Nesa Aqila Putri

950 Words
Assalamualaikum. Hi, how are you, Part 2 of this story is ready. Happy reading and don't forget to vote and coment. *** Dari kejauhan nampak seorang perempuan berjalan dengan santainya menuju salah satu ruangan kelas di salah satu sekolah hafiz Indonesia. Tidak terlihat memang bagaimana cantik wajahnya, tapi aura cantiknya nampak sekali dari senyum tulus yang terpancar dari matanya. perempuan tersebut sesekali menyapa anka-anak yang melintas dan berpapasan dengannya. Khimar salem yang senada dengan gamisnya menambah aura anggun, ah sungguh sejuk dipandang mata. Tangan kanan gadis itu  memeluk sebuah mushaf berwarna pink sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk mendorong kereta bayi, nampak sekali di dalamnya seorang bayi perempuan dengan hijab pinknya yang lucu terlihat sedang tertidur, pipi cabi bayi tersebut membuat siapapun ingin sekali memegang bahkan rasanya ingin menggigitnya karena nampak seperti bakpau. melihat bagaimana ia terlihat sangat muda pastinya tidak akan ada yang mengira apabila perempuan tersebut adalah ibu muda dari bayi yang sedang tertidur tersebut. Ya, perempuan tersebut baru saja melahirkan kurang lebih enam bulan yang lalu. Matanya yang bulat nampak melihat suatu object yang tengah berlari dari arah berlawananan. "Umi Nesa, sudah datang?" Terdengar teriakan seorang anak perempuan kira-kita usia tujuh tahun yang tadi berlari. Ya nama perempuan muda itu, ah salah seharusnya aku tak menyebut perempuan padanya melihat dia sudah memiliki anak. Lebih tepat aku menyebut wanita itu bernama Nesa, Nesa Aqila Putri lebih tepatnya. Nesa adalah salah satu pengajar di TPQ Darul Haq. Sekolah para calon Hafiz dan Hafizah yang ia dirikan bersama sahabat seperjuangannya di Kairo, jadi selain guru Nesa bisa di bilang adalah Owner-nya. Nesa dan sahabatnya ingin sekali mencerdaskan anak-anak Indonesia dalam bidang agama dan alqur'an. harapannya adalah setiap anak muslim dan muslimah bisa menjadi pengafal Alquran, aaminn. Kerena menurutnya tidak susah sebenarnya untuk setiap anak bisa menjadi hafiz dan hafizah karena yang diperlukan adalah niat dan usaha. Bahkan demi mewujudkan harapannya setiap anak-anak yang masuk TPQ ini tidak ia pungut biaya sama sekali, dan Alhamdulillahnya setiap pengajar yang bergabung di sini juga tidak meminta bayaran sama sekali. Masya Allah semoga makin banyak perempuan-perempuan seperti Nesa dan teman-temannya yang punya niat mulia untuk anak-anak muslimin dan muslimah, aamiin. Nesa tersenyum mendengar salah satu anak didiknya menyambut dirinya, tapi tiba-tiba senyum itu menghilang saat mendengar suara yang sangat familiar menyapa gendang telinganya. "Nesa," "Assalamu'alaikum, Luna, kenapa?" tanya Nesa saat perempuan bernama Luna itu berada di sampingnya. "Wa'alaikumussalam, eh ada Humaira, sayang masuk kelas dulu yaa, kasih tahu teman yang lain untuk segera duduk nanti Umi Nesa akan masuk setelah berbicara sebentar dengan, Bunda." Panggilan untuk semua pengajar di sini adalah ibu, nama mereka memanggil Nesa dan Luna dengan panggilan Umi dan Bunda, padahal mereka tidak meminta sama sekali. "Iya, Bunda Luna, Humaira pergi dulu, assalamu'alaikum." Pamitnya sebelum pergi menuju kelas. "Wa'alaikumussalam." jawab Nesa dan Luna serempak. "Ada apa?" tanya Nesa lagi setelah Humaira pergi. "Nes, kamu mau bawa ke mana Ayra?" Tanya Luna sambil jongkok di samping Ayra yang