Part 4

1594 Words
"Hal apa yang tengah terjadi sebenarnya?" ****** Pusing, itulah hal pertama yang Atha rasakan.  Mengingat betapa kerasnya sebuah pukulan yang menghantamnya. Ya, tentu saja dia seorang wanita,  meski memiliki keahlian bela diri,  Ia tidak bisa menahan pukulan sekeras dan secepat yang menimpanya tadi.  Dengan kesadaran yang masih belum pulih benar Atha melihat keselilingnya,  dirinya kini tertidur diatas sebuah ranjang yang berukuran minimalis tapi mampu menampung dua orang. Atha memegangi kepalanya yang masih terasa begitu sakit.  Kemudian rasa sakit juga terasa pada tengkuknya, tentu saja jauh lebih sakit. Mengingat sebuah pukulan keras di sarangkan tepat di sana. Pandangan Atha masih berkunang-kunang.  Rentina matanya masih berusaha untuk membiasakan dengan cahaya di sekitar.  "Dimana ini?"  Rintih Atha sambil menekan kepalanya yang masih berdenyut - denyut nyeri.  "Apa kau sudah sadar?"  suara seorang wanita membuat kesadaran Atha sedikit pulih.  Atha mengernyitkan alisnya,  dan langsung menoleh ke arah sumber suara.  Dapat terlihat kini tengah berdiri seorang wanita tua berusia sekitar tiga puluhan,  yang err berpenampilan sangat sexy. Hanya berpakaian baju tipis bertali spageti yang menutupi setengah bagian atasnya. Jangan lupa pusarnya terlihat sangat jelas, dan ada sebuah tindik disana. Lalu rok yang sangat mini, well bahkan jika dia menunduk sedikit maka akan terlihat celana dalamnya. 'Apa gadis itu tak salah mengenakan baju?' pikir Atha dalam hati. Otak Atha masih mencerna kejadian apa yang kini tengah terjadi di sana. Namun setelah ia kesadarannya sudah kembali pulih, Atha langsung menolehkan kepalanya ke sekeliling ruangan. Dia berada di tempat asing sekarang, bukankah seingatnya dia tadi mengejar orang yang mengambil kopernya. Lalu terjadi sedikit drama dengan para pria yang seperti penjahat. Bukan seperti, tapi memang sekumpulan penjahat yang sangat handal. Tunggu! Dimana para pria itu? Dimana koper dan tas miliknya? Dan yang lebih penting dimana sekarang dia berada. Dia benar-benar seperti orang bodoh sekarang. Atha terus mencari-cari dimana keberadaan barang-barangnya. "Apa yang kau cari?" Tanya wanita yang berusia kira-kira tiga puluh tahunan itu pada Atha. "Siapa kau? Aku ada dimana?"  Atha justru balik bertanya, tidak mengindahkan pertanyaan wanita itu. "Namaku Sherlyana. Kau bisa memanggilku Sherly, dan sekarang kau  berada di Club 996 milikku" Jelasnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dan meletakan di mulut lalu menyulutnya dengan api. Atha mengeryitkan alis bingung. "Club 996? Bagaimana bisa? Aku tadi di rumah tua untuk mengejar perampok yang sudah mencuri koper milikku." Balas Atha dan segera bangkit dari tempat tidur. "Tunggu dulu! Apa kau satu komplotan dengan mereka?!" Atha langsung berbicara dengan nada tinggi dan menunjuk wajah Sherly dengan tatapan tidak percaya. "Sayang sekali nona, aku tidak ada hubungannya dengan mereka. Kami sebatas rekan bisnis. Kenapa kau bisa berada di tempat ini, jawabannya karena ini adalah tempat tinggal mu yang baru, aku sudah membelimu dari mereka" terang Sherly santai. "Apa kau gila?! Aku bukan barang. Aku harus pergi dari sini" Teriak Atha tidak terima. Atha berniat untuk pergi dari tempat terkutuk ini. Namun baru saja dia melangkahkan kakinya, dia harus kembali terkejut dengan penampilanya sekarang. Hanya memakai sebuah bra dan celana yang super pendek. Jika Atha menunduk bisa di pastikan pantatnya akan terlihat, celana yang dia gunakan sangat ketat di area pantatnya. Pakaian yang begitu di benci Atha, dan sekarang dia tengah memakainya. Walaupun bukan karena keinginannya sendiri, melainkan Sherly yang seenaknya melakukan hal itu pada Atha. "APA-APAAN INI!" Bentak Atha pada Sherly, bukannya kesal Sherly malah menyunggingkan senyuman licik. "Tentu saja kau harus bekerja di tempat ini, apa kau lupa aku sudah membelimu dengan harga mahal. Jangan pernah bermimpi untuk keluar dari sini, karena sekali kau masuk maka tak akan ada pintu keluar " Jelasnya dengan tatapan mengintimidasi. Tatapan itu benar-benar membuat Atha tidak nyaman. Kenapa ini harus di alami olehnya? Berakhir di club malam dan telah jadi barang yang dijual untuk para hidung belang. Apakah dia akan menjadi p*****r? Tidak! Ini tidak akan terjadi. Atha segera mendorong Sherly hingga wanita itu terjatuh ke lantai, dengan terburu-buru Atha segera berlari dari sana. Dia harus mencari jalan keluar untuk pergi dari tempat terkutuk ini. "Sialan! Mau pergi kemana kau gadis murahan!!!" Pekik Sherly menggema ke seluruh penjuru ruangan, selang berapa detik datanglah beberapa pria dengan gaya berpakaian sangar. "Madam Sherly, apa Madam baik-baik saja?" pria bertubuh tegap akan menghampiri Sherly dan membantunya berdiri, namun Sherly justru mengangkat tangannya dan bangun sendiri. "Bawa gadis yang baru saja lari dari kamar ini kehadapanku, sekarang!!" perintahnya dengan suara teriakan yang cukup kencang. "Baik Madam!" jawab mereka serempak. Mereka semua langsung pergi dan mulai mencari keberadaan Atha, sementara itu Atha kini tengah berlari menuju lantai bawah. Dia bertelanjang kaki dan tidak memperdulikan orang-orang yang melihatnya dengan tatapan bingung. Atha sangat kebingungan, suasan di dalam club malam membuat Atha tidak nyaman. Begitu banyak orang di lantai dansa, para wanita yang menjual tubuh mereka kini tengah asik b******u di setiap bagian club. Suara musik yang begitu kencang disana  membuat kepala Atha sedikit pening. Dia tidak menyukai club sejak dulu. Karena Atha benci dengan keramaian dan juga musik yang berdentum sangat kencang. Terdengar suara beberapa pria tegap yang memanggil Atha, membuat Atha ketakutan lalu segera menuruni tangga dengan cepat. Dia mengedarkan pandangannya sekali lagi untuk mencari pintu keluar. Hingga dia menemukan orang-orang yang baru saja masuk ke dalam, bisa di pastikan di sana ada jalan keluar. Atha segera berlari kesana, dan tidak memperdulikan orang-orang yang di tabraknya. Untung saja petugas jaga di depan sedang sibuk memeriksa orang-orang yang akan masuk ke dalam club. Jadi dia tidak menyadari jika Atha kabur dari sana. "Aku harus cepat pergi jauh dari sini." Gumam Atha melihat kesekeliling. Atha berhasil kabur dari tempat terkutuk itu, namun jantungnya masih berdetak dengan cepat karena dia belum berlari terlalu jauh. Dia terus menoleh ke belakang melihat apakah masih ada yang mengejarnya. Ketika tidak ada satu orang pun yang mengejar akhirnya Atha bisa bernafas lega. Dia menyandarkan punggungnya pada tiang lampu jalan, mengatur nafasnya yang memburu akibat berlari. Suasana disana begitu sepi, nyaris tak ada satu orangpun yang melintas. Atha semakin dubuat ketakutan karena keadaan yang begitu tidak memihak padanya. Apalagi udara dingin yang mulai menyengat kulit tipisnya. Dia tidak sempat meraih baju atau apapun yang ada di sana, dan berakhir dengan keadaan setengah telanjang seperti sekarang. Hanya menggunakan bra berwarna hitam, dan celana super pendek dengan warna senada. Tangan Atha masih gemetar ketakutan, dia berusaha menarik nafas sebanyak- banyaknya. Agar ketakutannya sedikit mereda. "Kau akan pergi kemana, young lady?" ucap seorang pria dari samping kiri Atha. Membuat Atha langsung membeku di tempatnya. Dengan cepat Atha menoleh. Matanya melebar ketika menyadari siapa pemilik suara itu, arghh! Bagaimana bisa pria sinting ini menemukannya. Aoi! Pemilik suara itu adalah penjahat yang berurusan dengannya tadi siang. Dia harus segera kabur!  Dia harus segera menghindar dari Aoi. Atha berniat untuk segera lari dari tempatnya sekarang. Tapi sepertinya Dewi fortuna tidak mau memihak pada Atha. Karena dengan cepat pria itu menarik lengan Atha dengan kencang, lalu menggendongnya seperti kantong beras. "Apa yang kau lakukan! Turunkan aku! Tolong !!! Tolong!" teriak Atha sambil memukuli punggung Aoi dengan kencang. Aoi tidak mendengarkan teriakan Atha. Pria itu justru diam saja dan berjalan kembali ke arah club. Tidak merasa sakit sedikitpun, atau merasa terganggu dengan setiap pukulan yang di lakukan oleh Atha. Membuat Ia semakin merasa takut dan wajahnya memucat. Atha terus saja meronta di gendongan Aoi. Berusaha dengan begitu keras untuk melepaskan diri. Atha tidak ingin masuk ke dalam tempat terkutuk itu untuk kedua kalinya. "b******k! Cepat lepaskan aku!! Tolong!!" teriak Atha sekali lagi. "Diamlah young lady, kau hanya menghabiskan tenagamu" balas Aoi santai. "Aku tidak akan diam sebelum kau menurunkanku!" Seru Atha tidak kalah. "Siapapun tolong! Aku di bawa penjahat, dia menculikku!!" Tak ada sahutan sedikitpun, atau sekedar lewat keadaan terlihat sepi. Jelas saja sekarang sudah pukul dua belas malam. Banyak yang sudah tertidur dan berselancar di alam mimpi, mana mungkin ada yang akan menyelamatkan Atha. Tapi Atha terus berdoa di dalam hatinya, semoga saja ada keajaiban yang menghampirinya. Atha semakin dekat dengan club 996, bahkan kini dia sudah berada di pintu masuk club. Wajah Atha semakin memucat, rasanya dia ingin menangis sekarang. 'Bagaimana ini? Tuhan! selamatkan aku" mohon Atha dalam hati. Lalu tanpa diduga matanya tidak sengaja menangkap sosok pria dengan setelan jas hitam, dia tengah menatap mata Atha. Seorang pria yang mungkin bisa menyelamatkan Atha. Ekspresi lega kini menghiasi wajah Atha. Namun ada yang aneh dengan pria itu.  pandangannya sangat kosong, seperti tidak memiliki ekspresi sedikitpun. Sangat dingin. "Tuan! Tuan tolong saya! Selamatkan saya! Saya di culik dan di jual di sini tuan!!" teriak Atha dengan masih mencoba untuk memberontak. Aoi benar-benar merasa kesal sekarang. Dia lalu berjalan ke dalam setelah memberitahukan namanya pada penjaga yang bertugas di depan pintu masuk. Usaha dan juga teriakan Atha sia - sia, karena dirinya kini sudah di bawa masuk ke dalam club. Dia tetap melakukan perlawanan dengan memukuli punggung Aoi dan jangan lupakan teriakan dari bibirnya itu. Tapi sepertinya disana tidak ada satupun yang berniat untuk membantu Atha. Itu jelas terjadi, sebab orang - orang tidak bisa mendengar teriakan Atha karena suara musik disana jauh lebih keras daripada teriakan yang Atha keluarkan dari bibir tipis nya. Aoi segera berjalan ke arah lantai atas tempat Sherly berada, tanpa menunggu lebih lama lagi. Sementara itu lelaki yang tadi di lihat Atha kini tengah menatap ke arah pintu masuk club dengan pandangan tidak terbaca. "Apa kau ingin masuk kedalam, Rome?" tanya seorang pria yang kini berdiri di sampingnya. "Tidak tuan." Pria itu menatap ke arah Rome, namun setelahnya dia berbalik dan menuju sebuah mobil Suv hitam yang terparkir tidak jauh dari sana. "Kita pulang sekarang!" Pria yang bernama Rome menganggukan kepalanya pelan. Dia berjalan mengikuti pria yang lebih dulu pergi. Tapi, dia menolehkan kepalanya kembali ke arah pintu masuk Club. Entahlah, dia tengah memikirkan apa. Yang pasti dia tidak berniat masuk ke dalam, dan memilih untuk kembali mengikuti tuannya masuk ke mobil. . . . . To be continued. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD