- 2 -

2772 Words
   "Ran, lelet banget sih? Ayo cepetan udah telat nih." Karin berteriak dari ruang tamu,menunggu Kiran yang masih bersiap-siap untuk berangkat sekolah.    "Sabar kek. Aduhh.. Makalah gue kemanain lagi." dari dalam kamarnya Kiran menjawab. Kiran mengacak-acak laci tempat menaruh bukunya, mencari tugas makalahnya.    Kiran terdiam sejenak, berpikir. Dimana kemarin ia meletakan tugas Makalahnya itu. Jika tidak ketemu bukan hanya dia yang di hukum, tapi juga Klover. Karna itu tugas kelompok. Kiran mengangkat kepalanya, berusaha berpikir keras.    Tepat! Matanya menangkap sebuah kumpulan kertas yang tergabung berbentuk Makalah di atas lemari bajunya yang cukup tinggi. Kiran pun mengambil sebuah bangku plasti untuk menggapai lemari tersebut.    "Ahh gak nyampe!" di atas bangku plastik itu Kiran melompat-lompat, namun tetap saja tidak sampai. "Emang siapa sih yang naro situ?" tanya Kiran bingung.    "Ngapain lagi sih?" mendengar suara Kiran yang gerasak gerusuk, Karin pun masuk ke dalam kamarnya lagi.    Kiran menengok pada Karin yang masuk ke kamar lagi. Lalu Kiran langsung menatap Karin penuh tanya.    "Lo yang naro ya?" Kiran menunjuk Makalah yang ada di atas lemari tersebut.    Karin mengangguk dengan ekspresi datar.    "Aaahh!! Karin ribet, ambilin nggak? Lagi ngapain sih lo taro situ?" omel Kiran kesal.    "Abis lon aronya asal di kasur gue, gue lempar aja. Gak bisa ahh. Itu kan tinggi."    "Yaudah lo naek ke bangku terus gendong gue. Cepetan!" karena merasa bersalah Karin pun menurutinya.    Karin naik ke atas bangku tersebut. Lalu dengan sigap Karin mengangkat tubuh mungil Kiran. Tangan Kiran menggapai Makalah tersebut.    Happ.. Akhirnya tangan Kiran menyentuh masalah tersebut. Kiran pun dengan segera mengambilnya.    "Yess bisa, Rin." Kiran memberitahu Karin bahwa Makalahnya sudah bisa di ambil.    "Gue gak..."     Brukk.. Belum selesai Karin berbicara, kursi plastik itu sudah goyang dan miring. Sontak Karin dan Kiran pun jatuh kelantai. Kiran menindih tubuh Karin. Kepala Karin sedikit terbentur lantai.    "Aww kepala gue.." Karin meringis kesakitan memegangi kepalanya.    "Aduh pinggang gue.." Kiran ikut meringis karena pinggangnya kesakitan.    Tanpa di sadari keduanya ternyata sudah jam setengah tujuh. Saat melihat kearah keduanya pun langsung terlonjak dan bangkit. Sakit yang tadi di rasakannya seakan hilang.    "Ayo cepet." Kiran kini berjalan duluan meninggalkan Karin. Karin pun mengikutinya.   ***      "Aaaa Ilham..Tadi pinggang gue sakit tau jatoh dari bangku gara-gara nyari ini Makalah." dari ambang pintu kelasnya Kiran sudah berteriak, mengeluh tentang kesakitannya.    Anak-anak di kelas sudah tidak aneh lagi dengan tingkah laku Kiran. Mereka semua sudah tau bagaimana itu Klover. Kiran pun berjalan menuju tempat duduknya.    "Terus? Makalahnya gapapa kan?" Ilham merebut tugas Makalahnya dari tangan Kiran.    "Yeee.. orangmah tanyain gue nya kek! Ehh hari ini gue duduk sama Ilham nih?" Kiran terlihat bingung saat Sayna sudah duduk dengan Arbis.    "Iya, nanti ulangan Biologi. Kalo gue duduk sama lo ancur nilai gue." saut Arbis santai.    "Lah kesannya gue b**o banget gitu? Kiran pun terduduk di sebelah Ilham. Kiran ikut menengok ke bangku belakang menghadap Arbis dan Sayna.    "Emang!"dengan kompak Ilham, Sayna, dan Arbis menjawab.   ***      Suasana kelas itutampak hening, hanya terdengar suara guru yang berteriak lantang memenuhi seluruh sudut kelas. Semua murid tampak memperhatikannya dengan serius.    Sama hal nya dengan Karin yang selalu serius dengan pelajaran. Matanya sama sekali tak lepas pandang dari guru yang menjelaskan mata pelajaran kimia itu.    "Sesuai yang kemarin saya bilang, bahwa hari ini akan ada kelompok dari kelas lain yang presentasi di kelas ini. Nanti kalian pun akan seperti itu." suara guru yang biasa di sapa Pak Santo itu menjelaskan.    Karin mengangkat tangannya, seraya akan ada yang di sampaikan. Mata Pak Santo pun mengarah pada Karina yang mengangkat tangan.    "Ada apa, Karina?" tanya Pak Santo.    "Ijin ke toilet, pak."   ***      Setelah dari toilet Karin pun kembali ke kelasnya. Saat sampai di kelasnya ternyata sudah ada satu kelompok dari kelas lain sedang mempresentasikan tugasnya. Wajah-wajah yang berdiri di depan kelas itu sama sekali tidak ada yang di kenal Karin. Terlebih Karin tidak mau mengenal orang yang menurutnya tidak terlalu penting.    Karin pun kembali ke tempat duduknya, memperhatikan presentasi kelompok kelas sebelah itu. Mata Karin kini mengarah pada satu orang yang sedang menjelaskannya dengan gaya bicaranya. Terdengar cukup jelas dan terlihat bahwa ia memang pintar. Dari caranya berbicara dan menjelaskan.    Karin tersenyum memperhatikannya. Terlihat dia sangat sempurna untuk jika di bandingkan dengan laki-laki yang berada di sekolah ini. Wajah nya cukup tampan, penampilannya rapi namun tak terkesan culun, serta bicaranya yang menunjukan bahwa dia bukan orang bodoh. Tak henti-hentinya Karin memuji orang itu dalam hati.    Sesi pertanyaan dalam presentasi itupun di buka. Karin yang terkenal aktif dalam pembelajaranpun sudah menyiapkan pertanyaan yang pasti berhubungan dengan tema, tema kali ini adalah bahaya zat kimia.    "Untuk kelengkapan presentasi kami kali ini, kami menyiapkan 2 season untuk pertanyaan. Yang mau bertanya silahkan angkat tangan." moderator kelompok tersebut pun memberi pengarahan. Lelaki yang sedari tadi di perhatikan Karin tampak sedang mendalami materi.    Karin mengangkat tangannya, lalu berdiri. "Nama saya Karina Nasya Mahira. Kita semua tau,sadar atau tidak pasti kita sering memakai produk yang ada bahan kimianya,seperti detergen, obat nyamuk, dan lain sebagainya. Apakah itu berbahaya. Serta pada zat kimia yang terkandung pada rokok, seberapa bahaya kan kandungan zatkimia tersebut." pertanyaan Karin yang cukup panjang dan rumit telah disampaikan. Semua mata pun kini mengarah pada Karin yang memberi pertanyaan begitu kompleks.    Kelompok tersebut sesaat terdiam. Memikirkan tentang jawaban yang akan di berikan pada Karina. Kemudian salah satu dari mereka pun berdiri untuk menjawab pertanyaan itu.    "Ahh dia yangjawab." batin Karin. Ada apa ini? Mengapa ia terlihat begitu senang?    "Baik, pertanyaan Karina akan saya jawab. Tentang zat kimia yang terkandung pada rinso, obat nyamuk, dan lain-lain memang berbahaya. Itu berbahaya jika digunakan pada manusia, jika di salah gunakan lebih spesifiknya. Kita semua tau bahwa detergen untuk mencuci, jika di pakai untuk mencuci tidak akan berbahaya, namun jika kita makan baru berbahaya." lelaki itu tersenyum sambil menjelaskan. Kata-katanya memang masuk akal. Namun belum seluruhnya pertanyaan Karin di jawab. "Tentang rokok, rokok itu sebenarnya sangat berbahaya.Hanya saja masyarakat kita sudah terlanjur akrab dengan zat berbahaya tersebut. Di bungkus rokok sekalipun sudah terdapat peringatan. Bahkan sudah banyak orang meninggal karena rokok." lelaki itu selesai menjelaskan pertanyaan Karin.Namun sepertinya Karin tidak puas. Ia ingin mengundang debat dalam presentasiini.    "Baik, jawaban pertama saya puas. Tapi di jawaban kedua saya ingin memberi komplain, jika dibungkus rokok saja sudah di beritahu, berarti si pelaku usaha juga tau akn bahaya itu, namun mengapa harus di produksi lagi? Serta perokok pun pasti bisa membacanya, mengapa ia masih tetap membeli?"    "Mengapa pabrik rokok masih memproduksi rokok? Karena banyaknya permintaan, sedang para perokok itu, saya tidak bisa berkomentar banyak. Itu tergantung kesadaran masing-masing akan kesehatannya."    Karin mengangguk sambil tersenyum pada lelaki itu pertanda ia puas. Lelaki itu membalasnya, ahh manis sekali. Batin Karin girang. Dia cepat tanggap, tak lama berpikir dalam menjawab pertanyaan bertubi-tubi dari Karin. Entah mengapa rasa kagum kini menyelimuti Karin pada lelaki tersebut.   ***      Kantin SMA Paramitha terlihat tampak ramai. Seluruh meja yang ada di kantin itu sudah terisi penuh. Dengan malas Karin melangkah memasuki kantin. Berjalan menuju satu meja yang terlihat ada empat orang terduduk disana.    Karin berjalan membawa semangkuk mie instan menuju meja dimana ada Klover. Dengan santai Karin pun langsung duduk di sebelah Arbis.    "Haii Karin.." Klover dengan kompak menyapa Karin. Hal aneh yang selalu dilakukan mereka. Batin Karin.    "Haii juga Koper.." balas Karin sambil tersenyum puas. Karin memang lebih sering memanggil Klover itu Koper. Katanya jika L nya di hilangkan pun menjadi Koper..    "Klover, Rin!" sentak Kiran yang berhadapan dengan Karin.    "Suka-suka gue dong!" Karin menyuapi mie instan ke dalam mulutnya.    "Ham, lo udah ngerjian tugas Kimia belom? Yang pake power point?" tanya Arbis padaIlham.    Ilham menggeleng sambil di mulutnya ada bakso yang belum terkunyah. Terlihat gembul sekali anak itu. "Belom! Masa gue doang yang ngerjain sendiri." setelah menelan baksonya Ilham pun menjawab.    "Yeee giliran elo dong, tugas Makalah biologi kan Arbis sama Sayna yang ngerjain. Gue yang nyari bahannya dan ngeprint, nah kali ini elo dong yang ngerjain. Kemarin lo sama sekali gak ngerjain loh!" dengan sewot Kiran menjawab omongan Ilham. Abis keki aja kalo inget sama Makalah itu. Pinggangnya sampe sakit gini. Ehh Ilham gak ngerjain mau dapet nilai, enak banget idupnya. Jadi kesepakatannya Ilham harus ngerjain tugas berikutnya, yaitu tugas kimia.    Sambil sesekalimenyuapi mie instan ke mulutnya, Karin tersenyum sendiri saat Klover sedangmembahas tugas kimia. Pikirannya melayang saat presentasi kelas sebeleh tadi dikelasnya. Lelaki itu benar-benar telah menarik perhatiannya.    "Dih pegel guebikin sendirian." Ilham masih tak ikhlas untuk mengerjakan tugas. Mereka memang sengaja jika ada tugas kelompok maunya berempat terus. Sama saja salingsesat menyesatkan, toh ke empatnya tak ada yang pintar. Meski Sayna masuk kategori lumayanlah. Tapi gak sepintar Karin.    "Oke gue yangngerjain, tapi ditugas biologi nama lo gue hapus!" Kiran mengancam.Matanya yang agak besar terlihat menatap Ilham dengan tajam. Lucu sekali ekspresi Kiran.    "Oke gue yang ngerjain." dengan pasrah akhirnya Ilham mengalah.    "Ehhdenger-denger presentasinya di kelas lain loh." Arbis menatap kesemuanya.Lalu pandangannya beralih ke handphone nya.    "Iya tuh, tadi di kelas gue anak IPA 2 presentasi." dengan semangat Karin ikut pada obrolan mereka. Ya ampun, tapi nama cowok itu siapa ya? Batin Karin bingung. Tadi saat perkenalan kelompoknya Karin kan ijin ke toilet.    "Kelompok siapa yang ke kelas lo?" tanya Sayna sambil memasukan pilus ke dalam mulutnya.    "Gak tau, gak ada yang gue kenal."    "Selain anak kelas lo, siapa sih yang lo kenal." Kiran yang sudah tau bagaimana Karin mencibir. Karin tersenyum simpul.    "Ehh iya, masa nih. Kabarnya, kata orang sih. Gue cuma denger denger doang.." Arbis berbicara banyak kata pengantarnya. Belum juga selesai Ilham langsung memotong.    "Intinya apa,Bis? Gak usah bikin penasaran deh." Ilham terlihat kesal dengan Arbis yang bertele-tele.    "Woles Bree..Katanya nih ya. Regan putus sama Sesil." jelas Arbis akhirnya.    "Serius?" dengan lebaynya Kiran langsung melotot ke Arbis. Suaranya terdengar begitu keras.    "Lebay lo,Ran. Emang Regan siapa sih? Pada heboh banget ngomongin dia." Karin yang sudah habis memakan mie instannya langsung menatap Kiran sinis. Memang lebay sekali Kiran ini.    "Ya ampun, Rin? Lo gak tau Regan? Serius?" Sayna menatap Karin tak percaya.    "Enggak! Emang sepenting apasih manusia bernama Regan itu?" Karin menyaut dengan gayaj uteknya.    Ilham melirikKarin, ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Karin. Dasar gak mau kalah! Batin Ilham.    Dari ambang pintu kantin, terlihat seorang lelaki sedang memperhatikan meja yang di tempat Klover. Matanya menatap tajam pada mereka. Langkahnya yang tadi hentak berjalan melewati kantin menjadi berhenti sejenak untuk memperhatikan para Klover yang sedang bercanda sambil berceloteh ria.    "Siapa dia?" lelaki itu bertanya pada dirinya sendiri. Matanya menatap lurus padasatu arah. Benaknya bertanya-tanya tentang siapa yang sedang di lihatnya.   ***     "Regan!!" Kiran berteriak dengan nyaringnya. Memanggil seorang lelaki yang kini tengah menaiki motornya.    Regan menengok,menatap Kiran yang berlari kecil sambil menarik Karin. Regan tersenyum sejenak melihat tngkah Kiran yang seperti anak kecil.    "Kenapa,Ran?" tanya Regan.    Degg... Jantung Karin seakan berdetak lebih kecang dari biasanya. Detaknya tak beraturan.Pikirannya seketika kacau saat melihat lelaki bernama Regan itu. Kakinya bergetar hebat, tak mampu menopang tubuhnya. Ingin rasanya Karin terjatuh saatitu juga, namun itu ta mungkin.    "Jadi, dia itu Regan?" batin Karin tak percaya. Ternyata Regan adalah orang yangkemarin presentasi di kelasnya.    "Emang lobeneran putus sama Sesil?" tanya Kiran begitu antusias.    Regan mengangguklemah, masih tersirat rasa kesedihan yang di rasakannya, karenabaru putusnyadengan kekasih hatinya itu. "Hm.. Begitulah." Regan mengenduskannafasnya berat. Namun sebisa mungkin ia mencoba tetap tersenyum di hadapanKiran.    "Ohh, sabardeh, Gan!" dengan gaya sok akrab Kiran menepuk pundak Regan. Yaa meskipunmemang mereka sempat akrab, di kelas satu Regan dan Kiran memang sekelas.    