tertidur, tangannya juga tidak tinggal diam dan mengelus pipi Ayra. "Aku akan mengajaknya ke kelas, di kantor staff lagi sibuk tidak ada yang bisa aku mintai tolong jagain Ayra." "Biar aku saja." usulnya dengan antusias. Luna memang sangat suka dengan anak-anak, niat hatinya ingin segera diberikan momongan tapi apa daya kalau jodoh saja masih ketutup sama masa lalunya yang kelam. "Lho, bukannya kamu akan pergi untuk bertemu orangtuamu?" tanya Nesa heran, karena semlama temannya ini izin mau pergi ke rumah orangtuanya. "Tidak jadi." jawab Luna dengan bertunduk lesu. "Kenapa?" "Aku baru tahu ternyata mereka ingin bertemu denganku karena masalah dengan Ardi kemarin, mereka tidak percaya kalau aku bisa memutuskan pinangan Ardi begitu saja." "Lho, sebentar, bukannya Ardi yang memutuskan pinangan? Kenapa jadi lain cerita?" tanya Nesa dengan muka sedikit syock karena setahu Nesa Ardilah yang memutuskan pinangan itu setelah Luna kembali dari Kairo. "Aku akan cerita nanti, sekarang kamu ke kelas dulu, aku akan jaga Ayra." Dengan perasaan campur aduk Nesa meninggalkan Nesa dan Ayra ke kelas untuk mengajar, semoga saja ia tidak melakukan kesalahan seperti melamun di kelas, karena memikirkan masalah Luna. Aamiin. *** "Jadi?" tanya Nesa to the point, padahal Luna baru saja meletakkan gelas minuman di depan Nesa. "Kamu memang tidak sabaran ya?" Luna dan Nesa memilih istirahat di dalam kantor Nesa sambil makan siang, serta yang paling penting adalah Nesa ingin mengintrogasi Luna, mumpung si kecil Ayra sesang di culik para staff untuk diajak bermain. Perlahan Luna menceritakan apa-apa saja yang terjadi setelah mereka pulang dari Kairo, bahwa Ardi menjadikan Luna kambing hitam atas berpisahnya mereka. Ini semua karena Ardi tidak mau namanya jelek di mata keluarganya. Geram, itu yang saat ini dirasakan oleh Nesa mendengar penuturan Luna, lelaki macam apa Ardi ini menjadikan perempuan lemah sebagai tameng? menurut kalian apa sebutan yang pantas buat lelaki macam Ardi? menurutku ia adalah pengecut. "Lalu kenapa kamu tidak jujur saja?" cecar Nesa, melihat Luna yang seolah diam dengan perlakuan Ardi. "Percuma, sebanyak apapun aku bicara mereka lebih percaya apa yang dikatakan Ardi." ucap Luna sedikit frustasi, matanya tak lagi bisa menampung air matanya, untuk pertama kalinya Nesa melihat Luna menangis setelah perpisahannya dengan Ardi. "Luna, orangtuamu bukankah seharusnya bisa lebih paham siapa dirimu?" "Nes, orang tuaku bahkan tidak menghubungiku setelah putusnya pinangan itu, dan baru kemarin ini mencariku. Aku pikir mereka sudah tahu kebenarannya, tapi nyatanya mereka meminta aku untuk mengakui kesalahan apa yang aku lakukan sampai aku memutuskan pinangan. Bayangkan aku saja tidak tahu aku salah apa, masa suruh ngaku. Bahkan kamu tahu Ardi menyarankan aku untuk mengakui diriku berselingkuh sehingga memutuskan untuk tidak menikah dengan Ardi. Gila kan?" "Astaghfirullah, segitunya Ardi ingin merendahkanmu?" "Iya. Nggak Ardi dan juga mantan suamimu semua sama, lelaki memang mau menang sendiri. Apa? katanya perjodohan bisa membuat bahagia karena orang tua tahu yang terbaik untuk anaknya tapi ini, dua kalia aku melihat perjodohan menghasilakn penderitaan." ucap Luna menggebu, membuat Nesa seketika memegang dadanya yang seperti tertusuk, sangat sakit. "Mas Bian," bisiknya lirih. Tbc See you, Next part. Wassalamualaikum
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD