Pernikahan Dini

Pernah mendengar cinta diam-diam? Banyak sekali kisah di mana sang wanita yang menyimpan perasaannya pada lelaki pujaan hati. Namun ia tidak pernah berani untuk mengungkapkannya dan memilih untuk memendam perasaan itu untuk dirinya sendiri. Memilih untuk menahan rasa sakitnya dan memendam rasa sendirian yang pada akhirnya hanya bisa ia luapkan melalui sebuah doa yang selalu terpanjat di sepertiga malam. Sesuatu yang diyakini selalu ampuh bagi umat muslim. Semua orang tahu bagaimana akhir dari kisah semacam itu, akhir yang bahagia karena ternyata pihak lelaki juga memiliki perasaan yang sama dengan sang wanita. Keduanya menikah setelah mengetahui perasaan masing-masing di hidup indah sebagai pasangan halal yang sah di mata agama serta hukum. Sama seperti kisah Ali bin Abi Thalib yang memiliki perasaan kepada putri Rasulullah SAW serta sebaliknya. Bahkan syaiton pun tidak mengetahui jika kedua insan tersebut saling memiliki perasaan yang sama. Ingatkan ketika Ali mengetahui jika perempuan yang dicintainya diam-diam ternyata dilamar oleh orang lain? Ia begitu tertohok atas kejadian tersebut. Namun takdir berkata lain, Rasulullah SAW ternyata menolak lamaran tersebut yang pada akhirnya membuat ia membulatkan tekad untuk meminang Fatimah. Takdir Allah sungguh indah untuk kedua insan tersebut, lamarannya ternyata diterima oleh Rasulullah SAW. Namun, apakah hal itu akan berlaku pada kisahku juga? Akankah lelaki yang selama ini selalu kusebut namanya di dalam doa dan sujud terakhirku akan menjadi imam untukku dan keluarga kecil kami nantinya? Apakah lelaki yang selalu kusebut dalam doa adalah sosok Ali bin Abi Thalib yang ternyata juga memendam rasa pada Fatimah Az Zahra? Aku selalu tersenyum ketika mengingat parasnya. Wajah tampan dengan alis tebal, hidung bangir dan bibir yang selalu manis ketika tersenyum. Dia adalah Dika, seorang lelaki yang kini menyandang status sebagai kakakku. Kami bukanlah saudara satu darah. Ibunya telah merawatku sejak kecil setelah kedua orang tuaku meninggalkan dunia. Mereka adalah orang yang sangat berjasa untukku. Dika adalah lelaki yang tampan, memiliki ilmu agama yang kurasa cukup baik, mapan dan kini tengah menjabat sebagai direktur utama di perusahaan keluarga. Selama aku hidup dengannya, aku melihat Dika sebagai seorang kakak yang baik hingga pada akhirnya aku kalah. Tepat ketika aku masuk sekolah menengah atas, aku merasa rasa kagumku pada Dika semakin dalam hingga pada akhirnya aku mulai menyadari jika rasa ini lebih dari sekedar kagum. Ya, kalian benar. Aku mencintainya, mencintai kakakku sendiri. Sungguh bodoh dan memalukan, tetapi bukankah rasa cinta itu adalah fitrah dari Sang Maha Kuasa? Kita tidak bisa mengendalikan dan memilih untuk mencintai siapa pun. Aku percaya dibalik rasa ini Allah telah menyiapkan sesuatu untukku. Aku selalu berdoa, memohon pada Allah di sujud terakhirku untuk menjadikan Dika sebagai imam dan aku makmumnya. Aku yakin jika kisah cintaku nanti akan sama seperti Ali dan Fatimah. Namun detik selanjutnya aku seperti dihempaskan oleh khayalan indahku kembali ke realita. Terkejut karena tiba-tiba ia memperkenalkan wanita lain padaku. Dika telah memutuskan untuk meminang seorang wanita yang adalah sekretaris sekaligus teman masa kuliahnya dulu. Hancur, sedih, kecewa. Itu semua kurasakan setelah mendengarnya. Kukira Dika adalah sosok Ali. Namun, nyatanya lelaki itu bukanlah Ali. Lelaki itu telah memilih pasangan hidupnya. Meski begitu, aku tidak pernah bisa menghapus rasa yang telah terpendam selama bertahun-tahun meski telah kucoba berulang kali. Allah, apa yang harus kulakukan? Bisakah aku merelakannya? Sanggupkah aku melihat ia bersama dengan wanita lain yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya selama di dunia dan mungkin juga di akhirat nanti? Sanggupkah aku menerima takdir yang telah engkau buat ya Allah? Aku tidak pernah meragukan kuasa-Mu, hanya saja aku takut jika hatiku menolak untuk menerimanya. Aku yakin jika semua ketentuan yang telah engkau buat memiliki makna yang bisa aku jadikan pelajaran dalam hidup. Hingga pada akhirnya takdir benar-benar seolah mempermainkan hidupku. Allah memang maha pembolak-balik hati manusia. Akankah aku sanggup menjalani semua ketetapan-Nya atau justru aku malah merusak takdir indah yang telah Allah siapkan untukku?