Lagi-lagi Reganmenunjukan senyum nya yang begitu memukau. Ahh.. Tepat sekali Karin melihatnya.Hatinya seakan meleleh melihat senyuman Regan. Tak henti-hentinya batinnyamemuji sosok di depannya ini.    "Yaudah, guemasih ada kok." Kiran tersenyum jail pada Regan.    "Haha, ituyang di twitter mau di kemanain." Regan tertawa renyah ketika Kiranmemulai candanya.    "Heh! Kok lotau sih? Wah lo nge-stalk gue yaa?" Kiran terlihat kaget saat Regan mengatakanitu.    "Iseng doangkok, yaudah Ran gue duluan. Mau bareng?" Regan mulai menaiki motornya.Lalu menawari Kiran untuk bareng.    "Enggak deh,gue sama dia nih." Kiran menyenggol sikut Karin seraya menunjukan.    "Ohh yaudah.Kalo jadian PJ nya jangan lupa!" kini gantian, Regan yang tersenyum jail.Kiran hanya membalasnya dengan senyuman malunya.   ***      Matanya begituserius menatap layar televisi bermodel flat yang terdapat di ruang tamuapartemennya. Karin terduduk melipat kakinya, bersila, sambil mendekap sebuahbantal yang terdapat di ruang tamunya itu.    Sesekali iabergidik ngeri, menonton film barat mengerikan itu. Namun sedetikpun Karin takmengalihkan pandangannya dari apapun. Matanya tetap mengarah pada televisi itu.    Dari arah dapurKiran datang dengan membawa sebuah piring berisikan spagethi. Kiran pun dudukdi sebelah Karin. Di letakannya di atas meja piring yang tadi di bawanya, laluia meraih remot tv yang juga terletak di atas meja tersebut.    "Di pindah,gue tabok lo!" ancam Karin seketika melihat Kiran hendak memindahkansaluran.    Kiran menengoksinis pada Karin, ia pun meletakan remot tersebut dengan pasrah lalu mengambilpiringnya dan mulai memakannya. "Sengke lo!" cibir Kiran kesal.    "Bagi,Ran." Karin melirik Kiran yang dengan renyah melahap spagethi yang tadi dibuatnya.    "No way!"Kiran menarik spagethi nya yang mulai di dekati Karin.    "Bapetlo!"    "Bodo. Lo jugabatu!" Kiran menjulurkan lidahnya pada Karin.   When you walk away I count the steps that you take Do you see how much I need you right now!      Suara deringhandphone Kiran terdengar bunyi di kamarnya, tanda ada yang menelponnya. Kiranpun meletakan piringnya lalu berjalan santai menuju kamarnya, dan mencarihandphone nya yang masih berbunyi.    "Halo!"setelah mengusap layar handphone touch screen nya itu Kiran langsungmenyapanya.    "Ran, tadiyang makan sama lo di kantin siapa?" suara dari sebrang sana langsung tothe point bertanya.   "Klover!" saut Kiran singkat.    "Bukan! Itumahgue tau, ada lagi itu."    "Ish siapa?Setau gue cuma Klover." tangan Kiran masih memegang telpon lalu berjalankeluar menuju ruang tamu.    "Ihh adalagi!" orang yang di sebrang sana berusaha mengingatkan Kiran.    "s****n!Spagethi gue di abisin!" Kiran berteriak dengan lantangnya saat ke ruangtamu melihat Karin sedang menghabiskan spagethi miliknya. Karin nyengir kuda,lalu terfokus pada film nya lagi.    "Hah? Spagethi?" orang di sebrang sana terdengar bingung oleh ucapan Kiran.    "Ahh elo sih,Ky! Yaudah besok aja lo jelasin gimana bentuknya orang yg elo maksud tuh!"tuttt.... Kiran langsung mematikan teleponnya karena kesal.   ***      Di dalam kelasnya Klover tampak sedang mengobrol. Kiran yang duduk di atas meja bersama Ilham,sedang Arbis dengan Sayna di bangku. Mereka tertawa dan saling bertukar cerita,bergurau ria.    Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba datang seorang laki-laki berperawakan kurus tinggi, berkulit hitam manis, memliki hidung yang bangir. Lelaki itu langsung nimbrung pada Klover.    "Kiran! Itu yang kemaren siapa?" lelaki itu langsung bertanya pada Kiran. Kiran pun menengok sambil berpikir.    "Yang mana sih gue bingung. Ehh kemaren emang kita di kantin sama siapa? Sama Karin doang kan?" Kiran mengedarkan matanya pada Ilham, Sayna, dan Arbis.    "Iya, emang kenapa sih?" Arbis menyaut, lalu menatap lelaki tadi bingung.    "Nah itu,Karin! Yang agak putih, matanya sipit, kemaren di kuncir satu tinggi, pake ponidepan. Iya bukan?" lelaki tadi langsung antusias dan menjelaskan tentang Karin.    "Iyasih. Emangkenapa, Rizky?" tanya Kiran pada lelaki yang di panggilnya Rizky itu.    "Dia anak mana, Ran?" dengan antusias Rizky langsung bertanya pada Kiran. Rizky menarik bangku asal dan di seret untuk dekat di meja Kiran.    "Aciiee.. Rizky naksir Karin noh." Ilham menggoda sambil menatap Rizky jail.    "Apasih, Ham.Gue kan mau tau gitu!" Rizky terlihat malu saat Ilham mulai menggodanya.    "Haha, Karin mah kembaran gue." Kiran tertawa santai sambil menatap Rizky.    "Kembaran? Serius? Kok gak mirip?" mata Rizky membola, ia terkejut dan langsung antusias.    "Emang kembar harus mirip?"    "Enggak sih, gue bagi nomornya dong, pin bb nya, nama facebooknya, nama twitternya?" Rizky mengeluarkan handphone nya. Langsung menanyakan berbagai kontak Karin.    Klover terkekeh melihat tingkah Rizky. Apalagi Sayna yang cuma senyam-senyum liat lelaki berwajah imut itu begitu antusias. Sedang Ilham dan Arbis saling bertatapan jail menatap Rizky.    Dari ambang pintu terlihat Karin berjalan memasuki kelas Kiran. Karin langsung menghampiri Kiran yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Namun sepertinya urusan kali inibukan dengan Kiran.    "Arbis atau Ilham yang kemaren minjem buku bahasa inggris gue?" dengan gaya cueknya  Karin langsung bertanya seketika muncul di hadapan Klover. Wajah Rizky yang melihat Karin langsung berseri, begitu bahagia.    "Sama gue, tapi kayaknya gue lupa bawa." Arbis menyaut, menggaruk kepalanya bingung.    "Wah minta gue tabok lo, hari ini gue ada pelajarannya!" Karin melotot pada Arbis. Ia terlihat kesal. Sedang Arbis tampak kebingungan karena tak membawa buku Karin.    "Ehh, buku gue ada di loker. Gue udah selesai kok, lo pake buku gue aja. Nanti gue bikin lagi." Rizky menawarkan dengan lembutnya. Karin melirik Rizky, menatap lelaki yang tidak di kenalnya itu.    "Ciee...Usaha, Bis." Ilham menaikan alisnya sebelah, mengajak ngobrol Arbis.    "Lo siapa?" mata Karin memperhatikan Rizky sedetail mungkin, dari ujung rambut hingga kakinya. Perawakan Rizky yang begitu kurus langsung terekam di otak Karin.    "Gue Rizky." Rizky mengulurkan tangannya, ingin berkenalan dengan Karin.    "Yaudah gue pinjem buku lo? Cepetan!" Karin sama sekali tak membalas uluran tanganRizky. Ia langsung meminta buku tugas Rizky.    Rizky pun berjalan keluar,menghampiri lokernya di ikuti Karin. Sama sekali tak tersirat rasa kesal mendapat perlakuan begitu jutek dari Karin. Justru Rizky makin ingin kenal dan mengetahui Karin.   "Hahaha.." Kiran tertawa begitu renyah melihat tingkah Rizkydan Karin. Rizky yang berusaha sok akrab, dan Karin dengan sikapnya yang selaludingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD