bc

PUTRI (Bahasa Indonesia)

book_age12+
759
FOLLOW
5.7K
READ
love-triangle
family
goodgirl
princess
drama
twisted
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

"Kenapa harus bertahan dengan dia kalau dia hanya bisa menyakitimu. Cinta itu tentang kebahagiaan dan kasih sayang, bukan kesakitan yang seperti yang kamu alami saat ini."

"Apa sesakit ini mencintai seseorang? Apa rasanya seperti ini? Ketika kita sangat menyayangi dia, ketika kita sudah membuat kenangan-kenangan indah, ketika kita saling berjanji satu sama lain, ketika kita sudah memimpikan masa depan kita, yang semuanya berakhir dengan tidak pasti seperti saat ini."

"Namanya juga jatuh cinta, kamu harus siap jatuh untuk cinta itu."

Jatuh Cinta? Kamu harus Jatuh dan Cinta dalam waktu yang bersamaan. Lantas, bagaimana Putri menjalani kehidupannya yang penuh dengan teka-teki? Semua jawabannya ada di cerita ini.

--------

Cerita ini ada sequel dari cerita Brothers yang ada di wp. Untuk cerita induk (Brothers) bisa kalian cek di akun wp yang ada di bioku.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
“Kak Ano cepat dong, nanti aku telat bagaimana?” Langit tampak cerah, dan awan berwarna putih biru menghiasi cakrawala. Kediaman Anggara selalu diisi dengan suara merdu dari seorang gadis yang kini sudah beranjak dewasa. Putri Silia Aurora, bagus sekali bukan nama gadis itu? Gadis berlesung pipi, berambut panjang, mata bulat, pipi gembul dan hidung mancung, serta jangan lupakan senyum ceria yang selalu terpancar di wajahnya. Gadis yang ceria, penuh semangat, dan energik. “Sabar dong, Put. Kakak lagi pakai sepatu dulu,” protes Ano kepada adiknya yang selalu ingin terburu-buru. “Ihh, kakak selalu lelet. Kalau Putri kena hukum, pokoknya kakak harus tanggung jawab.” Putri saat ini tengah menempuh pendidikan di bangku perkuliahan, lebih tepatnya hari ini dia akan mengikuti ospek. Ospek? Apa yang ada di benak kalian mengenai ospek? Seragam putih hitam? Kakak senior yang ganas? Atribut yang aneh? Yap, itulah yang saat ini dialami oleh gadis itu dan mahasiswa baru lainnya. Kuliah. Ketika seseorang berada di titik ini, dia bisa dikatakan sebagai orang yang sudah dewasa dan mampu mengambil keputusan. Namun, bagaimana dengan Putri? Apa dia bisa mengambil keputusan yang baik dan benar dalam hidupnya? “Nah, sudah siap. Kuy berangkat,” ajak Ano. Mereka berdua segera berangkat ke kampus. Anggara University, menjadi tujuan mereka saat ini. Anggara? Ya, itu adalah salah satu universitas yang dimiliki oleh Anggara Group yang merupakan keluarga mereka. “Kak, aku langsung masuk barisan ya, bye bye.” Belum sempat Ano membalas, adiknya itu sudah berlari menuju lapangan yang sudah dipenuhi oleh maba. Dasar, batin Ano yang sudah hafal dengan tingkah sang adik. Terdengar napas Putri yang tak beraturan. Sambil menetralkan nafasnya, Putri memperhatikan sekitarnya. Dia berada di perkumpulan orang-orang yang sama sekali tidak dia kenal. Huft, aku merasa asing. Andai saja ada Vanessa di sini, batin Putri meratapi nasibnya yang buruk. “Hai.” Tiba-tiba saja ada yang menyapanya dengan ramah. Terlihat jika gadis itu sama dengan dirinya, sama-sama sebagai mahasiswa baru “Hai,” jawab Putri kikuk. “Kenalin nama aku Jesi Ananda, kamu bisa panggil aku Jesi,” kata gadis bernama Jesi itu. Sepertinya Jesi hendak berkenalan dengan Putri. “Nama aku Putri Silia Aurora, kamu bisa panggil aku Putri,” balas Putri tersenyum manis. “Hm ok Putri, jadi kamu jurusan kedokteran juga?” tanya Jesi. “Iya. Kamu juga?” “Iya. Me too. Semoga kita bisa berteman ya,” ungkap Jesi antusias. “Hehe ok.” Dan pada akhirnya, di hari pertama ospek ini Putri tidak merasa terasingkan lagi karena dia sudah mempunya teman baru. Untuk Vanessa, gadis itu berbeda jurusan dengan Putri. Vanessa memilih manajemen sebagai pelabuhan terakhirnya. Alasan gadis itu masuk ke sana adalah atas tuntutan orang tuanya yang menginginkan Vanessa untuk meneruskan bisnis keluarga. “Btw, kamu berasal dari sekolah mana, Put?” tanya Jesi yang sudah mulai mengakrabkan diri. “Aku dari SMA Kencana,” jawab Putri. “What? Kencana? Itu kan sekolah elite, kamu kok bisa masuk sana? Padahal dulu aku ingin masuk sana, tapi gak bisa hehe,” celetuk Jesi. “Mungkin bukan rezeki kamu hehe.” “Iya kali. Eh btw lagi, aku seperti pernah lihat kamu deh. Tapi aku lupa di mana. Bentar ya aku ingat-ingat dulu.” Gadis itu menerawang mengingat hal penting yang mungkin ia ketahui tentang Putri. “Haha mana mungkin kamu pernah lihat aku, Jes. Aku baru ketemu kamu sekarang, lagian aku bukan artis loh," canda Putri. “Aha! Aku ingat!” seru Jesi tiba-tiba yang membuat kening Putri berkerut bingung. “Kamu ... kamu Putri anak dari keluarga Anggara, kan? Iya aku ingat,” ucapnya antusias. “Eh? Kamu kok tahu?” tanya Putri bingung pasalnya dia bukan artis yang kebanyakan dikenal oleh banyak orang. Dan juga Putri jarang sekali ikut terlihat dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh keluarganya sendiri. “Iya, dulu kamu pernah dibicarain sama anak-anak di sekolahku. Apalagi waktu video kamu nyanyi itu, wah, itu tuh banyak yang bicarain loh.” Ah, video itu, Putri tersenyum mengingat kenakalan kecilnya semasa SMA dulu. Masa SMA adalah masa paling membahagiakan bagi kebanyakan orang. Kenakalan kecil gadis itu lakukan dulunya hannyalah sebuah ketidaksengajaan. Dan untungnya hal itu tidak membawa dampak buruk buruk bagi keluarganya. “Wah, aku tiba-tiba jadi artis ya? Hahaha.” Putri tertawa dengan kencangnya hingga beberapa orang sekitar melihat dia dengan tatapan aneh. Terasa aneh jika acara ospek sudah dimulai namun ada satu orang yang menjadi pusat perhatian. “FAKULTAS KEDOKTERAN, BARISAN BELAKANG, MAJU KE DEPAN!” Suara tegas itu menggema di seluruh lapangan dan jangan lupakan tawa Putri yang mulai menghilang dari pendengaran dan tergantikan dengan keterkejutan di wajahnya. Mati aku, batin Putri merutuki kebodohannya. “CEPAT MAJU KE DEPAN!” perintah ketua senat yang sedang berdiri di atas tribune. Dengan berat hati ditambah lagi malu yang sudah tak bisa tertutupi, Putri dan Jesi memberanikan diri maju ke depan. Dan dengan kepala menunduk, mereka berharap tidak akan terkena masalah nantinya. Hari pertama mendapat masalah? Rekor yang bagus bagi mahasiswa baru. Pandangan Putri bertemu dengan Vando yang juga berada di atas tribune, lebih tepatnya di samping ketua senat yang saat ini terlihat tidak bersahabat. “Kalian masih baru tapi sudah berani melanggar? Kalian pikir ini kampus kalian ha!” bentak ketua senat yang bernama Rio. Ini, kan, memang kampus Papa, batin Putri. “Maaf, Kak,” jawab keduanya. “Kalian mengobrol apa saja di belakang tadi? Apa topik pembicaraan kalian lebih menarik dibanding perkataan saya di depan sini?” “Kita hanya kenalan saja, Kak,” jawab Jesi. “Kenalan? Apa kalian tidak bisa melakukan itu di lain waktu? Terus kamu,” tunjuknya kepada Putri yang sejak tadi menunduk lesu. Lantas gadis itu pun mengangkat wajahnya menatap sang ketua senat. “Kamu kenapa tadi tertawa?” “Itu, Kak, anu ... itu –“ “Sudah, tidak perlu dijelaskan,” potong Rio. Kalau gitu ngapain tadi tanya, Putri mulai jengah dengan sikap ketua senat yang semena-mena ini. “Untuk kalian semua mahasiswa baru, saya harap kalian bisa bersikap lebih sopan dan menghargai senior-senior kalian. Hilangkan sikap kekanakan kalian sewaktu di SMA dan jangan pernah kalian bawa ke sini. Saya harap ini kasus terakhir dan untuk ke depannya jangan terulang kembali,” kata Rio memberi sedikit wejangan kepada mahasiswa baru lainnya. “Kalian berdua saya hukum,” kata Rio tegas tak terbantahkan. Putri menatap Vando seakan meminta pertolongan tetapi pemuda itu hanya diam dan tidak merespons kode dari Putri. Vando sepertinya tidak ada niatan untuk membantu Putri. “Kamu sekarang jadi asisten Vando," perintah Rio kepada Jesi. “Dan kamu," tunjuknya pada Putri, "kamu jadi asisten saya selama ospek tiga hari ke depan,” lanjutnya. What? Kenapa aku harus sama orang songong ini? Aku maunya sama Kak Vando, batin Putri sekali lagi meratapi nasib sialnya. Setelah itu, semua maba melakukan upacara pembukaan sekaligus pembagian regu untuk ospek tiga hari ke depan. Putri dan Jesi tampaknya sangat lelah dan kesal. Sejak tadi mereka berdua berjalan tanpa henti mengikuti Rio dan Vando ke sana dan ke mari. Sungguh nasib s**l menimpa Putri hari ini. Di hari pertama ospek pula. “Aduh capek,” keluh Putri tengah duduk di pinggir lapangan. “Eh, lo ngapain duduk? Cepat berdiri!” perintah Rio tak terbantahkan. Sekarang Rio sudah memakai panggilan ‘lo-gue’ karena dia hanya berdua dengan Putri. “Aku capek, Kak. Dari tadi Kak Rio gak berhenti jalan, kaki aku sudah pegal,” keluh Putri lagi. Saat ini Putri sedang bersama Rio sedangkan Vando dan Jesi entah berada di mana mereka. Ingin sekali Putri bertukar tempat agar bisa bersama dengan Vando, namun Rio menolaknya mentah-mentah. “Gitu doang capek? Gimana jadi gue? Gue juga capek,” balas Rio. Putri hanya diam tidak berniat menjawab. “Ya sudahlah kita duduk aja.” Rio akhirnya ikut duduk di samping gadis itu. Mungkin pemuda itu juga merasa lelah ditambah lagi cuaca hari ini panas seakan matahari tengah mengejek Putri yang terkena hukuman di hari pertama ospek. “Kak, haus,” rengek Putri. “Ya sudah minum sana,” usirnya. “Lagi capek, Kak. Mager jalan.” “Lo mau nyuruh gue beli minuman gitu? Lo kira gue kacung lo? Lo berani nyuruh-nyuruh senior?” “Hmmm ya sudah deh aku beli sendiri. Dasar pelit. Biasa aja kali jawabnya, gak usah ngegas. Jadi cowok kok cerewet,” ucap Putri kesal yang sudah berdiri untuk pergi ke kantin membeli minuman. Brukk “Aww.” Kesialan kedua di hari pertama Putri ospek adalah, dia terjatuh karena tali sepatu yang dia pakai terlepas. Sepatu s****n, umpat Putri. Rio segera menghampiri Putri guna mengecek juniornya yang teledor ini. “Lo gak hati-hati banget sih,” cercanya. “Aku mana tahu kalau talinya lepas,” protes Putri sambil membersihkan lututnya yang sedikit kotor. “Bisa bangun, nggak?” tanya Rio sedikit khawatir terhadap juniornya ini. “Ya bisalah, aku nggak lumpuh, aku cuma jatuh doang.” “Hmmm baguslah, kalau pun lo gak bisa bangun, gue nggak bakal gendong kok. Lo kan gendut jadi gue nggak bakal kuat.” “Apa? Gendut? Aku gak gendut!” kata Putri protes. Dia mulai berdiri hendak membalas perkataan ketua senat yang menyebalkan ini. Ternyata ketua senat yang dia baca di cerita w*****d ada di dunia nyata. Seperti Rio. Menyebalkan dan tukang perintah. “Terus kalau nggak gendut apa?” “Sudah ah, malas aku debat sama situ, gak ada faedahnya.” Putri segera menuju ke arah kantin meninggalkan Rio yang tertawa senang melihat kekesalan di wajah Putri. “Hahahahahaha." Dua lucu, sepertinya gue mulai tertarik sama dia ... Kebahagiaan tidak harus didapat dengan susah, seperti ini saja sudah sedikit membuat hari Rio dingin di tengah panasnya ospek. Sungguh gadis ajaib yang pernah laki-laki itu temui. Mukanya yang terlihat kesal menambah keimutan di wajah gadis itu. Dan Rio senang ketika gadis itu kesal. ---------- halo, terima kasih untuk mampir. jangan lupa untuk tap love dan komen juga ya. Dan aku hanya mau ingetin saja kalau cerita ini hanya ada di 3 tempat yakni innovel/dreame dan w*****d. Versi w*****d hanya di publish beberapa, sedangkan versi innovel/dreame tersedia full. Jika kalian membaca dan menemukan cerita ini selain di 3 tempat itu, berarti platform tersebut sudah meng-copy seluruh cerita ini. Perlu diketahui juga jika cerita ini sudah ditandatangani kontrak yang terikat sangat dengan hukum. Jadi, berhati-hatilah karena akan ada konsekuensi tersendiri yang bisa menjerat si pelaku plagiat/pencurian. Dan sebagai manusia yang suka membaca, alangkah baiknya jika pembaca menghargai karya dari setiap penulis yang ada. Tidak ada kata lagi berburu bacaan bajakan/gratisan. Yuk, segera laporkan kepada penulis jika menemukan cerita ini di tempat lain. Berikut aku lampirkan link cerita yang asli https://m.dreame.com/novel/hDahk2Ijg7Le6cLR2Irycw==.html

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marry Me If You Dare

read
223.0K
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K
bc

Marry The Devil Doctor (Indonesia)

read
1.2M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Perfect Marriage Partner

read
810.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook