bc

HELLO, BABY!

book_age18+
66
FOLLOW
1.0K
READ
HE
drama
bxg
brilliant
city
like
intro-logo
Blurb

BLURBTidak ada angin atau pun hujan, Alia Agni Sasmita diterpa fakta yang membuatnya terperosok ke dalam luka yang mendalam. Suaminya, Keenan Hadiwijaya, tertangkap basah tengah berselingkuh di luar kota. Hati Alia hancur. Pernikahan yang sudah dijaganya selama empat tahun belakangan langsung luluh lantak.Niatan untuk bercerai menggumpal di dadanya. Tapi kemudian dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapa tanpa sang suami. Kepercayaan dirinya menyusut hingga membuat perempuan itu rela dimadu.Lika-liku drama dua orang ratu dalam satu istana menyeruak. Kepedihan memenuhi hati Alia setiap kali melihat sang suami lebih peduli pada istri barunya dibandingkan dengan dirinya. Apalagi dengan kondisi perempuan itu yang sedang mengandung anak Keenan. Hati Alia tertekan. Mentalnya berantakan. Perasaannya hancur lebur. Rasa ingin mati sempat memenuhi pikirannya, tapi kewarasannya kembali. Kemudian hati kecilnya memberontak.Pantaskah dia diperlakukan seperti ini?Dulu dia menyia-nyiakan kesempatan untuk bercerai karena hatinya yang lembek. Lalu ketika kesempatan itu muncul lagi, akankah dia mengambilnya atau justru memilih untuk tetap berjuang mendapatkan hati suaminya lagi?Nantikan kisahnya hanya di Innovel.LIZA FAIZA2024

chap-preview
Free preview
PROLOG
Happy Reading ^_^ *** "Lucu banget sih. Namanya siapa, ganteng?" kata Alia pada bayi mungil nan lucu dalam gendongannya. Ini bukan anaknya, melainkan anak adik bungsunya, yaitu Elea. Dia turut berbahagia atas kebahagiaan yang didapat sang adik, tapi anehnya kenapa relung terdalamnya sedikit tersentil? Pada akhirnya momen bahagia ini menjadi sedikit menyayat hatinya sebagai wanita bersuami yang belum dikaruniai momongan. "Belum punya nama, Tante. Mama kemaren lupa nyari nama yang bagus, jadinya sekarang aku belum punya nama." jawab Elea yang menirukan suara anak kecil. Kakak beradik itu tertawa bersamaan. "Kamu nih ada-ada aja sih, dek. Bisa-bisanya lupa buat cari nama anaknya sendiri. Kemaren-kemaren ngapain aja?" tegur Alia dengan nada bercanda. "Sebenernya bukan lupa sih, Kak. Kemaren itu lagi dalam proses, eh si bayi ini malah keluar lebih cepet. Jadinya ya gini deh, namanya belum ready eh dia udah keluar duluan. Sekarang Papanya lagi pusing mikirin namanya." jawab Elea dengan nada bahagia yang tak bisa ditutupi. Jelas sekali kalau dia bahagia meskipun prosesnya agak aneh. "Nggak dulu atau pun sekarang masih sama ya hobinya—yaitu ngeribetin Matteo." Elea menampilkan cengiran tanpa dosanya. "Sayang, pulang yuk?" Ajakan itu berasal dari sosok Keenan yang saat ini sudah ada di belakang sang istri, Alia. Tangan usilnya menoel-noel pipi sang keponakan dengan gemas. Hati Alia pun menghangat menyaksikan interaksi sederhana itu. Meski terlihat dingin dan cuek, tapi Alia tahu sesayang apa sosok Keenan pada anak kecil yang ditemuinya. Astaga, dia ingin sekali punya anak, tapi kenapa Tuhan tidak mengabulkannya beberapa tahun belakangan? Empat tahun sudah Alia dan Keenan menjalani bidak rumah tangga. Dan dalam kurun waktu empat tahun ini, entah sudah berapa banyak doa yang dia panjatkan agar dirinya segera dikaruniai momongan. Usahanya? Tak perlu ditanya lagi. Tuhan pun tahu bagaimana intensnya percintaan umat-Nya ini setiap hari. Tapi nyatanya sampai detik ini doa dan usahanya belum membuahkan hasil. Malah sang adik dan suami, Elea dan Matteo, yang dikarunia anak lebih dulu padahal durasi pernikahan mereka baru menjelang tiga tahun. Tiga tahun yang penuh cobaan, lalu apakah Tuhan merasa cobaannya belum cukup makanya sang adik diberikan momongan terlebih dahulu alih-alih dirinya? Entahlah. Dengan enggan Alia mengembalikan bayi tampan itu kepada ibunya. Pun dengan kekecewaannya, dia telan mentah-mentah agar sang adik tidak merasakannya. Karena bagaimana pun ini bukan salah Elea yang hamil duluan, melainkan memang Tuhan ingin menguji pernikahannya dengan Keenan dulu sebelum diberikan berkah sebesar ini. Dia tidak boleh iri, batinnya mengingatkan. "Kakak pulang dulu ya, Le. Jaga anaknya dengan bener. Inget ya kalo kamu udah jadi ibu." Peringatan itu diterima sang adik dengan kekehan sambil memainkan tangan mungil sang putra. Alia terkekeh sebentar, kemudian berpamitan pulang seperti ajakan sang suami. Sepanjang perjalanan menuju parkiran mobil, Alia menggandeng tangan Keenan. Barang sejengkal pun tak ingin dia lepaskan, seolah-olah Keenan akan langsung pergi begitu dia lengah dan melepaskannya. Tapi meskipun begitu, tidak ada kata yang terucap. Menyadari hal ini, Keenan menegur Alia dengan lembut. "Kenapa sih kok diem terus? Cerita dulu dong." Awalnya Alia enggan memberitahu Keenan. Teguran itu pun dibalas olehnya dengan tatapan penuh kesedihan yang dia pendam sendiri dalam hati. Sampai kemudian dia sadar kalau dirinya tidak harus memendam semua ini seorang diri. Bagaimana pun juga rumah tangga ini dijalani berdua, jadi segala rasa yang ada di d**a harus dibagi berdua juga. "Elea nikahnya baru mau tiga tahunan, tapi udah dikaruniai baby. Sedangkan kita yang udah mau empat tahun pun belum ada hilalnya. Takdir Tuhan kok lucu banget sih?" cerita Alia sambil menghembuskan napasnya dengan miris. "Dan itu bukan terlambat, melainkan karena mereka memang nggak rukun selama setahunan nikah. Kalo rukun ya pasti akan lebih cepet. Terus kita kapan? Padahal kita rukun-rukun aja lho selama ini." tambahnya. Keenan menarik tangannya, kemudian mengubah skinship mereka. Kalau tadi Alia yang menggandeng tangan Keenan, maka kini Keenan lah yang merangkul Alia dengan sayang. Tujuannya hanya satu, yakni menenangkan benak sang istri yang resah karena ada orang yang sudah dikaruniai momongan padahal durasi pernikahannya masih singkat. Tidak seperti mereka yang sudah berusaha keras dalam kurun empat tahun ini dan masih belum membuahkan hasil. "Inget nggak gimana perjalanan cinta kita?" kata Keenan. "Kita dijodohin, cantik. Kita nggak saling cinta awalnya. Dan karena sekarang sudah saling cinta, Tuhan pun pengen kita lebih akrab dulu sebelum dikaruniai momongan." Istilahnya, puas-puasin pacarannya gitu." "Tapi udah empat tahun, Keenan." Alia menepis tangan Keenan dan menghentikan langkahnya. Dia menatap sang suami lekat-lekat. Kekecewaan terpancar jelas di mata wanita yang memasuki usia kepala tiga. "I know. Tapi mungkin Tuhan belum merasa cukup, makanya waktunya lebih diperlama." Alia menghela napas. Sebenarnya keinginan untuk melakukan bayi tabung sempat terbersit di benaknya. Tapi dalam proses itu diperlukan pemeriksaan medis menyeluruh antara dirinya dan Keenan untuk dicari tahu akar masalahnya. Dan inilah yang membuat dia ragu. Dia takut Keenan akan tersinggung dan merasa diremehkan. Dia tidak mau sang suami marah karena hal sepele ini. Pikirannya buntu lagi. Tak ada pilihan lain, Alia pun memajukan tubuhnya dan memeluk Keenan dengan perasaan yang berkecamuk namun mati-matian ditahan olehnya. Selalu—hanya inilah yang bisa dilakukannya kalau pikirannya sudah mentok membahas tentang bayi yang tak kunjung hadir dalam rumah tangga mereka. "Aku sebenernya nggak apa-apa. Tapi aku takut kamu kecewa sama aku. Aku takut kamu ninggalin aku." kata Alia dengan suara lirih. Dan ya, ini adalah kejujuran. Keenan menjauhkan tubuh istrinya untuk melihat kekhawatiran sang istri. Untuk menenangkannya, dia mengusap pipi mulus Alia dengan penuh kesabaran. "Kamu meragukan aku?" kata Keenan. "Coba inget-inget siapa yang bawa kamu ke rumah tangga ini? Aku lho yang ngebet banget pengen nikah sama kamu. Masa setelah semua itu aku malah ninggalin kamu? Kan nggak masuk akal." "Ya gimana lagi. Aku kan takut—" Keenan menggelengkan kepalanya dengan keyakinan penuh. "Jangan takut. Aku bakal selalu di sisi kamu. Aku nggak akan ninggalin kamu." Sorot mata Keenan berubah sedih. "Begitu juga dengan kamu—please, jangan tinggalin aku. Aku nggak tahu caranya hidup tanpa kamu, sayang." "Aku nggak mungkin tinggalin kamu." "Aku juga nggak mungkin tinggalin kamu." Keduanya berpandangan dalam-dalam dan penuh arti. Kemudian setelah keadaan membaik keduanya sama-sama menebar senyum penuh ketulusan. Atau lebih tepatnya adalah keikhlasan. Ya, ikhlas karena pada akhirnya mereka akan stuck di kalimat ini. "Kita sama-sama sampe akhir hayat ya, cantik?" kata Keenan. Alia mengangguk mantap. "Siap, komandan!" *** —Jangan percaya dengan janji manis seorang laki-laki. Bukankah sesuatu yang terlalu manis seringkali meninggalkan jejak getir yang menyedihkan di akhir?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
466.3K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
504.9K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
605.3K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
467.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook