PART 1 - MENYICIL SEBUAH KENIKMATAN

1511 Words
Happy Reading ^_^ *** Alia Agni Sasmita melenggang dengan penuh kepercayaan diri kala memasuki sebuah kantor. Wajar saja, itu adalah kantor suaminya, jadi tidak ada alasan baginya untuk tidak merasa percaya diri. Apalagi dengan orang-orang di sana yang sudah mengenalnya dengan baik dan menyapanya dengan sopan—Alia merasa berada di atas awan. Inilah bukti nyata kalau dia tidak perlu bekerja hanya demi sebuah kehormatan. Cukup menikah dengan Tuan Muda Kaya Raya, lalu menjadi istri royal yang ramah, dan orang-orang akan menghormatinya selayaknya mereka melayani Bos mereka yang sebenarnya. "Bapak ada di dalam?" kata Alia pada Salma—sekretaris suaminya. Salma pun mengangguk dengan ramah. "Ada, Bu. Pak Keenan baru aja selesai meeting dengan klien." "Nggak ada siapa pun kan?" Alia memastikan. Kan tidak lucu kalau dia sudah menggerutu panjang lebar eh ternyata dia menjumpai orang lain ada di ruangan tersebut. Selain membuat malu suaminya, dia pun sudah membuat malu dirinya sendiri. "Aman, Bu." "Ya sudah saya masuk dulu ya. Oh ya, ini ada sedikit cemilan. Dimakan bareng-bareng sama yang lain." kata Alia dengan menyodorkan dua box pizza berukurang besar ke arah Salma. "Siap, Bu. Makasih ya, Bu." Alia mengangguk dan langsung melenggang ke ruangan Keenan dengan gaya anggunnya. Tanpa mengetuk, Alia langsung menerobos masuk. Aksinya yang agak kasar langsung mendapatkan atensi suaminya. Dan selayaknya bos besar, raut wajah Keenan terlihat tidak bersahabat karena kelakuan 'tamunya' yang tidak sopan. Tapi saat matanya menangkap sosok istrinya-lah yang bertamu, raut wajah itu berubah sumringah. Malah dia pun turut menyambut istrinya dengan ekspresi senang yang tidak bisa ditutupi lagi. "Astaga, Alia. Kok nggak bilang-bilang sih kalo mau dateng?" kata Keenan dengan senyum sumringah langsung menghiasi wajah Keenan yang selalu dingin saat di kantor. "Kenapa sih kok ekspresinya gitu? Coba bilang aku salah apalagi sekarang, babe?" kata Keenan sambil menyusul istrinya. Lalu matanya berbinar saat melihat ada lunch bag berukuran sedang di belakang tubuh sang istri. "Ciyeee yang lagi ngambek sama suaminya tapi masih peduli sampe dibawain makan siang. Kok kamu baik banget sih?" kata Keenan dengan tangan yang menggodai dagu sang istri dengan usilnya. Alia mendengus. Sudut bibirnya sudah berkedut, yang artinya, aktingnya sudah diambang pertahanan. "Kalo mau ketawa atau ngomel, lakuin aja. Jangan ditahan-tahan. Diem-diem gitu bukan gaya kamu. Nggak lagi sakit gigi kan, sayang?" ujar Keenan meledek. "Keenan!" Langsung saja Alia menyemprot Keenan dengan suaranya yang agak ngegas. Tapi seperti biasa, Keenan meresponnya dengan cuek. Bahkan karena sudah terbiasa, Keenan malah meladeninya sambil menyuapkan nasi yang dibawa sang istri meskipun dia masih berdiri. Cuek sekali. Antara terlalu antusias pada makanannya atau sudah terlalu biasa dengan sikap random Alia yang suka cari gara-gara. "Apaa? Coba sini bilang sama aku." Tuh kan! Alia mendengus dan akhirnya mendekati Keenan dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Niatnya adalah menggerutu dengan gaya tegasnya. Tapi niatan hanyalah niatan karena ketika dirinya tepat berada di belakang Keenan, yang terjadi malah sebaliknya. Alia memeluk Keenan dari belakang dan menggerutu dengan manjanya. Catat itu baik-baik: menggerutu dengan manjanya bukan menggerutu dengan tegasnya. Sudahlah! Tegas memang bukan gayanya sama sekali. "Kamu kok sering banget sih keluar kota belakangan ini? Mana dadakan banget ngasih tahunya." gerutu Alia. Seperti biasa, Keenan terkekeh. Dia membalikkan tubuhnya lalu memeluk Istrinya yang manja dengan sayang. "Maaf ya, cantik. Aku juga sebenernya pengen segala sesuatunya yang tertata, tapi ya mau gimana lagi? Kamu sendiri kan tahu kerjaan aku kayak mana." Duh, meleleh sudah hatinya. Yah, Alia memang tidak pernah mempermasalahkan sesuatu dengan terlalu serius. Asal sang suami punya penjelasan yang masuk akal, ya sudah masalah selesai di situ. "Kamu di luar kota berapa hari?" "Maksimal seminggu. Paling cepet lima hari." "Tapi tiga hari lagi kita anniversary lho. Kamu tega ninggalin aku pas anniversary-an? Nggak mau anniversary-an sama aku?" Keenan memainkan pelukannya hingga tanpa sadar pria itu sudah duduk di kursinya dan sang istri duduk di atas pangkuannya. Lihai sekali. "Pengen dong. Tapi ya mau gimana lagi? Namanya juga lagi ada kerjaan." Alia meletakkan dagunya ke bahu sang suami dengan manja. "Berarti nanti pas anniversary-an aku bakal sendirian. Dan nggak ada acara juga. Ish, aneh banget anniversary tapi begitu." gerutunya. "Tenang. Nanti pas anniversary, aku bakal kirim bunga sama kue. Biar kamu tetep happy." Alia memukul bahu Keenan dengan gemas. "Dih, nggak seru banget. Masa rencananya dibeberin sih?" Keenan terkekeh sambil memainkan pipi istrinya. "Nanti pas aku pulang, aku bakal turutin semua mau kamu. Gimana tawaran aku? Oke kan buat menebus kesalahan aku yang ninggalin kamu pas anniversary-an?" Sebuah ide jahil terlintas di kepala Alia. "Beneran boleh minta apa aja? Dan beneran juga kamu mau beliin?" Keenan mengangguk. Secara spontan Alia langsung mengambil ponselnya dan menunjukkan sebuah tas limited edition dari sebuah brand terkenal yang harganya lumayan mahal. "Ini boleh?" "Boleh, sayang." "K-Kamu serius?" Alia tergagap karena panik. Dia sengaja menutupi harganya agar Keenan penasaran dan membatalkan rencananya. Tapi siapa sangka responnya setenang ini. Bahkan dia tidak bertanya tentang harga sedikit pun! "Nggak bohong? Nggak mau liat harganya dulu?" Keenan terkekeh sambil menggeleng santai. "Beli aja. Biasanya kamu juga langsung beli-beli aja tanpa kompromi sama aku." "Tapi ini mahal banget. Hampir satu milyar, Keenan!" serunya lagi. Dan jujur, Alia tidak bohong. Milyaran untuk satu tas? Entah dia atau sang suamilah yang gila! "Lima sampai enam tas punya kamu dari merek tersebut juga kalo dijejerin harganya sampe tuh milyaran. Dan apa aku komplain? Kan nggak, cantik." Alia tercengang. Mimpi apa sebenarnya dia sampai dipertemukan dengan pria sebaik Keenan. Sepertinya dia harus banyak-banyak sungkem pada Papanya karena telah menjodohkan dirinya dengan Keenan. Ini mah lebih dari worth it! "Nggak usah bengong yang kaget gitu, babe. Biasanya juga kamu santai aja. Dan aku pun santai aja, jadi nggak perlu bingung. Beli apa yang kamu suka. Aku juga kerja itu buat kamu kok." Duh, makin cinta! Tanpa basa-basi lagi Elea langsung mencium bibir Keenan. Tadinya dia hanya ingin mencium sebentar, tapi Keenan malah dengan usil memperdalam ciuman merek hingga Alia tidak bisa berkutik. Anggap saja sebagai hadiah atas kemurahan hati sang suami. "Karena kamu udah berbaik hati beliin aku tas super mahal, aku pun bakal ngasih kamu tiga permintaan. Dan ya, aku bakal nurutin semuanya." kata Alia dengan suara pelan yang menggoda sekali. "Seriusan? Beneran apa pun boleh, babe?" Alia mengangguk dan Keenan menyeringai. "And then, boleh dong satu permintaannya aku minta untuk dicicil sekarang..." kata Keenan lambat-lambat. Alia sebenarnya tidak menduga apa pun, tapi ketika tangan kanannya yang tadi melingkar di leher Keenan diarahkan ke area tepat di tengah-tengah paha sang suami—mata Alia membulat. "Keenan?" ujarnya dengan suara yang menyerupai bisikan. Keenan menyeringai. "Nyicilnya dari sekarang gimana? Berani atau nggak?" tantang Keenan. Tadinya Elea terkejut sekaligus agak panik, tapi melihat ekspresi suaminya yang bernafsu—jiwa petualang Alia merasa tergugah. "Kamu sudah nantangin orang yang salah, babe." bisik Alia sambil mengelus area sensitif sang suami. Lalu bagaimana reaksi suaminya? Tak usah ditanya lagi. Keenan langsung meremas pinggiran kursinya kala Alia melancarkan serangan yang diinginkan suaminya. "Pinter banget sih..." desah Keenan karena merasa keenakan. Alia tersenyum penuh kebanggaan. "Jelas dong. Istrinya siapa coba?" Alia mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik di telinga sang suami. "Tapi, sayang, kamu tahu kan ada cara yang lebih enak dari sekedar pakai tangan?" balas Keenan untuk mencoba peruntungannya lagi. Siapa tahu berhasil. Perkara situasi dan kondisi bisa diatur yang penting apa yang menjadi tujuannya tercapai. "Pakai mulut?" jawab Alia secara gamblang. Keenan mengangguk cepat di tempat duduknya. Hal ini tentu saja karena ulah tangan Alia yang semakin nakal. Kaitan ikat pinggang Keenan sudah terbuka, pun dengan risletingnya sudah turun. Kejantanan sang suami ada di genggaman tangannya dengan mudah. "Pakai mulut dan aku keluarin di mulut kamu. Berani?" Lagi, Alia merasa tertantang sehingga dia bergegas turun dari pangkuan suaminya. Dia menyeringai melihat ekspresi suaminya yang begitu mendamba. Tangannya merambat dengan nakal dari d**a menuju tengah-tengah paha suaminya. Matanya pun terpaku pada milik suaminya yang sudah mengembang besar dan panjang tersebut. Selama ini Alia selalu kewalahan saat benda itu masuk ke inti tubuhnya. Tapi hari ini dia yang akan membuat sang suami kewalahan, tekadnya dalam hati. Maka, dengn usilnya Alia berdiri lagi. Dia benar-benar belum melakukan apa pun dalam posisi tersebut. Keenan yang sudah memejamkan mata sambil menanti pun terheran-heran karena tidak merasakan apa pun setelah sekian lama menunggu. Pada akhirnya dia membuka mata dan mengernyit dengan bingung saat melihat sang istri tengah membenahi riasannya terutama di bagian bibir. "Alia?" kata Keenan bak cicitan burung kecil yang tak berdaya. Alia menampilkan cengiran khasnya. "Karena ini konsepnya cicilan, jadi aku cicil segini dulu ya. Sisanya aku lunasin di rumah." "Astaga, kamu—" Keenan menatap sang istri dengan ekspresi memelas. "Tega kamu bikin aku nanggung kayak gini? Alia, aku tegang, babe!" "Nanti malem aku bikin kamu keluar yang paling hot deh!" "Nggak usah nunggu nanti malem, sekarang aja deh!" Keenan hendak meraih Alia, tapi sang istri menghindar dengan lincah. Sialan, pikirnya. "Nanti malem, okay? Aku kasih yang paling the best deh." kata Alia lagi dengan kedua jempol teracung. Keenan pasrah. Dia kalah. Dengan ekspresi lemahnya dia membenahi celananya dan berusaha menyembunyikan benda yang masih sepenuhnya tegang tersebut. Semua ini gara-gara istrinya, batin Keenan dengan pasrah. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD