CHAPTER 2

1456 Words
Happy Reading & Enjoy All *** “Kenapa kau terus mengekoriku?!” gerutu Chrystal karena Christopher terus mengikutinya. Dia memutuskan jogging dan Christopher mengikutinya. Bahkan sekarang dia memasuki sebuah cafe kecil untuk sarapan pun Christopher masih mengikutinya. Dia melotot ke arah Christopher untuk menunjukkan betapa jengkelnya dia diekori seperti ini. “Kalau kau menganggap aku mengekorimu, apakah pengunjung yang di sana juga mengekorimu?” Christopher membela dirinya dengan menunjuk salah satu pelanggan yang juga baru masuk. Dia mengangkat bahunya dengan cuek. “Mereka kemari untuk sarapan. Begitu juga dengan aku dan kau.” tambah pria itu dengan santai yang membuat Chrystal melongo tak percaya. Hampir saja Chrystal membenarkan perkataan Christopher, tapi kemudian dia menggeleng keras. Dia tidak boleh dimanipulasi oleh pria itu. Jelas-jelas pria itu mengekorinya, tapi berdalih tidak seperti itu. Mengabaikan Christopher, Chrystal memilih tempat yang cukup nyaman untuk didudukinya hari ini. Dan dia lagi-lagi melotot saat Christopher kembali mengikutinya. Dia mendengus. “Lihatlah! Apa ini yang dinamakan tidak mengekoriku? Kau jelas-jelas mengikutiku, bahkan sampai ke tempat duduk.” gerutu Chrystal karena jengkel. “Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku, Christ? Menjauhlah dariku.” tambah Chrystal dengan nada muaknya. Dia risih dengan keberadaan Christopher di sekelilingnya. Setelah terbiasa hidup tanpa pria itu dan sekarang dia mengekorinya seperti anak kucing--rasanya sangat aneh. Benar-benar aneh, batinnya dengan tidak nyaman. Baik Christopher atau orang lain pasti akan mengira kalau Chrystal sangat kekanakan. Memangnya, apa salahnya berbagi tempat duduk? Itu bukan sesuatu yang pantas untuk diperdebatkan sampai seperti itu –setidaknya itulah yang dipikirkan orang-orang. Tapi bagi Chrystal, ini adalah hal yang sangat normal untuk dilakukan olehnya. Dia hanya tidak mau terbiasa dengan kehadiran pria itu di saat dia tahu kalau apa yang dilakukan Christopher sekarang tidak pernah benar-benar tulus. Pria yang katanya adalah suaminya itu sedang memanfaatkannya. Akhirnya? Tentu saja dia akan kecewa. Lagi dan lagi. Dia yakin sekali. “Kau istriku, Chrys, lalu salahnya di mana? Dengan duduk bersama, kita bisa menghemat satu meja untuk satu orang yang benar-benar membutuhkan.” Christopher masih berusaha berkilah. Chrystal melengos. Dia tidak akan terpengaruh, pikir Chrystal. Setelah pertengkaran kemarin, Chrystal sangat tahu kenapa Christopher bersikap seperti itu. “Lebih baik sekarang kita sarapan dan kembali ke apartemen secepatnya.” kata Christopher setelah sarapan mereka berdua datang. Dan mengabaikan Christopher, Chrystal langsung memakan supnya dengan cepat. Dia panas setelah jogging dan semakin panas karena kelakuan Christopher. Dia harus segera kembali ke apartemen dan mendekam di kamar sampai pria itu lelah dan pergi. Sepertinya beberapa hari ini dia perlu delivery makanan saja selama duapuluh empat jam penuh, pikirnya setelah mempertimbangkannya matang-matang rencana untuk terlepas dari manipulasi Christopher Wang. “Nenek menelpon. Ralat, dia melakukan panggilan video.” kata Christopher beberapa saat kemudian. Mendengar itu, Chrystal langsung mendongak dan menatap Christopher serta ponselnya secara bergantian. Keningnya berkerut. Dan kerutannya semakin dalam saat menyadari kalau Christopher langsung mengatur posisinya agar lebih dekat dengan Chrystal sebelum mengangkat panggilan itu. Dan di detik Christopher melakukan itu, detik itu juga Chrystal paham kenapa Christopher mengekorinya terus sepanjang pagi ini. Pasti karena dia sudah tahu kalau Nenek akan menelpon dan mereka harus bersandiwara. Selalu seperti ini, batinnya dengan terluka. “Hai, Nenek...” sapa Christopher setelah menerima panggilan video itu. Wajah tua neneknya langsung memenuhi layar screen-nya. “Christ, di mana Chrystal? Nenek merindukannya.” Dan secara cepat Christopher langsung memindahkan kamera agar merekam sosok Chrystal yang sedang makan dengan lesu. Melihat itu, wajah tua sang nenek langsung segar. Sebuah senyuman terpatri dengan tulusnya. Neneknya selalu seperti ini kalau berhadapan dengan Chrystal, padahal cucunya yang sebenarnya adalah Christopher. Neneknya memang selalu sesayang ini pada cucu menantunya. Menyadari itu, Chrystal langsung mengatur wajahnya agar tersenyum bahagia. Dia tidak mungkin menampilkan ekspresi terluka meski sekarang hatinya sedang diiris secara langsung oleh pria yang katanya adalah suaminya. Dan inilah penyebab dia tidak suka Christopher yang berada di sisinya. Dia selalu bersandiwara dan penuh tipuan demi menyenangkan orang lain? Sedangkan kesenangannya? Christopher bahkan tidak mempedulikannya sama sekali. “Nenek apa kabar? Bagaimana keadaanmu, Nek?” sapa Chrystal dengan sopan. Dan tentunya dengan senyum lebar yang menipu. Di seberang sana sang nenek tersenyum semakin lebar. “Nenek tidak baik-baik saja, Chrys. Nenek sakit. Beginilah derita menjadi orang tua. Tapi Nenek senang karena bisa melihat kau lagi, Nak.” Chrystal tersenyum. Kali ini senyumnya terlihat lebih tulus. “Bagaimana keadaanmu, nak? Kapan kau akan kembali ke Indonesia? Nenek merindukanmu.” Ditanyai seperti itu, senyum Chrystal perlahan memudar. Dia pun tidak tahu jawaban dari pertanyaan sang nenek. Keadaannya meragukan dan kapan waktu pulangnya pun tidak pasti. Sepertinya tidak ada hal yang benar-benar pasti dalam hidupnya. “Aku baik-baik saja. Dan masalah kapan aku akan kembali, itu—” Dan secara tiba Christopher merangkul bahunya. Seluruh ucapannya terhenti yang kemudian dipotong dengan cepat oleh Christopher. “Chrystal akan segera kembali, Nenek. Bersabarlah dan jaga kesehatanmu. Sebentar lagi kalian pasti bisa bertemu dan melepas rindu.” Chrystal menatap Christopher dengan hampa. Seandainya saja semua ini bukanlah sandiwara maka Chrystal pasti akan terbang ke Indonesia detik ini juga. Dia selalu bisa melakukan apa pun untuk pria itu, tapi sayangnya Christopher tidak pernah bisa melakukan banyak hal untuknya. Bahkan yang lebih parah adalah pria itu tidak pernah bisa melihatnya. Pria itu hanya bisa menorehkan luka yang tak terkira pada hatinya yang rapuh. “Benarkah, Chrystal? Kalau begitu kapan kau akan kembali, Nak? Nenek benar-benar sudah tidak sabar.” Mengabaikan Christopher yang masih tersenyum palsu, Chrystal kembali menatap ke layar ponsel pria itu. Dengan senyum ragu dia berujar, “Kapan Nenek menginginkan aku pulang?” “Secepatnya.” Jawaban cepat Nenek Christopher membuat Chrystal yakin kalau semua itu memang berasal dari dalam hatinya. Sang Nenek begitu merindukannya sampai menantikan kepulangannya. Dan Chrystal pun sama-sama merindukan sang nenek. Dia ingat sekali kalau nenek-lah yang membuat dirinya dan Christopher bersatu dalam sebuah biduk rumah tangga. Yang meskipun semuanya