bc

Simpanan Sugar Daddy

book_age18+
346
FOLLOW
1.1K
READ
drama
affair
actor
like
intro-logo
Blurb

Memiliki Sugar Daddy menjadi satu-satunya pilihan Neira di saat karirnya sebagai artis hampir kandas. Dia menjadi simpanan Sei yang memiliki tunangan yang sakit. Hubungan mereka awalnya hanya berdasarkan benefit saja. Meski ada rasa bersalah di hati Neira tapi dia juga tidak mau melepas Sei karena ia tanpa sadar jatuh cinta padanya. Sayangnya Sei membuangnya kala sang tunangan kembali sehat. Bagaimanakah sikap Neira, apakah dia menyerah atau tetap merayu Sei.

chap-preview
Free preview
Awal Mula
Klub malam, pilihan sebagian orang untuk melepaskan diri dari rasa penat akibat pekerjaan atau masalahnya. Tempat itu pula yang terpikirkan oleh Neira saat mencari pria yang ia cari yaitu Max. Dia dengan berani menuju ke ruang VIP di mana hanya ada pria yang berbau uang, tampan dan nampak licik. "Apa aku bisa menyanyi di sini Max?" tanya Neira yang jauh-jauh menemui Max untuk bisa menyanyi club. Pria itu menyuruhnya datang ke sini agar visa bekerja. "Belum, kalau kamu ingin menjadi penyanyi maka temukan orang ini. Dia yang akan memberitahu apakah kamu diizinkan atau tidak, biasanya dia yang menilai kualitas mu. Namanya Sei, dia pemilik klub ini," ucap Max, dia meletakkan foto di meja. Neira mengambil foto itu, "Baiklah, di mana aku bisa menemukannya?" tanya Neira. Dia hanya perlu menyanyi di depannya jadi hal itu bukan hal yang sulit. "Dia di skywalk lantai dua." Neira mengangguk lalu menuju ke skywalk. Penjaga tangga tidak menghalanginya ke atas saat ia berkata ingin menemui Sei. Dia sama sekali tidak tahu kalau Max sudah menjualnya pada Sei. Gadis itu mengira kalau Sei adalah orang yang akan memberinya pekerjaan. "Bagus, targetku sudah ada di sana," guman Neira. Tidak ia sangka kalau pria incarannya adalah lelaki tampan. Dia bahkan pernah masuk majalah the seksies man alive versi majalah di metropolitan. Kini Neira tahu apa alasannya. "Hai, aku Neira Broson. Apa aku bisa aku bisa meminta waktumu?" tanya Neira. Dalam hati ia sangat takut ditolak. Namun ia tidak memiliki waktu untuk malu dan mempertahankan harga diri. "Jadi kamu orangnya?" tanya Sei dingin. Menahan agar tidak meledak karena dia memperlakukan dirinya dingin, Neira mendekat dengan jarak yang cukup dekat. Demi pekerjaan ia rela melakukannya. Apalagi ia sudah ditolak perusahaan rekaman dan agensi saat mendaftar sebagai penyanyi. "Iya kurasa Max sudah memberi tahu. Tapi aku tidak bertarif satu malam. Kalau kamu mampu membayar maka kita akan bicara tentang kesepakatan jangka panjang," tantang Neira. Sei merasa tertarik. Dia menatap Neira dari bawah ke atas. Dia menyukai gadis ini karena sangat sesuai dengan selera nya. Ginger hair, kulit bening, mata besar dan bibir mungil tapi penuh. "Siapa nama mu, dan apa kamu siap melakukannya?" tanya Sei. Neira menyeringai senang, "Aku bisa dan sudah sangat siap. Kita bisa mulai sekarang." Senyum Sei turun, dia menatap tajam pada Neira yang tenang dan tersenyum. "Apa kamu tahu resiko jika sampai hal ini tersebar kan? kuharap kamu menjaga ini tetap rahasia.'' Neira mengangguk dan menggeleng, "Yang aku tahu adalah bekerja sebaik mungkin agar tidak mengecewakanmu." Sungguh tindakan yang berani dan membuat Sei tertawa. Gadis ini nampak berpengalaman di ranjang dan ia akan melihat kemampuannya nanti. "Baiklah, aku mulai tertarik. Kita lakukan sekarang. " "Ikuti aku," ajak Sei. Dia menuju ke sebuah tembok kaca yang ternyata adalah sebuah pintu. Neira sama sekali tidak curiga dan masuk begitu saja di sana. Dia berpikir Sei menginginkan dia menyanyi di ruang yang tidak terlalu bising sebelum bisa menyanyi di klub bersama DJ. Sei memperhatikan sikap Neira yang terlalu tenang. 'Biasanya para virgin akan ketakutan. Tapi dia justru sangat tidak sabar. Apa Max menipu ku?' pikir Sei. Neira menanti Sei duduk di ranjang. "Apa yang kamu tunggu? lepaskan pakaian mu," perintah Sei. Neira seperti tersambar petir. "Apa! melepas baju?" Dia mulai sadar dengan situasi yang akan ia hadapi. "Kurasa ada kesalah pahaman. Aku ke sini untuk audisi menyanyi di club mu. Bukan untuk melayanimu di sana," ucap Neira bergetar. Sei menatap dingin pada Neira. Dia bangkit dan menarik Neira. "Dengar, aku sudah membayarmu mahal. Jadi jangan rusak mood ku dengan ucapan konyol." Air mata mengalir di wajah Neira, "Tidak mungkin Max melakukannya. Aku memang butuh uang untuk adikku, jika aku menjual diri maka aku tidak perlu menemui Max." Hati Neira sangat sakit. Sahabatnya dari kecil tega menjualnya. Padahal ia tahu kalau adik Neira sakit. Sei menyodorkan telepon ke Neira. "Bicaralah." Neira meraih ponsel Sei dengan cepat. "Halo Max. Tolong bilang pada Mr Sei kalau ini salah paham?" "Neir, layani dia dengan baik. Lagi pula kamu kan butuh uang. Nanti aku beri sedikit okey. Sudah ya aku ingin bersenang-senang dengan uang hasil menjual mu." Max menjawab acuh tak acuh. "Tega nya kamu melakukan ini Max. Kita kan teman." Hubungan telepon terputus. "Kau lihat kan, aku tidak bohong." Sei tidak merasa harus simpati pada Neira. Dia ingin haknya karena sudah mengeluarkan uang. "Aku tidak perduli." Neira terkejut dengan jawaban dingin itu, ia tahu kalau tidak memiliki jalan untuk lolos. Akan tetapi ia juga tidak mau menjadi pecundang. "Kalau begitu tangkap Max dan ambil uang ku. Kalau anda menolak, aku akan mengigit lidahku sampai mati," ancam Neira. Dia tahu dunia ini kejam jadi ia tidak boleh mengalah. Sei berpikir sejenak, dia mengambil ponselnya lalu memerintahkan anak buahnya menangkap Max. "Apa kamu puas?" tanya Sei. Neira mengangguk, ia pun siap melakukan pekerjaan yang bukan keinginannya. 'Mungkin ini lebih baik jadi aku bisa membayar biaya pengobatan ku.' "Minumlah ini dulu. Kamu nanti akan rileks." Neira tahu apa yang disuguhkan Sei. Dia segera mengambilnya dan meminum cairan kemerahan itu. Neira mulai mabuk. Dia mengoceh panjang lebar. Dia bahkan merayu Sei. "Kenapa kita tidak ke apartemen mu saja? aku tahu kalau kamu memiliki tunangan sakit jadi juniormu menganggur hehe..." Sei tidak menduga kalau Neira yang mabuk bermulut kotor. "Baiklah," jawab Sei. "Tsk sungguh sayang melepaskan mu yang tampan dan kaya. Andai saja aku bisa memiliki mu pasti sangat menyenangkan. " "Kita bisa bersenang senang dan aku juga dapat uang untuk menjadi artis." Sei mulai paham dengan keinginan Neira. "Aku akan mengabulkan semua keinginan mu. Tapi semua tergantung pelayanan mu." *** Pagi yang dingin, selimut nan hangat seharusnya menjadi faktor sempurna bagi Neira untuk tidur sampai siang. Setidaknya itulah yang ia rencanakan pagi ini. Hanya saja sebuah gerakan kecil di sisinya membuat ia membuka mata dengan cepat. "Akh!" Neira menjerit saat tahu kalau tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Dia mulai mengingat apa yang terjadi tadi malam. Namun kepala nya yang sakit menghalangi otaknya bekerja. "Apa yang terjadi!?" Tatapannya beralih pada pria yang terbaring dengan kondisi yang sama dengan dirinya. Yang lebih mengejutkan ia sekarang berada di kamar orang lain. Apalagi dengan pria yang bukan suami atau pacarnya. Pria itu terbangun saat Neira menjerit. Dia agak kesal karenanya tidurnya terganggu. Biasanya ia tidak mentoleransi siapapun yang mengganggu tidurnya, tapi kali ini Sei akan memutuskan hal lain. "Tsk Berisik," gerutu Sei, pria yang menghabiskan satu malam dengan Neira. Neira menarik selimut agar tubuhnya yang polos tertutup berselimut hangat. Lalu mulai sadar siapa pria yang tidur dengannya. Perlahan ia mendapatkan ingatan tentang tadi malam. Namun ia memiliki misi untuk tetap terlihat polos. "Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Neira. Wajahnya ia buat agar menunjukkan ekspresi terkejut dan shok juga hancur. Setidaknya kesedihannya tidak seratus persen bohing sebab sesuatu yang ia jaga selama dua puluh tahun hilang begitu saja karena alasan yang bodoh. "Kita bicara nanti, sekarang tidurlah." Bukan jawaban itu yang Neira inginkan. "Bagaimana bisa aku tidur jika ada pria asing di sebelah ku dan..." Neira tidak bisa mengatakan kalau mereka habis berhubungan badan. Pria itu menggeser tubuhnya agar lebih mendekat ke arah Neira. Senyum miring nan seksi segera menghias bibirnya yang kissable. "Kita bukan orang asing setelah kesepakatan tadi malam. Mulai saat ini kamu akan menjadi baby ku," jelas Sei. "Jadi kalau kamu masih ingin menjadi artis maka lakukan tugas mu sebagai baby ku dengan baik." Ancaman yang cukup menakutkan karena Neira tidak ingin melepaskan kesempatan menjadi artis. Dia juga tahu siapa Seina Mc Rien. Dia pemilik house industri televisi terbesar di negara ini lalu tempat hiburan malam. Dia juga memiliki finansial foundation internasional. Jadi hanya i***t yang tidak tahu siapa dia. "Aku..." Sei jengkel dengan sikap Neira yang seolah menjadi gadis perawan setelah tadi malam. Dia bangun dari ranjangnya dan berdiri. Tubuhnya kokoh dengan otot indah yang terbentuk dari olah raga rutin menjadi pemandangan yang menyenangkan di pagi hari. Itu pun kalau dia tidak merenggut. "Jika kamu tetap menjengkelkan maka aku akan membatalkan semua kesepakatan kita. Jadi pikirkan baik-baik apa yang harus kamu lakukan untuk membuatku puas Neir," ucap Sei. Pria itu berniat pergi. Neira menggenggam tangan Sei agar tidak pergi. Dia sudah melakukan sejauh ini jadi tidak mungkin Neira kembali ke awal. "Tunggu, biarkan aku ke kamar mandi lebih dulu. Tadi malam aku benar-benar tidak fokus. Please..." Neira memberi isyarat seolah ingin membersihkan sisa cairan di tubuhnya yang mengering sekaligus untuk memikirkan kesepakatan yang pria itu maksud. Sei menyeringai, "Baiklah. Aku juga suka gadis yang bersih." Saat Neira pergi ke kamar mandi, Sei melihat bercak darah yang ada di sprei. Dia akhirnya tahu kalau Neira memang masih virgin. Max tidak menipu nya. 'Pantas saja reaksinya berlebihan, ' batin Sei. Di dalam kamar mandi, Neira menahan diri untuk tidak menangis. Sayangnya itu tidak bisa ia lakukan. Air matanya menetes begitu saja yang langsung Neira bilas dengan air. Dia tidak mau Sei mendengarkan dirinya menangis dan membatalkan kesepakatan yang terjadi. 'Aku tidak boleh menangis. Bukankah bagus aku bisa merayu Sei,' batin Neira. Neira mengingat semua yang terjadi tadi malam. Semua ini akibat telepon dari rumah sakit yang berdering layaknya omelan ibu- ibu di pagi hari. Mereka menelpon untuk memberi tahu tagihan yang harus dia bayar untuk pengobatan sang adik. Satu-satunya hal yang menyita pikirannya dan membuatnya ingin menjadi artis. Sayangnya bakat saja tidak cukup, Neira tahu kalau harus memiliki sepongsor agar bisa eksis dan debut. "Baiklah, aku siap untuk langkah selanjutnya. " Neira kembali ke kamar. Penampilannya yang mengesankan menarik mata Sei hingga pria itu kehilangan mood buruknya. "Kemarilah Baby, anggap saja ini awal untuk debutmu." Sei dengan percaya diri menarik Neira hingga ia jatuh di ranjang. Gadis yang menyerahkan kesuciannya ini seperti oase yang gurun hatinya yang kering. Dia sudah lama menginginkan pelepasan seperti ini. Namun karena reputasinya yang terkenal sebagai kekasih setia, menghalangi setiap gadis yang mendekat. Dia juga tidak bisa menyewa kupu kupu malam untuk pelepasan hasratnya terang terangan. Dan Max kebetulan menawarkan gadis virgin padanya sehingga ia tidak menolak. Tbc.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.9K
bc

After That Night

read
9.0K
bc

The CEO's Little Wife

read
629.8K
bc

BELENGGU

read
65.0K
bc

Revenge

read
17.8K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.4K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook