Part 2

1100 Words
"Bahkan takdir terlalu bercanda dalam setiap kejutan yang diperlihatkan secara tiba-tiba" ***** Tak pernah ada yang mau masa lalu yang dikubur dalam dalam harus keluar tanpa kita memintanya.  Apalagi, jika kenangan itu menjadi pemicu dari rasa sakit yang tak memiliki obat penawar.  Jika bisa ditemukan maka setiap orang akan dengan senang hati bisa merasakan sakitnya berdarah tapi tak terlihat darahnya.  Namun, ini adalah sakit yang tak akan pernah ada obatnya. Bahkan seorang dokter profesionalpun tak mampu menyembuhkan sebuah sakit di hati. Berlari dan terus berlari adalah satu satunya cara yang dipilih oleh Atha.  Menghindar dari apapun yang mampu memicunya untuk mengingat kejadian itu, sebenarnya dia tak ingin menginjakan kaki di kota ini lagi.  Namun apa daya, prinsip tentang sahabat adalah segalanya telah mematahkan sumpahnya dahulu. Sumpah dimana dia tak akan menginjakan kaki di kota ini, Roma. Kota kuno yang penuh misteri dan juga hal menyakitkan.  Ada sedikit kisah di negeri yang terkenal akan Pizza ini, dulu Negara ini adalah tujuan utamanya ketika dia akan melakukan honeymoon bersama suaminya kelak.  Tapi semua itu hanya tinggal harapan kosong semata. Karena semua sudah hancur bersama dengan kepergian pria itu.  Butuh waktu yang cukup lama bagi Atha untuk menerima semua kenyataan. Tentang harapan yang tiba - tiba saja hancur setelah di bangun selama empat tahun lamannya. Dan juga tentang kisah cintanya yang harus berakhir dengan tragis.  Dia adalah tipe wanita yang sekali jatuh cinta maka akan terus menyimpan dan menjagannya. Terdengar sangat kolot dan bodoh, tapi itulah dia.  Wanita biasa yang sekarang menjadi takut tentang 'Cinta' padahal dia bisa sangat lancar dalam menuliskan setiap kata dalam karya novelnya.  Namun kenyataan tak pernah seindah dalam khayalan yang dia bangun.  Karena sepertinya Tuhan tidak mengijinkan dia untuk bahagia, saat ini.  Dia percaya suatu hari dia akan di pertemukan dengan seseorang yang bisa menerima dia apa adanya.  Yang akan rela melakukan apapun untuknya, bahkan jika itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal sekalipun.  Dia berharap retakan ini akan segera kembali utuh, biarpun tidak sama setidaknya masih berbentuk.  Pesawat sebentar lagi akan tiba di Roma, membuat d**a Atha semakin sesak.  Ada sedikit rasa aneh yang menyerangnya, dia senang akhirnya bisa ke kota impiannya.  Tapi kali ini dia datang sendirian bukan dengan suami seperti dalam mimpi yang telah dia rencanakan.  Rasannya masih baru kemarin saja saat dia dan kekasihnnya membicarakan soal tempat yang akan di jadikan lokasi untuk honeymoon.  Bahkan kilasan itu tidak pernah mau hilang dari ingatan Atha.  Tidak, walau hanya sedetik!  "Sepertinya Roma adalah kota yang sangat kau sukai" ucap pria sambil mengecup ujung kepala Atha. Sekarang mereka sedang di bawah pohon, duduk di atas selimut yang di bentangkan. Sang kekasih bersandar di pohon sedangkan Atha berada dalam pelukannya. Atha mengangguk dengan antusias lalu mendongak untuk menatap mata sang kekasih. Hitam kelam, bola mata yang selalu berhasil menghancurkannya. "Tentu saja! Banyak sejarah yang telah terjadi di sana. Bangunan kuno yang masih bertahan hingga sekarang. Dan aku juga ingin makan pizza, spagetti, ratatouli makanan khas disana. Ahh!  Pasti sangat menyenangkan" pekik Atha riang sambil terus memainkan ponsel pintarnya yang kini menampilkan banyak foto keindahan kota Roma. Sementara itu sang kekasih hanya bisa tersenyum dan menyarangkan beberapa kecupan di atas kepala Atha. Wangi shampo yang menguar dari rambut Atha adalah aroma favorit kesukaannya. Maka dari itu Atha tidak pernah menganti merk shampo miliknya. "Baiklah aku catat kota Roma akan menjadi tempat pertama dari perjalanan honeymoon kita nanti.  