berantakan, tapi Chrystal tetap mensyukurinya dengan bodohnya. “Cepatlah pulang, Chrys. Nenek merasa kalau waktu Nenek tidak akan lama lagi. Kita harus berbicara.” Mata Chrystal langsung berkaca-kaca. “Kenapa Nenek berkata seperti itu? Kau akan berusia panjang sampai cicit-cicitmu dewasa.” kata Chrystal dengan hampa karena dia tidak tahu siapa yang akan melahirkan anak Christopher. Perceraiannya sudah ditetapkan dan sudah jelas kalau orang itu bukanlah dirinya. Dan bodohnya lagi, dia masih terluka dengan fakta yang terpampang nyata itu. “Nenek ingin, tapi takdir tidak ada yang tahu, bukan? Sekarang Nenek hanya ingin kau kembali dan memulai kembali pernikahan kalian yang aneh.” Chrystal juga ingin membenahi rumah tangganya yang kacau, tapi sayangnya Christopher tidak. Dan semuanya akan sulit kalau kedua belah pihak tidak bisa bekerja sama. “Nenek, berhenti berkata yang aneh-aneh. Semua akan baik-baik saja dan Nenek akan sembuh. Fokus pada pengobatan yang saat ini Nenek lakukan, okay?” Christopher menyela karena tidak suka sang nenek yang sudah membahas-bahas usia dan kematian. “Jadi kapan kamu akan pulang, Chrys?” Dan Christopher tahu kalau panggilan yang serupa itu bukanlah untuknya, tapi untuk Chrystal. Perkataannya diabaikan dan sang nenek malah fokus pada perempuan yang berstatus istrinya itu. Neneknya memang selalu begitu. Dia terlalu mencintai Chrystal sampai dia bingung apa kelebihan Chrystal sampai membuat neneknya begitu menyayangi perempuan itu. Christopher menatap Chrystal dalam-dalam yang saat ini sedang mempertimbangkan banyak hal. Dan setelah mantap, barulah perempuan itu mendongak dan menatap sang nenek dengan serius. “Secepatnya.” Dan d**a Christopher langsung berdesir mendengar keputusan itu. Chrystal selalu mampu membuatnya takjub. Lalu kenapa kau tidak bisa mencintai perempuan itu? benak terdalamnya berujar lirih. Mengabaikan pikiran anehnya, dia kembali menatap sang istri yang menatap neneknya dengan serius. “Benarkah? Kalau begitu Nenek akan menunggunya, Chrys. Langsung kunjungi Nenek setelah kamu ada di Indonesia, nak.” Chrystal mengangguk dengan hati yang berantakan. Dia jelas tahu kalau kembali ke Indonesia jelas bukan pilihan yang baik untuk dirinya dan kesehatan mentalnya. Dia akan terluka lagi. Panggilan itu diakhiri dan suasana canggung langsung terbentang. Dengan mata yang agak berkaca-kaca dia memalingkan tatapannya ke sembarang arah. Christopher sialan! Umpatnya keras-keras dalam hatinya. Pria itu selalu tahu titik lemahnya dan memanfaatkannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak tahukah dia sudah sehancur apa Chrystal sekarang ini? “Jadi kapan kita akan pulang ke Indonesia?” Chrystal menatap Christopher dengan jengkel. “Kau pasti sengaja kan membuat aku dilanda rasa bersalah untuk kemudian menyetujui semuanya? Betapa tidak bermoralnya dirimu, Christopher Wang.” kata Chrystal dengan suara mengejek. “Anggap saja aku memang melakukannya, tapi kau selalu punya hak untuk menolak. Tapi kau tidak menolaknya kan? Itu artinya, kau tidak sejahat itu sampai mengabaikan Nenek meski kau begitu membenci diriku.” Aku memang tidak pernah sejahat itu, Christ, tapi kau yang tidak pernah menyadarinya, batin Chrystal dengan hampa. “Aku tidak akan pernah memberikan kau anak. Camkan itu!” katanya dengan jengkel. “Kita pulang dulu. Selebihnya bisa kita urus belakangan.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD