'Ini jauh lebih baik.'
Itulah yang dipikirkan oleh Neira. Dia mulai terbiasa dengan semua yang Sei inginkan. Sentuhan, kekuatan dan semangatnya yang menggebu menjadi bukti jika pria ini memang membutuhkan wanita. Neira merasa beruntung dia tidak didahului gadis lain.
Kini Neira bisa tenang, dia bisa melepas beban biaya adiknya karena ada jaminan akan menjadi baby dari sugar daddy yang kaya. Hanya saja bayangan gadis bernama Sally mulai menghantuinya. Ia merasa bersalah sudah menjadi simpanan tunangan gadis itu. Neira merasa hina sudah memanfaatkan kelemahan Sally demi kepentingannya.
'Tidak, aku tidak perduli. Sally memiliki segalanya, dia memiliki keluarga dan uang. Sedangkan aku harus berjuang untuk mempertahankan satu - satunya adikku. '
Dengan alasan itu Neira menghapus rasa bersalah di dadanya. Dia tidak memiliki banyak pilihan untuk merasa bersalah. Apalagi dalam posisi seperti ini. Otaknya hanya memikirkan cara agar memuaskan Sei demi kariernya.
Entah berapa lama Sei melakukannya. Tubuh lelah dan bergetar adalah harga yang harus ia bayar hari ini. Neira bahkan tidak bisa mengkategorikan apakah hubungan ini hanya kesepakatan atau tidak karena semakin lama, ia semakin menyukai apa yang Sei lakukan.
"Istirahat lah, nanti siang kamu harus ke studio. Di sana aku akan mengantur orang untuk mu," ucap Sei.
"Iya."
Sei yang mengenakan pakaian nya kembali nampak sangat menakjubkan. Sungguh Neira tidak menyangka kalau pria seperti dia mau menerima dirinya. Pasti dewi fortuna saat itu sedang menemaninya.
Neira tersenyum kala pikiran itu hinggap di benaknya.
Sebelum Sei meninggalkan Neira, dia berbalik dan memberikan satu ciuman singkat.
"Aku menyukai layanan mu. Tetaplah seperti itu," bisik Sei.
Setelah itu ia meninggal Neira. Tubuhnya yang sekarang jauh lebih ringan karena hasratnya sudah terpenuhi. Ternyata ada baiknya ia datang ke bar tadi malam. Dia bisa menemukan gadis seperti Neira yang memberikan hiburan tersendiri.
Sei berniat kembali ke rumahnya, akan tetapi ia melihat Sally berada di ruang tamu dan menatapnya dengan khawatir.
"Sei, kemana saja kamu? aku sangat cemas saat kamu tidak menjawab teleponku," ucap Sally.
Sei menghela nafas sejenak, dia harus berusaha membuat gadis ini tenang karena penyakitnya.
"Aku menginap di kantor. Ada banyak pekerjaan sampai aku tertidur," jawab Sei yang membuat alasan.
Sally memeluk Sei, dia begitu mencintai pria ini. Apalagi dia sangat setia. Wartawan tidak pernah menemukan Sei macam-macam sehingga ia tidak pernah curiga pada Sei meski dia tidak pulang.
"Aku merasa konyol karena berpikir berlebihan hihihi," ujar Sally. Dia sangat menyukai perasaan memeluk Sei. Rasanya sangat nyaman. Akan tetapi ia sedikit mencium aroma aneh dari Sei, aroma yang belum pernah ia cium sebelumnya. Dia tidak tahu kalau aroma yang ia cium adalah aroma percintaan antara Sei dan Neira.
"Aku lelah," ucap Sei yang melepaskan tangan Sally.
"Kalau begitu aku akan pulang, aku datang pagi-pagi ke sini karena kamu tadi malam tidak menjawab teleponku," pamit Sally. Dia ditemani pelayannya berjalan keluar dari rumah Sei.
Sei menatap kepergian Sally, rasanya ia merasa bersalah sudah membohongi gadis itu. Namun ia tidak bisa terus menjadi pria sempurna untuknya. Dirinya jauh dari kata pangeran berkuda putih yang selama ini menjadi impian Sally. Yang menyebalkan gadis itu menuntut dirinya agar menjadi pangeran itu.
***
Untuk pertama kalinya Neira datang ke agensi dengan perasaan ringan. Dia tahu kalau hari ini akan jauh lebih mudah dari kemarin dan ia siap dengan perubahan positif yang terjadi.
"Oh kamu datang lagi," ejek Siena. Dia mendengus sinis karena Neira sama sekali tidak malu datang ke agensi padahal ada pengumuman kalau dia ditolak.
Neira enggan berdebat dengan Siena karena gadis ini digadang- gadang sebagai leader grup vokal yang akan debut.
"Kamu memang cantik Neir, tapi sayang kamu ngak lolos audisi grup Girls Band bersama kita. Jadi lebih baik kamu pulang ya dari pada diusir lagi," bujuk Riris. Dia memang nampak polos tapi ada nada sindiran dalam ucapannya.
"Tidak, aku ingin melihat kalian latihan. Barang kali ada yang bisa aku pelajari, " jawab Neira.
"Oh ya sudah kalau begitu. Dari segi penampilan kamu memang tidak mungkin bergabung dengan grup kami. Ayo teman-teman," ajak Siena. Riris dan Yura mengikuti Siena. Mereka menuju ke studio yang biasanya dikhususkan untuk mereka untuk menari.
" Lihat pakaiannya sangat dekil. Dia tidak ada modal tapi berani bermimpi ikut audisi jadi artis dan penyanyi," ucap Yura yang terang tegangan menyindir Neira.
"Sudahlah teman-teman. Biarkan dia tetap bermimpi," celetuk Riris. Setelah itu ketiganya tertawa keras.
Saat mereka akan masuk ke studio, ketiganya dicegah oleh manager agensi. Hal ini membuat ketiganya terkejut.
"Mr Jo kenapa kami tidak boleh masuk ke sana? kita mau latihan? " tanya Sienna.
Manajer Jo mulai menjelaskan kalau ketiganya tidak perlu lagi latihan di studio ini. Sebab yang akan latihan di tempat ini adalah gadis lain yang akan diorbitkan menjadi artis.
" Kami mendapat kabar kalau ada pengusaha yang mengseponsori seorang gadis untuk menjadi artis, jadi kami tidak dapat mengorbitkan kalian, "ucap Manager Jo.
Ketiganya langsung memucat. Padahal mereka bermimpi bermimpi akan segera debut dan menjadi artis terkenal. Namun impian itu bubar begitu saja dalam hitungan detik.
"Tapi... Bukankah anda sendiri yang mengatakan kalau kami memiliki potensi," kata Riris yang putus asa.
Manager Jo tidak membantah ucapan Riris, dia memang pernah mengatakan hal itu akan tetapi saat ini uang lah yang berbicara.
" Kalian memang bagus akan tetapi vokal kalian masih kalah jauh dengan artis yang akan diorbitkan. "
Sienna yang tidak sabar langsung bertanya siapa sebenarnya yang akan mereka orbitkan.
"Memang ya siapa yang dapat sponsor itu sampai anda membuang kami? "
Manajer Jo melangkah melewati mereka lalu menarik tangan Niera.
"Dia adalah gadis yang berhasil membuat pimpinan perusahaan besar menjadi sponsornya."
Otomatis ketiga gadis tadi segera memucat. Mereka tidak percaya kalau gadis yang beberapa menit yang lalu mereka hina sekarang justru bertukar posisi dengan mereka.
"Itu tidak mungkin. Tolong katakan kalau semua itu bohong," ucap Yura.
Manager Jo tidak repot-repot menanggapi ucapan mereka. Dia mempersilahkan Neira masuk ke studio untuk berlatih.
"Masuklah Neir, setelah ini akan ada orang yang membawakan lagu yang harus kamu nyanyikan. Pintu sebagai artis kini terbuka lebar untukmu."
"Baik." Sebelum masuk, Neira melihat ke arah mereka. Ingin sekali Niera tertawa melihat ketiga gadis sombong yang selalu menghinanya itu. Dia sangat puas melihat ekspresi mereka yang putus asa. Sekarang kondisi sudah terbalik, kini dirinya yang berada di atas mereka tapi ia tidak akan menghina mereka. Neira ingin memperlihatkan kalau dirinya berbeda dengan ketiga gadis itu.