Setelah itu kita pergi kemanapun tempat yang kau suka. Bagaimana?" usul pria itu langsung membuat Atha berhenti dari kegiatannya dan kini menatap sang kekasih seolah meyakinkan dirinya bahwa yang baru saja yang di dengarnya adalah kenyataan. "A.. Apa kau yakin, a.. Aku tidak salah dengar bukan?" "Tentu saja tidak, aku akan pergi kemanapun.  Selama dirimu berada di sisiku aku akan kesana.  Walau jika kau meminta untuk keneraka sekalipun" bisiknya tepat di wajah Atha. Membuat Atha nyaris mati dalam kebahagiaan, dia lalu menciumi setiap sudut wajah priannya. Sebagai ucapan terima Kasih, dan di sambut dengan bahagia tentu saja. Atha kian jatuh dalam cinta!   Dan tak pernah sadar bahwa terkadang ucapan hanya sebuah kata yang akhirnya akan tertelan dan bisa menghancurkan dengan seketika.  "Nona, kita sudah sampai." ucapan seorang pramugari cantik menyadarkan Atha dari lamunannya.  Lihat bukan! Inilah sifat buruk Atha. Jika sudah melamun tidak akan bisa sadar, terlalu larut dalam duniannya.  Atha mengangguk lalu mulai mengemasi barang-barangnya. Berdiri dari tempat duduknya.  Melihat kesekeliling pesawat, yang ternyata sudah kosong. Tersisa dirinya saja.  Dia berjalan keluar dari pesawat dan menuju ke tempat pengambilan koper miliknya dan juga penumpang yang lain. FCO Airport atau biasa dikenal dengan nama Fiumicino International Airport. Atha tidak menyangka jika akhirnya dia menginjakan kakinya disini.  Di Bandara yang selama ini hanya dia lihat melalui internet.  Sekarang dia menginjakan kaki diatasnya. Benar-benar lebih luas dan indah darpada dalam bayangannya. Jadi dia sudah sampai di Roma? Perjalanan terlalu cepat benar bukan Atha? Setelah mengambil kopernya, Atha segera berjalan ke arah pintu keluar.  Dia akan mampir dulu untuk sekedar makan, perutnya sudah berdemo. Mengingat di sepanjang perjalanan dia hanya meminum jus saja. Ternyata efek mabuk udara tidak bisa lepas darinya.  I am so lonely broken angel I am so lonely listen to my heart One and only broken angel Come an save me before a fall apart Suara dering ponsel membuat langkah Atha menjadi terhenti,dengan segera dia meraih ponselnya dari dalam tas berwarna tosca. Setelah menemukan benda persegi panjang itu, dia langsung menekan tombol warna hijau.  "Iya, Felisia?" Jawab Atha sambil berjalan menyeret koper besarnya.  "KAMU SUDAH SAMPAI MANA?!"  Teriakan nyaring terdengar dari ujung telpon. Atha sekali lagi menjauhkan telpon gengam miliknya dari telinga, karena suara nyaring Felicia sudah menyakiti telinganya.  ‘’Jangan bar-bar calon pengantin, tidak perlu berteriak’’ balas Atha setelah menguasai dirinya untuk tidak balik berteriak. Felicia tertawa kecil ‘’Maafkan aku, ini sudah mendarah daging sejak dulu. Jadi kamu sudah sampai mana?’’ Ulang Felicia. "Aku telah  sampai di Roma, bisa kau kirimkan alamat rumahmu?" balasnya lagi sampai berada di pinggir jalan raya. Menunggu taxi untuk lewat dan dia tumpangi tentunya.  "Aku sudah mengirim pesan, di sana tertera alamatku."   "Hmm.. iya lalu?" balas Atha lagi sesekali melihat sekeliling.  "Nanti kalau sudah hampir sampai, kembali hubungi aku. Jangan mengulang kebiasaanmu yang berhenti dulu untuk membeli makanan yang kau lihat di pinggir jalan. Karena jika kau sudah melakukan itu__"  Felicia terus saja mengomel hal yang tidak jelas. Atha ingin memotong ucapan Felicia namun.. "Okhe, aku akan segera.. Heyy!!"  pekik Atha tiba-tiba.  Seorang pria berbaju hitam merebut koper milik Atha. Membuat Atha panik dan langsung mengejarnya. Sangat sial!  Baru saja dia berjalan beberapa langkah di Roma namun sudah terjadi hal seperti ini.  "Help me! He stole my bag!! Hey! Stop!!"  teriak Atha kencang. . . . To be continued.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD