CHAPTER 2 - CHRISTOPHER'S SUSPICION

2182 Words
Happy Reading ^_^ *** Christopher Wang memeriksa CCTV seperti yang disarankan oleh pelayan-pelayannya. Dan ya, mereka tidak berbohong sama sekali. Memang tidak ada sesuatu yang mencurigakan dari para pelayan yang datang mau pun pergi. Ini artinya, tas Chrystal memang tidak dicuri oleh mereka. Lalu ke mana tas-tas itu pergi? Dan berbekal rasa ingin tahunya, Christopher hari ini memutuskan untuk mengunjungi rumah kedua orang tua Chrystal. Walau hubungannya dengan mereka tidak terlalu baik, tapi Christopher harus melakukannya untuk menuntaskan rasa penasarannya. Dugaannya adalah masih ada beberapa tas Chrystal yang masih tertinggal di sana. Semoga saja, pikirnya, dengan begitu dia tidak perlu ada di situasi seperti ini. “Aku ingin bertemu dengan Jonathan Tan.” kata Christopher. “Tuan Jonathan—” Christopher paham kalau sang pelayan hendak menolak kedatangannya, tapi sayangnya dia tidak mau ditolak. Oleh karena itu dia mengeluarkan kalimat yang dirasanya sangat ampuh. “Ini tentang Chrystal. Ada yang mau aku tanyakan tentang Chrystal pada Jonathan Tan.” kata Christopher dengan keyakinan penuh kalau keinginannya untuk bertemu Jonathan akan terkabul. Sebenci-bencinya Keluarga Tan dengan dirinya, tapi kala nama Chrystal didengungkan olehnya maka kehadirannya akan tetap diterima—walau dengan berat hati. Dan Christopher menyunggingkan sebuah seringaian kala pelayan tersebut membukakan pintu lebar-lebar dan mempersilakan dirinya untuk masuk. Keyakinannya tidak pernah salah, pikir Christopher dengan sedikit berbangga diri. Setelah lolos dari tahap pertama, Christopher dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu rumah Keluarga Tan yang luas. Selama beberapa saat dia ditinggalkan dalam keheningan. Dia tahu kalau sang pelayan pasti hendak melaporkan kedatangannya pada Tuannya. Tapi dia pun paham kalau semuanya tidak akan berlangsung cepat. Tahap dua –yakni pertemuannya dengan Jonathan- pasti tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena pria yang berstatus Papanya Chrystal selalu melakukan itu. Tujuannya adalah mengusir Christopher secara halus. Dia kira dengan membiarkan Christopher menunggu lama akan membuat pria itu menyerah. Tapi Jonathan sepertinya sudah lupa sekeras apa hati Christopher sejak kematian istrinya. Untuk sesuatu yang tidak penting dia bisa pergi dengan cepat, tapi kalau mengenai Chrystal—selama apa pun pasti akan ditunggu olehnya. Oleh karena itu Christopher tetap bergeming di tempatnya meski sudah dua puluh menit menunggu dan belum ada kepastian kapan Jonathan akan menungguinya. Pelayan tadi pun tidak kembali lagi untuk memberi kepastian. Bahkan, sekedar air putih untuk menemaninya pun tidak disuguhkan. Tak ingin terprovokasi oleh keadaan ini, Christopher memilih bangkit dan menyusuri figura foto yang ada di ruangan tersebut. Memang tidak banyak, tapi cukup memanjakan mata. Sampai sebuah pemikiran merasuki otaknya. Daripada menunggu seperti ini, lebih baik dia langsung ke kamar Chrystal saja. Meskipun terasa tidak sopan, tapi ini jauh lebih baik daripada menunggu tanpa kepastian. Toh, apa pun yang dilakukannya akan tetap dihujat oleh Papa Chrystal, jadi lebih baik langsung bersikap frontal saja. Dia melirik ke kanan dan kiri tubuhnya. Setelah memastikan kondisinya aman, Christopher langsung bergegas ke kamar Chrystal yang ada di lantai dua rumah ini. Memang sudah lama sejak dirinya dan Chrystal menginap di sini, tapi bukan berarti dia lupa. Dan seolah semesta mendukung, kamar Chrystal pun ternyata tidak dikunci. Tanpa peduli apa pun lagi dia langsung masuk dan bergegas ke walk in closet kepunyaan Chrystal di kamar ini. Christopher sudah siap untuk menuntaskan rasa penasarannya, tapi siapa sangka dia tidak mendapatkan apa pun yang ingin diketahuinya. Kamar Chrystal rapi, tapi walk in closet-nya terutama di bagian tas-tas kosong sepenuhnya. Yang menandakan kalau semua barang-barang yang ada di situ sebelumnya sudah tidak ada. Christopher tidak heran karena memang dialah yang meminta semua barang-barang itu dipindahkan ke apartemennya. Tapi yang membuatnya bingung adalah... bagaimana dengan tas-tas Chrystal yang tidak ada di apartemennya? Ke mana tas-tas itu sebenarnya? “Kau adalah tamu, tapi berani-beraninya langsung memasuki kamar putriku tanpa izin seperti ini, Christopher? Di mana etikamu yang sebenarnya?” Christopher mendengar suara pria yang pernah menjadi mertuanya tersebut. Dia berbalik dan menampilkan ekspresi keras seperti biasanya. Tidak ada ekspresi penyesalan sedikit pun meski dia memang sudah bertindak tidak sopan. “Aku minta maaf karena langsung masuk begitu saja, tapi aku sadar kalau anda tidak akan menemui aku dengan cepat. Jadi aku memutuskan untuk memeriksanya sendiri dan menyelesaikan kunjunganku dengan cepat.” “Kau sadar diri, tapi masih melakukannya? Kau benar-benar luar biasa, Christopher Wang...” Jonathan berdecih. “Sekarang katakan apa maumu, Christ? Aku sudah memberikan semuanya dan kau masih merasa kurang?” Hal ini merujuk pada saham dua persen milik Chrystal yang sudah dia alihkan atas nama Christopher Wang, sesuai dengan keinginan terakhir putrinya. Dia benar-benar menghargai keinginan terakhir sang anak meski itu cukup tidak menguntungkan perusahaannya karena memberikan keuntungan di setiap tender pada Christopher secara cuma-cuma. “Kalau yang anda maksud adalah saham, aku tidak butuh saham apa pun. Aku kemari untuk menanyakan tas-tas Chrystal lainnya.” Christopher menyampaikan maksudnya yang sebenarnya hingga membuatnya datang kemari. Dan mendengar itu, Jonathan memutar bola matanya. Dia tidak tahu kenapa Christopher bgeitu terobsesi dengan tas-tas mendiang istrinya. Semuanya sudah diberikan dan dia masih merasa kurang? “Aku sudah memberikan semua tas-tas Chrystal yang ada di sini padamu. Tas mana lagi yang ingin kau ambil, hah?” kata Jonathan dengan suara mengejek. “Tapi itu tidak semuanya, sir. Aku mencocokkan banyak foto Chrystal semasa hidup dan menjumpai banyak tas Chrystal yang hilang.” “Itu bukan hilang, tapi Chrystal mungkin memang tidak mempunyainya.” Christopher menggeleng untuk menepis semua perkataan Jonathan. Dia bersikeras kalau keyakinannya tidak salah. “Chrystal memilikinya dan itu semua memang hilang.” Jonatha berdecak. “Memangnya kau siapa sampai berfikir seperti itu? Apa kau yang menjual tas itu pada Chrystal? Apa kau yang menemani Chrystal saat membeli tas itu? Tidak kan?” Jonathan terlihat emosi karena sikap Christopher yang seperti ini. “Berhenti berfikiran aneh-aneh. Kau hanya membuat putriku yang sudah meninggal jadi tidak tenang, Christ.” “Baiklah kalau memang ada beberapa tas yang bukan milik Chrystal, tapi aku ingat sekali tas yang dibawanya saat kembali ke Indonesia. Dan tas itu sekarang tidak ada.” Jonathan menatap Christopher Wang dengan miris. “Sebenarnya aku heran kenapa kau se-obsesi ini pada tas-tas putriku, Christ? Asal kau tahu saja, putriku itu tidak akan hidup lagi meski kau mengumpulkan ribuan tasnya. Dia sudah mati!” “Aku tahu, sir, aku tahu!” Christopher mulai tersulut. “Tapi mengumpulkan tas Chrystal dan memastikannya tepat ada di dalam jangkauanku adalah salah satu caraku agar bisa bertahan hidup. Hanya itu yang kupunya dan berhubungan erat dengan Chrystal.” “Betapa menyedihkannya dirimu, Christ. Kau mengabaikan anakku selama hidupnya dan sekarang hanya bisa merengkuh tas-tasnya sepanjang sisa umurmu. Inilah karmamu.” kata Jonathan dengan ekspresi mengejek yang kental sekali di wajahnya. Christopher mengangguk-angguk seolah-olah menyetujui semua penghinaan itu. Toh, dia tidak peduli pada apa pun lagi. “Ya, aku memang menyedihkan. Dan karena itu juga tolong bantu aku menjalani karmaku dengan baik. Aku minta kerja samanya kalau anda masih memiliki tas-tas Chrystal.” “Aku tidak memilikinya, Christopher. Harus berapa kali kukatakan agar kau memahaminya dengan baik?” Jonathan terlihat frustrasi. Berbicara dengan Christopher dan membahas putrinya bukanlah hal yang mudah. Tapi Christopher –sebagai penyebab utama kematian putrinya- malah tidak merasa terbebani sedikit pun. “Tidak ada apa pun di sini, jadi tolong pergilah. Aku sudah tidak kuat kalau harus membahas Chrystal denganmu. Melihatmu hanya akan membuat aku semakin terluka.” *** Tak mendapatkan apa pun dari rumah keluarga Chrystal, Christopher memutuskan ke apartemen Chrystal yang sudah dilimpahkan padanya sejak awal. Tujuannya kemari adalah untuk memastikan apakah walk in closet-nya benar-benar sudah kosong atau masih ada satu atau dua tas yang tertinggal di sana dan tersimpan secara tersembunyi. Harapannya masih sama seperti sebelumnya, tapi sayangnya semuanya tetap tidak berjalan sesuai dengan harapannya. Tidak ada apa pun. Yang tersisa di apartemen tersebut hanya furniture yang ditutupi oleh kain putih untuk mencegah debu. Seharusnya Christopher berhenti mencari dan membuatnya pusing, tapi keyakinannya benar-benar tak terbendung sampai dia nekad memeriksa CCTV gedung apartemen Chrystal hingga meresahkan pengelola gedung. “Aku ingin memeriksa CCTV gedung apartemen milik istriku.” “Ada apa, Tuan? Apa ada masalah dengan apartemen istri anda?” Christopher memilih diam. Dia tidak ingin semua orang tahu kalau dia sedang dalam pencarian tas istrinya yang hal. Orang yang tidak memahaminya pasti akan mengira dirinya gila karena begitu terobsesi dengan tas-tas peninggalan istrinya. “Aku hanya ingin memeriksa CCTV apartemen yang sudah diberikan padaku, apakah itu sesuatu yang salah?” tanya Christopher dengan ekspresi menghardik siapa pun yang mempertanyakan keinginannya. Tanpa pikir dua kali sang pengelola gedung langsung mengangguk dan membawa Christopher ke tempat pengamatan CCTV gedung ini. Sesampainya di sana dia langsung mempersilakan Christopher untuk mengamati sepuasnya. Tapi lagi-lagi Christopher harus menelan pil kekecewaan saat tidak ada clue apa pun yang dia dapatkan. Semua aktivitas terasa normal. Belakangan ini juga tidak ada orang yang keluar-masuk apartemen Chrystal dengan mencurigakan. Apalagi sekarang apartemen ini miliknya, jadi siapa pun yang menginjakkan kakinya di sini harus mendapatkan perizinannya sendiri. “Apa aku bisa melihat video CCTV untuk waktu yang lebih lampau? Sebulan atau dua bulan yang lalu, misalnya.” “Maafkan aku, sir. CCTV gedung ini hanya mampu menyimpan data selama seminggu. Lebih dari seminggu semuanya akan terhapus secara otomatis. Oleh karena itu sangat tidak mungkin untuk melihat video dari sebulan atau bahkan dua bulan lalu.” Christopher menghela napas pasrah. Usahanya sia-sia lagi. Dia sudah berusaha, tapi kenapa tidak ada satu pun yang membuahkan hasil. Apakah ini sudah waktunya untuk mempercayai mantan Papa mertuanya tentang tas-tas yang bisa jadi memang bukan milik Chrystal semuanya? Tapi Chrystal tidak pernah ada di posisi kehabisan uang sampai tidak mampu membeli sebuah tas dan meminjam pada orang lain. Sangat konyol. “Tuan Christopher, tolong katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Aku pasti akan membantu kalau ada masalah serius dengan gedung apartemen peninggalan Nyonya Chrystal. Ingatanku memang tidak se-detail CCTV, tapi aku masih bisa mengingat dengan jelas siapa saja yang keluar-masuk gedung ini. Siapa tahu itu bisa membantu anda.” Christopher menatap pengelola gedung dengan ragu-ragu. Haruskah dia memberitahukannya? “Aku sedang mencari barang berharga peninggalan istriku,” kata Christopher tanpa menyebutkan apa barang peninggalan istrinya yang sedang dicarinya. “Aku sudah mencarinya di apartemenku, tapi tidak ada. Aku juga sudah memeriksa CCTV apartemenku. Selain itu aku juga mencoba mencarinya di rumah masa kecil istriku, tapi tetap nihil. Dan di sinilah aku sekarang. Tapi sayangnya apa yang kucari tetap tidak ada.” tambah Christopher dengan ekspresi miris. “Apa anda ingat kapan tepatnya benda itu hilang?” Christopher menghela napas. “Sebenarnya aku pun ragu itu memang benar-benar hilang atau itu hanya halusinasiku saja.” aku Christopher dengan sedih. “Tapi kupikir setelah kematian istriku. Yah, sekitar waktu itu.” “Setelah kematian istri anda, hanya ada dua orang yang mengunjungi apartemen ini.” Christopher tidak mengharapkan apa pun, tapi matanya langsung membulat lebar saat mendengar informasi ini. “Siapa?” “Tuan Jonathan dan Nona Roseanne Wong.” Selama beberapa detik Christopher hanya mampu terdiam. Dia masih mencerna semuanya dengan sebaik mungkin. “Dan kapan mereka datang kemari? Anda ingat tanggal pastinya?” Christopher mengorek informasi lebih dalam. Pengelola gedung berfikir, lalu menggeleng tidak yakin. “Aku lupa tanggalnya, tapi itu berselang dua atau tiga minggu pasca kematian Nyonya Chrystal.” Dan kenapa mereka mengunjungi apartemen Chrystal dua atau tiga minggu setelah istrinya meninggal? Ada urusan apa mereka di tempat peninggalan Chrystal ini? “Apa kau mereka datang secara bersamaan? Dan apa kau tanya apa keperluan mereka di sini?” Lagi, pengelola gedung itu menggeleng. “Mereka datang secara terpisah, tapi dalam selang hari yang tidak begitu jauh. Sedangkan untuk masalah kenapa mereka kemari—aku juga tidak menanyakan detail-nya. Tuan Jonathan terlihat murung sekali. Sedangkan Nona Roseanne—” ada jeda sejenak. “—kupikir dia bilang ada barangnya yang tertinggal dan ingin mengambilnya. Karena sosoknya memang sering keluar masuk, jadi aku dan timku membiarkannya saja. Toh, dia juga punya kode akses sendiri.” “Kenapa kau tidak memberitahu aku tentang hal ini?” protes Christopher pada pengelola gedung. Bisa-bisanya dia membiarkan orang lain masuk tanpa sepengetahuannya. Apalagi saat itu Chrystal sudah meninggal. Apa mereka tidak merasakan sesuatu yang aneh dari tindakan Rossy? Bahkan Christopher yang baru mendengarnya hari ini pun sudah merasakan kejanggalan itu. Menjengkelkan sekali. “Saat itu apartemen ini masih atas nama Nyonya Chrystal dan sesuai dengan instruksinya, Nona Roseanne diizinkan keluar masuk begitu saja. Kami tidak punya hak untuk mengubah aturan itu sampai apartemen itu pindah kepemilikan pada anda.” Meskipun marah, tapi Christopher sadar kalau ucapan pengelola gedung tersebut ada benarnya. Dia mendengus. “Setelah itu apa Rossy datang lagi?” selidiknya lagi. “Tidak, sir. Itu adalah kali terakhir dia datang. Bahkan sampai detik ini pun dia belum datang lagi.” “Bagus. Mulai sekarang kau harus melaporkan siapa pun yang keluar-masuk apartemen ini padaku. Bahkan meskipun Jonathan Tan sendiri yang datang. Kau dengar aku?” “Tentu saja, sir.” Dari tindakan spontannya, Christopher mendapat satu clue. Dan karena itu juga setelah ini dia langsung bertekad untuk menemui Roseanne. Dia akan menginterogasi perempuan itu sendiri. Bahkan kalau memang benar tas Chrystal ada padanya, maka Christopher akan mengambilnya dengan segera. Tidak boleh ada barang istrinya, terutama tas, yang berada di luar jangkauannya. Dia harus memiliki semuanya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD