Part 3

1442 Words
‘’Tanpa aku sadari, kisahku dengannya akan segera di mulai.’’ ***** Sungguh kesialan apa yang harus dialami oleh Atha saat ini.  Baru saja kakinya menginjak Roma, sudah harus berlari-lari layaknya seorang pelari marathon.  Mengejar orang asing yang tiba-tiba membawa kabur kopernya.  Pria yang membawa koper milik Atha terus saja berlari, tidak memperdulikan teriakan Atha yang terus memanggilnya.  Arghh! Rasanya Atha ingin mengumpat kesal sekarang, hal seperti ini terjadi padanya namun tidak ada satu orang pun yang berniat untuk membantu.  Apa karena dia bukan orang yang berasal dari negara itu. Tapi alasan seperti itu tidak mungkin dijadikan alasan kan.  Apalagi ini masih di kawasan bandara, tapi seolah para penjaga tidak ada di sana.  Semuanya menghilang atau lebih tepatnya sengaja tidak ada petugas yang berjaga di sana. Oh Tuhan! Tolong bantu Atha. Pria itu masuk ke dalam gang semakin dalam dan semakin sempit saja, Atha tidak tahu tempatnya sekarang. Yang ada di dalam benaknya adalah bagaimana nanti jika barang-barangnya hilang.  Di dalam koper banyak benda berharga salah satunya kalung yang sangat langka, demi mendapatkan benda itu dia harus menguras seluruh tabungan miliknya. Pastinya dia akan menangis darah jika kehilangan benda seharga seribu dollar.  Bisa di bayangkan bukan jika di rupiah kan kalung yang di beli Atha setara dengan tas mewah dengan brand terkenal.  Andai  ibunya tahu dia membeli kalung dengan harga mobil yang mahal, pasti dia sudah di pangang hidup-hidup. Kenapa hal ini harus terjadi padanya? Dia sangat sial, pria yang membawa kopernya kini masuk ke dalam sebuah bangunan tua. Dengan nafas yang terengah-engah Atha memberanikan diri untuk masuk jauh ke dalam.  Langkah kecilnya membawa dia ke sebuah rumah tua yang mungkin sudah berumur puluhan tahun.  Dia tak menyangka ada rumah dengan gaya arsitektur lama masih bertahan di kota Roma yang sangat modern ini.  Atha membuka pintu besar berwarna putih di depannya, dengan sangat perlahan. Kosong tidak ada apapun di dalamnya.  Tentu saja tidak berpenghuni, terlihat dari cat yang mengelupas dan juga daun-daun kering berserakan tidak terurus.Siapa yang mau tinggal di tempat terpencil seperti ini.  Atha juga tidak mau. Atha melangkahkan kakinya semakin kedalam.  Seperti tidak memiliki rasa takut sedikitpun, wanita yang lain pasti memilih untuk tidak mengejar.  Tapi dia adalah Atha Gilbert, wanita yang akan terus mengejar apa yang sudah menjadi miliknya. "Oya Oya.  Who is this? ada seorang wanita muda bisa sampai masuk ketempat ini?" suara bass pria mengejutkan Atha, membuatnya langsung reflek menoleh ke arah samping kanan. Disana berdiri seorang pria dengan turtle neck berwarna hitam, senada dengan celananya. Menatap Atha dengan senyuman miring.  "Siapa kau?" tanya Atha dingin. "Justru aku yang harusnya bertanya siapa dirimu, bagaimana kau bisa tahu tempat ini, young lady" balasnya santai. Dia dengan santai mulai melangkah kea rah berjalan  Atha berdiri, pandangan Atha tidak pernah lepas sedikitpun dari pria itu.  Seperti tengah mengamati lawan yang ada di hadapannya. Pria itu  pun menaikan satu alisnya, karena dia melihat ekspresi wajah Atha yang tidak sedikitpun memperlihatkan wajah ketakutan.   Justru sebaliknya, Atha malah memperlihatkan wajah garang.  "Well, sepertinya kau bukan hanya seorang gadis biasa.  Mau sedikit bermain denganku? Aku tengah bosan dan ingin sedikit berolahraga." "Jangan bercanda aku tidak memiliki urusan denganmu, aku hanya ingin koperku kembali" balas Atha acuh, dia segera berjalan ke arah lain dan tidak menghiraukan ucapan pria itu. Sang pria merasa sedikit kesal karena di acuhkan oleh Atha, dia lalu langsung berlari ke arah Atha dan berniat untuk membuatnya menurut. Namun sang pria terlalu menganggap remeh Atha, tentu saja Atha bisa menghindarinya dan langsung menggunakan jurus taekwondo yang sudah di ajarkan oleh ayahnya. Bug!  Dalam sekejap pria itu sudah terkapar di tanah, dia meringis kesakitan karena Atha mengunci pergerakannya. Bahkan Atha kini  duduk di atas pungung pria yang posisinya tengah menelungkup di lantai. Atha tidak memberi ampun sedikitpun, salah sendiri pria itu memancing amarah Atha. "S.. Sial!" ringis pria itu karena tangannya sangat sakit.  "Sungguh hal yang tidak terduga, seorang Diego bisa di kalahkan oleh wanita muda" suara pria lain membuat Atha mendongakkan kepalanya dan menatap ke depan. Matanya memincing karena sekarang begitu banyak pria di depan sana, Atha menghela nafasnya berat. Dia sedikit merasa takut namun dia menyembunyikan lewat tatapan matanya. Jelas dia pasti akan kalah, sehebat apapun dia dalam taekwondo bahkan sabuk hitam yang dia punya tidak akan mampu menandingi pria yang jumlahnya lebih dari sepuluh yang kini tengah menatapnya seolah tengah menelanjangi Atha. "Diam kau! Aoi! Aku hanya sedikit mengalah padanya" ucap pria bernama Diego yang sudah di buat jatuh oleh Atha. Mendengar kesombongan itu membuat Atha muak, dia lalu menekan lututnya pada wajah Diego. Membuat Diego mengerang kesakitan. Suara tawa langsung menggema, pria yang bernama Aoi lah pemilik tawa itu. Dia menatap Diego dengan pandangan meremehkan, karena sudah terlihat menyedihkan tapi masih menyombongkan dirinya. "Hey!  kau yang disana! kembalikan koperku!" teriak  Atha nyaring. "Aku? Koper apa yang kau maksud?" tanya Aoi sambil menunjuk dirinya sendiri. "Bukan dirimu! Tapi pria yang di sebelah mu telah mencuri koper milikku." Aoi langsung menolehkan kepalanya ke kanan, ke arah pria yang di maksud oleh Atha. "Apa kau yang mencurinya?" "Iya, tapi aku tidak menyangka dia akan mengejar ku sampai kesini" balasnya. "Ah maafkan temanku yang sudah mengambil koper milikmu, aku akan mengembalikannya nanti" Aoi memasang wajah bersalah, tapi sepertinya itu hanya kebohongan saja. "Tapi jika kau bisa keluar dari tempat ini dengan selamat" tambahnya. Aoi tersenyum licik ke arah Atha.  Benar seperti dugaan Atha, Pria bernama Aoi itu tidak akan begitu mudahnya menyerahkan koper miliknya. Atha melihat ke sekeliling, dan dia akan mencoba kabur dari sini karena tidak mungkin dia bisa berlama lama. Atha mengambil ancang-ancang untuk berbalik dan pergi menuju pintu keluar namun suara tembakan membuatnya diam membeku di tempat. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang, ketika dia menolehkan kepalanya ke arah depan, Aoi ternyata memegang sebuah pistol berwarna hitam di tangan kanannya. "Where will you go, young lady? Kita akan bersenang senang dulu bukan?" "Ck,  I hate this situation!" kesal Atha sambil menggerutu. Atha mendengar suara pintu yang terkunci, dia menoleh kan kepalanya ke belakang dan di pintu masuk sudah berduri dua pria yang menjaga. Atha semakin terpojok dengan hal situasi yang saat ini tengah terjadi, dia harus berpikir. Ayo berpikir Atha! Aoi lalu berjalan ke arah Atha, dia membuang pistol miliknya. Langkahnya berubah menjadi cepat, hingga dia sudah di depan Atha tanpa pemberitahuan terlebih dahulu Aoi menendang Atha dengan cukup kuat. Tanpa rasa ampun dan belas kasih walaupun tahu jika lawannnya adalah wanita. Di waktu yang sangat tidak memungkinkan untuk menghindar Atha akhirnya memilih menerima serangan itu, namun daya refleknya bisa di katakan bagus. Karena kedua tangannya dia gunakan untuk tendangan yang tadi akan mengenai dadanya. Atha meringis kesakitan akan kedua tangannya yang sakit, dia buru-buru bangun dari tempatnya. "Kenapa dengan raut wajahmu sekarang, young lady? Bukankah tadi kau memberiku tatapan membunuh? Kenapa sekarang berubah menjadi kucing kecil yang ketakutan?" seringaian licik di tunjukan Aoi. Dengan perlahan dia mendekati tempat Atha yang jatuh tersungkur karena terkena tendangan Aoi. Sementara itu Diego yang sudah tidak dalam kuasa Atha bangun dari posisinya. Dia mengerakan tangannya berulang kali, lalu ikut menatap ke arah Atha berada. "Diam kau b******k! Aku tidak ada urusan denganmu!" balas Atha dingin. "Kau masih punya keberanian ternyata, baiklah aku akan memberikan hadiah untukmu karena bisa membuatku merasa senang" Aoi bersiap untuk kembali menyerang Atha. Atha yang terduduk di lantai mulai merasakan ketakutan, dia sangat takut melihat tatapan membunuh yang di tunjukan oleh Aoi. Tubuhnya gemetaran, dia bahkan tidak mampu menggerakan kedua kakinya. Kedua mata Atha terus memperhatikan Aoi, hanya dia yang menjadi fokus Atha. Bahkan Atha tidak memperhatikan sekitarnya lagi. Dia harus kabur dari sini, dia harus berlari bukan? Tapi kakinya sama sekali tidak mau di gerakan. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Tuhan! Tolong selamatkan Atha. Bugh!! Saat Atha mengalami ketakutan yang besar pada dirinya tiba-tiba saja dari arah belakang dia mendapatkan serangan tepat pada tengkuknya. Karena tidak bisa menghindar Atha terkena dengan telak, dan kegelapan lalu menelan pandangannya. Atha pingsan. Tubuhnya akan ambruk di lantai, namun sebelum itu ada lengan yang menahan agar kepalanya tidak terbentur lantai. "Ck! Kau menganggu kesenanganku, Diego." dengus Aoi saat tahu bahwa pria yang memukul Atha adalah Diego. "Sudah cukup bermain-mainnya, Aoi. Kita akan menjualnya saja pada Sherly, dan kalau kau ingin bertemu dengannya kau bisa datang ketempat itu bukan" balas Diego tak kalah dingin. Diego lalu mengangkat Atha seperti karung beras, membawanya ke tempat yang baru saja dia bicarakan dengan Aoi. Sementara itu tas Atha tertinggal disana, di rumah tua yang membuat Atha harus menyesal nantinya. Menyesal karena perbuatan bodohnya untuk mengejar perampok yang mencuri koper miliknya. Seharusnya dia merelakanya. Seharusnya benar begitu kan, Atha? Tapi nasi sudah menjadi bubur, takdirmu kini sudah di mulai. Kau sedang masuk kedalam drama takdir yang akan membuatmu merasakan banyak hal yang tidak terduga. Persiapkan dirimu Atha. Karena takdir tidak pernah memberi ampun pada seseorang yang dia pilih untuk menjadi pemeran dalam drama di ceritanya. . . . To be continued.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD