bc

EL-FATIH

book_age18+
844
FOLLOW
4.4K
READ
sex
badboy
goodgirl
boss
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

El-Fatih tiba-tiba di tarik paksa oleh seseorang ke dalam sebuah Caffe, sosok bertubuh mungil itu tiba-tiba menyodorkan sebuah kotak makan dan memaksanya duduk. Rasanya aneh menerima perhatian dari orang asing, seharusnya El-Fatih bisa mengabaikannya. Tapi entah kenapa gadis di depannya ini mampu membuatnya diam.

• El-Fatih Pratama •

chap-preview
Free preview
01. Morning!
"Morning Ma!" "Mor---kamu nggak punya baju lain?" Tanya Elena, meneliti penampilan Anaknya pagi ini. Kaos putih bergambar yang berlubang dibeberapa bagian, persis gembel. Pikir Elena. El-Fatih memutar bola matanya malas, "Jangan mulai deh, Ma." Ujarnya santai lalu memilih duduk dimeja makan dan menikmati sarapannya. Elena melotot kesal, kedua tangannya tersilang didada. "Don't ever roll your eyes in front of me, El-Fatih. Kalau kamu lupa---" "Surga ada dibawah telapak kaki Ibu. I know, Ma. Aku udah hafal di luar kepala." El-Fatih mengecup pipi Elena singkat lalu kembali melanjutkan sarapannya, Elena selalu lemah jika berhadapan dengan sikap manis Anaknya. Elena mendengus, belum sempat dia membuka mulut seseorang sudah lebih dulu mengecup pelipisnya. Aby menatap Elena dengan satu alis terangkat, "What's wrong? your face looks like you want to eat someone." "Emang! Aku lagi pengen makan anak kamu tuh." Jawabnya kesal, lalu memilih meninggalkan Ayah dan Anak itu. Aby menggeleng tidak habis pikir, lalu kembali menatap El-Fatih serius. "Kamu bikin ulah apa lagi?" "What do you think about my shirt?" Aby meletakkan kembali cangkir kopinya setelah di teguknya sekali, "Selain baju kamu yang bolong-bolong kayak gembel itu, Papa nggak liat yang lain." El-Fatih mendesah frustasi, "Come on, Pa. Aku nggak segila itu buat bolongin baju sendiri. Fyi, the price of this shirt is almost one million, Pa." "Kamu beli baju mahal-mahal cuma buat kelihatan kayak gembel? seriously? are you really my child, El-Fatih Pratama?" "Should I answer that?" Balasnya kesal. Aby tertawa puas. "Kamu harusnya marahin dia, bukannya malah ketawa." Elena yang baru datang dari arah dapur langsung memberikan peringatan lewat tatapannya. Setelah meletakkan segelas Orange jus didepan El-Fatih, Elena ikut bergabung dimeja makan. "Ini juga lagi dibilangin kok anaknya." diam-diam, Aby mengedipkan sebelah matanya ke arah El-Fatih. "Dengerin kalau Mama kamu ngomong, Mama kamu tuh bukan orang gila yang marah-marah tanpa alasan." "Kenapa jadi nyambung ke orang gila? Kamu ngatain aku gila?" Bentak Elena tidak tahan lagi. Aby langsung gelagapan merutuki dirinya sendiri, "Bu-bukan gitu, Na. Aku nggak bilang kamu gila, maksud aku---" "Udahlah! Kamu sama anakmu itu sama aja.  Nggak usah ngeles, kalian berdua itu nggak ada bedanya." Semprotnya begitu Aby hendak membela diri, Elena kini menatap El-Fatih serius. "Orang lain nggak peduli berapa harga baju kamu, dan mungkin kamu juga nggak peduli dengan penilaian mereka. Tapi, Mama peduli. Mama nggak terima anak yang udah Mama rawat dengan baik malah dikira gembel." Elena menghembuskan napasnya panjang, menatap El-Fatih yang kini tengah menatapnya. "Kecuali kalau price tag-nya nggak kamu lepas dan biarin orang-orang tahu harga baju gembel itu. Mungkin Mama bisa lebih tenang." El-Fatih bangkit dari duduknya, menghampiri Elena dan memeluknya dari belakang. "I promise this for the last time, Ma." *** "Lo duluan deh ke parkiran, gue mau beli pesanan nyokab dulu di Cafe depan." "Oke." Rafa mengangguk singkat, kembali sibuk dengan ponselnya.  Rafansyah Putra, laki-laki itu seharusnya sudah wisuda sejak dua tahun yang lalu, namun kecintaannya pada Game membuatnya harus cuti kuliah karena mengikuti Kompetisi Game Online terbesar di Asia Tenggara. Baru-baru ini dia kembali aktif sebagai Mahasiswa, siapa sangka jika El-Fatih akan mengambil jurusan yang sama dengannya. Sepertinya, dunia memang hanya selebar daun kelor. Cafe yang menjual Pai Apel kesukaan Elena ada di seberang jalan, posisi Cafe yang berada dilingkungan kampus membuat Cafe itu tidak pernah terlihat sepi oleh pengunjung. Harus di akui jika menu yang mereka sajikan tidak pernah mengecewakan, terutama rasa Pai Apelnya yang sudah setahun belakangan ini menjadi favorite-nya Elena. Baru saja sampai didepan Cafe, seseorang sudah lebih menarik tangannya, tubuh mungil itu membawanya masuk ke dalam Cafe. Entah kenapa lidahnya terasa kelu, sampai akhirnya perempuan yang tingginya hanya sebatas dadanya itu menyuruhnya duduk disalah satu kursi. Selama itu pula El-Fatih masih diam, memperhatikan setiap gerak-gerik perempuan itu dengan seksama. Mulai dari kotak makan berwarna biru langit yang tiba-tiba di letakan di depannya, lalu tatapan perempuan itu padanya. "Makan. Ini buat kamu." El-Fatih masih diam, menatapnya lurus. Perempuan itu menoleh ke arah gerbang kampus di seberang jalan lalu kembali menatapnya, "Kamu kuliah disana?" El-Fatih mengangguk meskipun terlihat bingung. "Pasti berat ya?" Dia tersenyum lembut, "Jadi Mahasiswa, pasti berat. Apalagi buat anak rantau yang harus jauh dari orangtua." Lagi-lagi dia tersenyum, sambil menunjuk kotak makan itu dengan dagunya. "Abisin ya, itu aku sendiri yang masak. Belum jago sih, tapi masih bisalah dimakan manusia." Mata El-Fatih melebar, menatap sosok di depannya dan kotak makan bergantian. Seakan menyadari ketakutan lawan bicaranya, perempuan itu tertawa. "Sorry, I'm just kidding." Dia berdehem pelan setelah tawanya mereda. "Abisnya kamu diem aja dari tadi." "Kenapa lo tiba-tiba ngasih gue kotak makan ini?" "Aku pikir, kamu butuh itu. Jangan salah paham, aku hanya ingin berbagi." El-Fatih menatapnya dengan satu alis terangkat, "Berbagi?" Dia mengangguk semangat, "Kamu bukan orang pertama kok yang aku kasih makanan. Aku pikir, nasibku dan mahasiswa perantau itu sama. Sama-sama harus bertahan hidup di kota orang dan jauh dari orang tua." Kerutan di dahinya semakin dalam, El-Fatih sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran perempuan itu. Sampai akhirnya El-Fatih menunduk dan matanya menangkap penyebab semua kesalapahaman ini, El-Fatih mengumpat kesal. Tiba-tiba teringat ucapan Elena tadi pagi. Sialan! El-Fatih buru-buru bangkit dari duduknya, lalu menatap perempuan itu. "Nama lo siapa?" "Niana, Niana Paramesti." El-Fatih mengangguk pelan lalu mengambil kotak makan itu, "Oke, Niana. Thank you for this---" Dia sedikit mengangkat kotak makan itu, "Gue pasti balikin kotak makannya, kalau kita ketemu lagi." Niana tersenyum manis, "See you." 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Noda Masa Lalu

read
184.3K
bc

Mas DokterKu

read
238.9K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
115.4K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook