Prolog

726 Words
Wanita berusia 39 tahun itu menatap sang putra dengan tatapan sendu, kedua tangan nya terlipat di depan d**a, netranya awas mengikuti gerakan cowok yang 10 tahun tinggal berdua bersamanya. Wanita berambut panjang cokelat bersandar di ambang pintu, helaan nafas terdengar prau terkesan berat untuk di hembuskan. Langkah kakinya mulai mendekat dan berhenti tepat di belakang cowok bermata lengkung yang tengah memasukan bajunya ke dalam koper. “Are you okay?” tanya wanita itu kepada anak tunggalnya. Yang ditanyai tak langsung menjawab, bibirnya tertekuk cemberut, dia kesal dengan sang Mommy. Tangan yang sedari tadi sibuk menata baju kini terhenti, sayang seribu sayang cowok itu tidak bisa mengacuhkan wanita yang sudah berkorban banyak untuknya, dia pun akhirnya menoleh menatap wanita cantik dengan hidung mancung tengah berdiri di belakangnya. “I’m not okay, Mom” Cowok yang sedari kecil sudah menyandang julukan perfect smile lips and eyes itu kembali sibuk dengan kegiatannya, meski singkat setidaknya dia sudah menjawab pertanyaan Mommy nya. Tinggal berdua membuat mereka mengerti satu sama lain, ditambah dengan ikatan antara ibu dan anak membuat wanita berlipstik merah darah itu tau kalau anak nya tengah memendam kesal terhadapnya. “Kamu marah sama, Mommy?” tanya wanita itu memastikan meski dia sudah tau jawaban nya akan seperti apa. “Hm” Keheningan menyelimuti mereka berdua hingga getaran ponsel sang Mommy menyela waktu mereka, wanita yang saat ini memakai blazer putih itu segera keluar kamar untuk mengangkat telfon, tak lama dia kembali masuk ke dalam kamar anak nya lagi sembari berucap "Just three years, after that you can come back here and live with Mommy again" Baju terakhir yang dia masukan ke dalam koper mendapat perlakuan tak adil lantaran di banting oleh cowok itu, dia menatap Mommy Ra dengan tatapan kesal yang terlihat jelas, aura badmood khas remaja pada umum nya. "Kenapa Mommy nggak ikut sekalian?” tanya dia “Mom, you know that, I can’t live without you" lanjut si Perfect smile lips and eyes itu sembari menarik resleting koper nya dengan kasar. Wanita ber-blazer putih itu tidak menjawab apapun membuat kekesalan anak nya bertambah. Dia seharusnya tau sememaksa apapun Mommy nya tidak akan pernah mau ikut pergi dengan nya. Jadi, dari pada bertengkar cowok itu lebih memilih untuk diam dan mengikuti permintaan Mommy nya agar dia pindah dari London, meskipun dalam hati dia sama sekali tak berniat untuk pindah. “Come on, we’re late” Mommy nya mengalihkan pembicaraan, cowok itu melirik jam yang ada di dinding, masih banyak waktu tersisa sampai jadwal penerbangan nya nanti. Tapi dia tidak membantah, menyeret kopernya mengikuti suara high heels milik sang Mommy. “Ini, nanti sarapan di mobil aja ya” kata wanita itu sembari menyerahkan kotak berisi sandwich dan s**u di gelas yang tertutup. “Mommy nggak sarapan?” “Later” Cowok bermata lengkung apabila sedang tersenyum itu masuk ke dalam mobil setelah memasukan kopernya ke bagasi, tanpa menunggu waktu lagi wanita yang duduk dibalik kemudi langsung menjalankan kendaraan roda empatnya menuju bandara. Tak ada pembicaraan apapun, si cowok sibuk menyantap sarapan nya sementara sang Mommy sibuk menyetir. Perjalanan dari rumah ke bandara membutuhkan waktu yang cukup lama lantaran kemacetan pagi hari kota London, 1 jam 15 menit kemudian mobil silver itu sudah terparkir rapi. Mereka berdua  turun, dan langsung masuk ke dalam untuk segera melakukan check in. Karena kedatangan mereka 1 jam sebelum penerbangan, tidak khawatir meski antrian check in lumayan panjang, setelah mendapatkan boarding pass cowok ber-coat hitam itu berjalan menuju penitipan bagasi untuk menitipkan koper yang sudah di daftaran olehnya saat check in tadi. Setelah semua proses selesai, anak dan ibu itu berjalan menuju area gate untuk menunggu kapan tiba waktunya  untuk naik pesawat. “Nanti siapa yang bakal jemput aku, Mom?” tanya dia, mendudukan bokongnya. “Your brother” Jawaban sang Mommy membuat cowok itu menoleh “Maksud Mommy Bang--” Pengumuman yang menggema di terminal tempat mereka berdua menunggu, cowok itu harus segera boarding agar tidak ketinggalan, ucapan yang tadi terpotong tidak di lanjut kan. Keduanya berdiri, lantas berpelukan “Jangan nakal, nurut sama Opa dan Oma. Inget, budaya disini sama di Indo berbeda, kamu harus terbiasa” Cowok itu mengangguk, dia memeluk wanita yang akan tinggal terpisah dengan nya selama 3 tahun kedepan. Dia tidak begitu yakin bisa tinggal tanpa Mommy nya, si Perfect smile lips and eyes melepaskan pelukan mereka, netra sipitnya menatap wanita yang mengelus puncak kepala rambunya. “Mommy jaga diri baik-baik disini, jangan lupa istirahat sama minum obatnya.” Wanita cantik itu mengangguk dengan senyum cantik mengembang. “Hati-hati ya sayang.. bye..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD