bc

harmony between love and hate

book_age18+
804
FOLLOW
4.8K
READ
revenge
dominant
manipulative
badboy
goodgirl
drama
Writing Challenge
feminism
Fantasy Romance Ⅱ Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

Dendam yang telah lama dilupakannya kembali timbul menekan setiap debar cinta yang dulu begitu menggebu dan membutakan. Rasa yang nanti akan semakin pudar, atau justru semakin kuat?

Ya, benar cinta dan benci bertarung dalam hatinya. Seolah menunjukkan siapa diantara mereka yang paling dominan. Pemenangnha akan jadi benang pengikat antara empunya dan lelaki yang dahulu hilang lalu datang kembali tanpa diundang.

chap-preview
Free preview
chapter 1
Cahaya pagi yang terasa sejuk di pagi hari. Matahari yang belum terlalu menyengat dan suasana jalan pun yang terasa lebih lenggang. Pagi itu seorang perempuan berjalan memasuki makam. Pohon-pohon yang berdiri dibeberapa sudut membuat suasana makam menjadi hangat dan sejuk. Perempuan itu berjalan melewati makam-makam membawa dua karangan bunga dengan dua anak laki-laki yang memiliki wajah serupa itu berjalan di depannya. Langkah mereka semakin memasuki makam, melewati deretan makam lainnya dan berhenti di sebuah pohon yang teduh. Dua anak lelakinya mengambil karangan bunga dari tangan ibu mereka dan menaruhnya pada dua makam di hadapan mereka. “grandpa, grandma. Alvi dan Vendra datang lagi. Alvi, Vendra dan Mommy baik-baik aja.” ucap anak lelaki itu. Wanita di belakangnya membelai lembut puncak kepala kedua putranya dan mengecupnya dengan sayang. Lovita itu menatap dua makam kedua orang tuanya yang sudah meninggalkannya. Dia pernah hampir hancur. Dia hampir membunuh dirinya dan juga kedua malaikatnya. Karena merasa sendiri dan tidak ada siapa pun yang menguatkannya. Rasa sedih itu bercampur. Tapi untungnya dia bisa bangkit dari keterpurukan itu dan kedua malaikatnya pun tumbuh dengan sempurna.   Walau terasa sulit dan berat, ia harus tetap menahan rasa sedihnya dan kehilangannya demi kedua putranya. Namun, semua pengorbanannya membuahkan kebahagiaan. Dia memiliki dua putra kembar yang seperti malaikat penjaga untuknya. Mereka selalu memperhatikannya disetiap dia bekerja tanpa henti dan menyuruhnya untuk beristirahat. Mereka  juga kekuatannya untuk menghadapi setiap cobaan yang harus Lovita hadapi. Ada banyak cerita yang tidak bisa ia bagi, bahkan kehadiran putranya pun bagian dari masalalunya. Cerita yang ingin dia tutup dan hanya ada kisah dia dan putra-putranya.     Beberapa saat mereka berdiri disana. Lovita menyempatkan diri berdoa untuk kedua orang tuanya dan mengajak kedua putranya kembali. Kedua anak kembar itu saling bergandengan dan berjalan keluar makam. Sebenarnya  dia harus menghadiri sebuah interview hari ini. Dia melamar pekerjaan untuk menjadi asisten desainer disebuah butik.   Lovita melihat jam tangannya dan tidak ada waktu untuk mengantar anak-anak pulang ke rumah. Dia memilih untuk membawa kedua putranya ke tempatnya interview. Tentunya dia memberitahu pada kedua putranya itu dan meminta mereka untuk tidak mengganggunya selama ia interview. Pekerjaan ini ada di Jakarta barat sementara dia tinggal disekitaran Jakarta pusat. Tidak terlalu jauh dan kendaraan yang sangat mudah. Nama butik itu adalah Flower Butik, cukup terkenal di Jakarta. Ditambah dengan pelayanan dan pemilik butik yang sepertinya sangat ramah.   Lovita menghentikan sebuah taksi dan membantu Alvi dan Vendra menaiki mobil dan disusul olehnya. Kedua putranya terlihat asyik bermain atau membicarakan apapun yang mereka lihat. Film-film kartun yang baru mereka tonton, permainan yang baru di tab mereka atau membicarakan robot atau mobil-mobilan terbaru. Lovita tersenyum melihat keduanya. Alvi terlihat cuek, tapi dia tahu putranya itu sangat senang setiap kali mereka memiliki waktu bersama. Sedangkan Vendra sangat semangat dengan ekspresi yang sangat ceria. Kedua putranya ini memang mirip, tapi memiliki ekpresi yang berbeda. Mungkin untuk orang yang tidak terbiasa akan bingung setiap melihat mereka. Apalagi Lovita sangat senang saat kedua putranya memakai baju yang sama. Tapi untuknya sangat mudah untuk menebak keduanya. Alvi memiliki tatapan seakan tidak peduli dengan apa pun. Sedangkan Vendra sangat bersemangat dengan apa pun. Lovita hanya memperhatikan keduanya dan tersenyum setiap kali kedua putra kembarnya itu menceritakan film atau permainan yang tidak dia mengerti. ****     Sesampai di tempat tujuan Lovita segera turun dari taksi bersama kedua putranya dan memasuki toko yang bertuliskan Flower boutique. Dia berjalan ke resepsionis dan menanyakan ibu Acela yang memintanya untuk datang hari ini. Sebelumnya Lovita sudah datang untuk melakukan interview, sampai akhirnya kemarin dari pihak kantor menghubunginya dan memintanya untuk datang hari ini. Dan hari ini adalah hari kepergian ayahnya, jadi harus bangun lebih pagi bersama kedua putranya dan mengajaknya ke makam kakek dan nenek mereka. Resepsionis itu mengatakan agar ia langsung naik kelantai dua. Lovita pun tersenyum dan berterima kasih. Sebelum naik ke lantai atas, ia mendekati putranya dan berbicara pada keduanya. “Mommy harus ke dalam sebentar. Jangan kemana-mana dan tunggu Mommy disini, mengerti?” ucap Lovita pada kedua putranya. Kedua putranya itu pun menganggukkan kepala bersamaan. “Mengerti Mommy,” ucap keduanya bersamaan dengan mata tenang yang sungguh menggemaskan. Lovita mencium pipi Alvi dan Vendra sebelum meninggalkan keduanya. Dia pun meninggalkan keduanya dan menaiki lantai atas dan bertemu dengan wanita bernama Acela.   *****     Hampir satu jam Lovita meninggalkan Alvi dan Vendra. Ia menuruni tangga dengan seorang wanita. Lovita tersenyum saat mendengarkan ucapan wanita itu. Dia tidaak berhenti memuji setiap desain yang Lovita buat. Perempuan itu sangat menyukai desain gaun yang di buatnya. Simple, menarik dan sangat pas untuk perempuan zaman sekarang.  Lovita hanya tersenyum dengan pujian wanita itu. Dia memang tahu pemilik butik ini terkenal ramah. Tidak pernah ada ucapan atau gossip yang menyebalkan tentang pemilik butik ini. Dan sekarang terbukti betapa menyenangkannya wanita ini.   Lovita melihat Alvi dan Vendra yang menuruni sofa ruang tunggu dan berlari kearahnya. Lovita menyambut keduanya kedalam pelukan. Lovita melirik sofa dan melihat satu kotak puzzle yang sedang mereka kerjakan. Mereka memang selalu membawa beberapa mainan setiap kali mengikuti Lovita.Dia tidak pernah melarangnya, asal mereka bisa tenang dan tidak pergi kemana-mana.   Acela seakan terpana dengan dua anak laki-laki yang berjalan mendekati Lovita. Perempuan itu pun mendekati kedua putra Lovita dan menundukkan tubuhnya agar lebih mudah berbicara dengan mereka. “Siapa dua lelaki tampan ini?” tanya wanita yang kini sedang menunduk dihadapan Alvi dan Vendra. Dia sangat terpikat dengan dua anak lelaki yang tampan ini. Keduanya terlihat sangat manis dan ramah. Acela mengulurkan tangannya yang langsung di balas Alvi dan Vendra. “Aku Alveandra Ferdinan.” ucap Alvi. ” Aku Alvendra Ferdinan.” lanjut Vendra. Acela semakin menyukai kedua putra Lovita ini. Mereka sangat berani dihadapan orang dan terlihat sangat sopan. Tidak mudah untuk membuat seorang berkepribadian seperti.  Acela mengulurkan tangannya dan membelai keduanya anak kembar Lovita. Dia sering membayangkan memiliki anak-anak yang lucu seperti Alvi dan Vendra. Pernikahannya akan berlangsung beberapa bulan lagi dan dia sangat berharap akan memiliki anak kembar yang sangat manis seperti mereka. “Aku Acela, aku harap kita bisa berteman,” ucap Acela. Kedua anak laki-laki itu menoleh pada Lovita dan kembali menatapnya. Secara bersamaan mereka mereka menganggukkan kepala.             “Aku sangat suka dengan kalian, kalian sangat tampan dan pintar,” ucap Acela lagi.  “Terima kasih, kata mommy kami memang anak lelaki tertampan.” jawab Alvi. ”Tapi aku lebih tampan darinya,” balas Vendra, membuat Acela dan beberapa karyawan di boutique itu tertawa. Lovita pun menutup mulut menyembunyikan tawanya. Lalu ia menyuruh kedua putranya itu untuk merapikan mainannya. Alvi dan Vendra pun dengan patuh berjalan pada sofa tempat mereka bermain tadi. Dengan bersamaan mereka merapikan puzzle ke dalam kotak dan memasukkannya ke dalam tas.   Acela mengantar Lovita sampai depan pintu butik, mereka masih berbincang sambil menunggu satpam memanggil taksi untuk Lovita. Setelah satpam datang dengan taksi yang Lovita pesan dia pun pamit dengan Acela “ Baiklah bu…” “Lovita, sudah berapa kali aku katakan, jangan panggil aku ibu. Aku belum terlalu tua,” protes Acela karena Lovita masih memanggilnya ibu. Lovita tertawa pelan karena ucapan Acela. ”Baiklah kakak.” Acela pun tersenyum dan memeluk Lovita dan mencium kedua putranya. Dia melambaikan tangannya pada Lovita dan anak-anak yang sudah menaiki taksi dan pergi dari tokonya. Dia tidak tahu kenapa seperti ada sesuatu yang membuatnya tertarik dengan Lovita. Bukan hanya sekedar gaun yang ia buat. Karena untuk itu dia tidak meragukan sedikit pun. Tapi dia lebih merasa ada sebuah ikatan padanya. Dan ada rasa sedih yang ditutupi wanita itu. Acela menarik napas dan masuk ke dalam butiknya.   ******  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dua Cincin CEO

read
231.5K
bc

Broken

read
6.4K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Rujuk

read
912.5K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook