wanita itu mendorong sebuah kereta bayi. "Eits...tunggu dulu! Dia sudah punya anak! Kau lihat itu?!" Ucap Xander dan Brandon juga ikut terkejut. "Dia janda?! Wah buy one get one ya..." Sindir Brandon menyikut lengan Dixie yang sedari tadi hanya diam menatap wanita itu.   Dixie langsung tersadar jika sedang disindir dan digoda sahabatnya. "Tidak! bukan dia! Dia istri orang tahu!" Ucap Dixie dengan raut wajah kecewa dan kembali menunduk menghadap ke meja, dan menghela napas berat. Brandon dan Xander hanya saling mengedikkan bahu dan menatap lalu melihat ke arah Dixie. "Sepertinya dia berjalan ke arah kemari." Ucap Xander yang melihat wanita itu memang berjalan mendekat ke meja mereka sambil mendorong kereta bayi nya. Dixie langsung membalikkan badan menoleh ke arah wanita tadi. "Hai! ternyata benar dirimu! syukurlah kita bertemu lagi. Apa kabar? Maaf saya belum sempat berterima kasih pada anda saat itu. Terima kasih atas pertolongan anda, jika tidak ada anda pasti saya sudah kehilangan anak saya ini karena ceroboh." Ucap wanita itu tersenyum.   Dixie berdiri dari tempatnya duduk dan menghadap ke wanita itu. "oh tak apa, saya ikhlas menolong anda. Bagaimana kabar anda? Dia sangat lucu, berhati-hatilah lain kali." Sahut dixie membalas sapaan wanita itu sambil sedikit menunduk dan mencolek pipi baby yang ada di kereta bayi itu. "Iya, terima kasih atas pertolongan anda. Saya permisi dulu." Ucap wanita itu lagi lalu berbalik meninggalkan Dixie. "Tunggu! Boleh saya minta kartu nama anda?" Tanya Dixie.   Wanita itu tersenyum sambil merogoh tas tangannya dan mengeluarkan bolpen juga merobek sedikit kertas dari buku catatannya. Wanita itu lalu menuliskan nama, alamat dan no.teleponnya lalu menyerahkan pada Dixie. "Maura Osvaldo" ucap Dixie membaca nama di kartu itu. "Eh, saya Dixie. Ini kartu nama saya." Ucap Dixie lagi sambil memberikan kartu namanya. Wanita itu tersenyum menerima kartu nama Dixie lalu menganggukkan kepala dan berbalik lagi melanjutkan langkahnya meninggalkan Dixie. Dixie kembali duduk bersama sahabatnya sambil tersenyum. Brandon dan Xander hanya tersenyum mengedikkan bahu mereka, mengerti sahabatnya itu sedang jatuh cinta. "Ingat, dia istri orang. Jangan jadi perusak rumah tangga orang. Masih banyak wanita single yang bisa kau nikahi." Ucap Xander mengingatkan Dixie. "Entahlah, aku juga tak mengerti dengan perasaanku, aku hanya senang bertemu dengannya lagi." Sahut Dixie menunduk menatap gelas cappucino nya.  Dixie menghela napas berat lagi. "Sepertinya dia sedang bermasalah dengan suaminya. Saat bertemu dengannya pertama kali, aku melihat wajahnya penuh lebam biru, matanya bengkak akibat menangis, dia bahkan melamun hingga tak menyadari kereta bayinya meluncur sendiri ke tengah jalan raya dan nyaris tertabrak bis jika saja aku tak sempat menariknya. Dia juga minta diantar pulang ke hotel bukan ke rumahnya." Ucap Dixie lagi bercerita awal pertemuannya dengan wanita itu. "Bagaimanapun kondisi rumah tangganya, dia tetap istri orang. Aku jadi penasaran siapa suaminya, sejahat itu dia perlakukan istrinya. Kita yang di dunia hitam saja tak pernah memperlakukan wanita dengan kasar." Ucap Brandon. Xander tak sepikiran dengan Brandon dan Dixie. "Jangan berprasangka buruk dulu, kita tak tahu kejadian yang sebenarnya. Dixie juga hanya menyimpulkan sendiri, bukan cerita dari wanita itu langsung." Sahut Xander dengan bijaksana. "Kau benar juga. Dixie, aku akan membantumu menyelidiki wanita itu, bagaimana?" Ucap Brandon. "Baiklah, terima kasih atas bantuanmu." Sahut Dixie. "Dixie, sementara kita belum mengetahui dengan jelas siapa dan bagaimana status wanita itu, lebih baik kau jangan memikirkannya berlebihan." Saran Xander pada sahabatnya, namun Dixie hanya diam saja. "Baiklah, kalau begitu aku pamit harus kembali ke kantor lagi, akan ada pertemuan satu jam lagi." Pamit Xander lalu berdiri dan berjalan meninggalkan para sahabatnya di cafe itu.   Brandon mencoba menghibur sahabatnya yang sedang galau. "Seperti kata Anna, cinta tak pernah salah, namun kadang waktu dan tempatnya yang tidak tepat. Bersabarlah, kalau berjodoh pasti dia akan jadi milikmu." Ucap Brandon menepuk pundak Dixie. Dixie mengangkat kepalanya menghadap Brandon lalu tersenyum. "Terima kasih sobat." Ucap Dixie.   Tak lama mereka pun meninggalkan cafe itu dan melanjutkan kegiatan masing-masing. Dixie kembali ke kantornya. Mulai sibuk dengan berkas-berkas laporan  di atas mejanya. Kira-kira hampir sore, tiba-tiba pintu ruangannya dibuka paksa oleh seseorang.   BRAAAKKK!!!!! Pintu ruangan kerja Dixie di dobrak keras dari luar, dan masuk seorang pria menggunakan pakaian kantor yang rapi. Pria itu mendadak menghampiri Dixie dan langsung mengangkat bagian atas kemeja Dixie, menariknya hingga Dixie terangkat berdiri dari kursinya.   "Apa yang kau lakukan?! Siapa kau?!" Tanya Dixie bingung tapi tidak melawan. "Beraninya kau menggoda istriku dan berselingkuh dibelakangku hah!!!" Ucap pria itu dan langsung memukul rahang Dixie. Bugh!!! Dixie terhempas menghantam ke meja kerjanya. Dixie mengusap darah di tepi bibirnya. "Siapa yang menggoda istrimu?! Aku kenal denganmu saja tidak! Aku tidak sedang  menjalin hubungan dengan wanita siapapun!!!" Ucap Dixie. Bugh! Dixie kembali mendapat pukulan di wajahnya, bukan jawaban yang didapatnya dari pria itu.   "STOP!!! HENTIKAN!!! BEN! KAU BISA MEMBUNUHNYA! KUMOHON HENTIKAN BEN!!!" teriak seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerja Dixie. Dixie menoleh ke arah suara wanita itu. "Kau...???" Ucap Dixie lemah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Bad Prince

read
509.5K
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
293.1K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook