2

1325 Words
Tok... tok... tok... Suara ketukan pintu terdengar, Lily masih tertidur pulas harus membuka paksa kedua matanya untuk melihat siapa yang datang. Ia berjalan menuju pintu, tubuhnya sudah segar kembali setelah istirahat sebentar. Setelah pintu terbuka, terlihat seorang maid berdiri di depan pintu. "Makan malam sudah siap, Putri," ucap maid tersebut memberitahu. "Ah, ya aku akan segera ke sana. Terima kasih." Lily tersenyum menanggapi dan menutup pintu saat maid tadi sudah pergi. Ia menuju meja rias dan merapikan sedikit tatanan rambut dan wajahnya serta mengganti hot pans yang dikenakannya dengan celana jeans panjang dan memakai cardigan berwarna putih untuk menutupi camisole-nya. Ia berjalan menuju meja makan. Di sana sudah ada ayah, ibu dan Joe yang merupakan Betha di Diamond Moon pack. Lily berjalan mendekat kemudian duduk di kursi yang dekat dengan sang ibu. "Baiklah, karena sudah lengkap, mari kita makan malam," ucap Alpha James memimpin acara makan malam. Semua orang yang ada di meja makan, memakan hidangan yang tersaji dengan diam, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruang makan sampai acara makan malam selesai. "Lily, Ayah ingin membicarakan hal penting mengenaimu, tepatnya tentang masa depanmu dan pack ini," ujar Alpha James pada putrinya. "Apa itu, Ayah?" tanya Lily yang sedikit penasaran. "Tentang pengangkatanmu sebagai pemimpin tunggal pack ini." Lily mengerutkan kening, pernyataan ayahnya membuat gadis itu bingung. "Bukankah seharusnya seorang Alpha laki-laki yang memimpin pack, Ayah? Lagipula aku bukanlah seorang werewolf namun wizard murni, aku tidak yakin dapat memimpin pack dengan baik," tanyanya heran "Hanya kau putri tunggal kami, Sayang, tentu saja kau yang akan memimpin pack ini menggantikan posisi Ayahmu." Kini giliran sang ibu yang bicara "Bersama suamimu nanti," tambah Joe, sedetik kemudian lelaki itu terkikik pelan. Lily hanya mendelik kesal ke arah Joe Hey, apa tadi katanya, suami? Yang benar saja? Usia Lily baru akan menginjak delapan belas tahun dua hari lagi dan Joe sudah membicarakan suami. Ingin rasanya Lily memotong lidah Joe jika saja ia tak ingat tempat dan kedudukannya di mansion. Sedangkan Joe kini hanya terkekeh pelan bersama orang tuanya, meledek gadis itu. "Kapan acara penobatanku sebagai Alpha tunggal disahkan, Ayah?" Lily mencoba mengalihkan pembicaraan. "Dua hari lagi, tepat ketika usiamu menginjak delapan belas tahun, Nak," jawabnya. Lily hanya mengangguk mengerti. Sejujurnya ia sedikit terkejut mendengarnya, Lily sama sekali tidak tertarik menjadi seorang pemimpin yang hanya duduk diam di balik meja besar dan mengandalkan anak buahnya untuk menyelesaikan masalah sementara dirinya disibukkan dengan tumpukan kertas yang tidak akan pernah ada habisnya. Ia mendengkus kesal, jika bukan karena keinginan ibunya maka Lily sedikit enggan untuk kembali pulang ke mansion Diamond Moon pack. Ia lebih menyukai hidup di dunia manusia dan mempelajari ilmu pengobatan di sana. Cita-cita gadis itu memanglah ingin menjadi seorang dokter. Selain itu kehidupan Lily di dunia manusia sangatlah menyenangkan. Setiap hari bertemu dan berbincang dengan banyak orang tanpa mereka harus takut karena perbedaan kasta dan gender. Karena di sini, para maid dan omega pasti tidak akan ada yang berani menyapanya. Lily yang melamun akhirnya menyeret kesadarannya kembali ke dunia nyata ketika ia mendengar suara derit dari kursi yang digeser. Alpha dan Luna berdiri dari duduknya, akan meninggalkan meja makan sebelum akhirnya dihentikan oleh Lily, "Ayah," panggilnya. Sang ayah menoleh ke belakang, memandang putrinya dan menaikkan sebelah alisnya seolah mengatakan "apa?". "Aku ingin pergi ke Golden Moon pack besok jika Ayah mengizinkan," cicit gadis itu "Ada urusan apa kau ingin pergi ke sana?" Joe tiba-riba bertanya. "Aku ingin bertemu Geffrey," Jawab Lily sembari memperlihatkan cengirannya dan langsung dibalas Joe dengan dengkusan napas. Lily tersenyum samar ketika melihat ekspresi Joe yang seolah tidak suka ketika dirinya menyebutkan nama Geffrey. Dasar overprotective, bahkan aku hanya mengatakan nama Geffrey dan dia langsung cemberut, ledek Lily dalam hatinya. "Tentu saja, kami juga akan berkunjung ke sana besok. Sebaiknya kau istirahat di kamar, Sayang!" Emily mengusap rambut putrinya dan mengecup puncak kepala sang anak agak lama. "Ah, ya, selama di sini semua kebutuhanmu akan disiapkan oleh maid pribadi." Emily memanggil salah satu maid yang terlihat masih muda. "Dia adalah Lisa, dan Lisa, ini putriku, Lily." Lily tersenyum pada Lisa dan hanya dibalas anggukan kaku oleh gadis itu. Setelah urusannya di ruang makan selesai, Lily kembali menuju kamar dan merebahkan diri di ranjang empuknya. Ia memainkan jari telunjuk dengan gerakan memutar dan percikan cahaya perak mulai keluar memenuhi langit-langit kamar. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, namun Lily masih enggan menutup matanya. Ia tak bisa tidur. Memutuskan untuk berjalan ke walk in closet dan mengganti cardigan putihnya dengan coat tebal berwarna coklat. Lily mencoba berjalan keluar dari kamar, ingin mencari udara segar, siapa tahu setelah lelah ia akan bisa tertidur. LILY POV "Aku tidak bisa tidur, lebih baik aku jalan-jalan sebentar mencari angin," lirihnya. Ia berdiri, beranjak dari tempat tidurnya. Karena udara malam ini cukup dingin aku memutuskan untuk mengganti cardigan yang kukenakan dengan coat yang tebal berwarna coklat. Aku berjalan santai di lorong mansion pack saat ini. Saat hendak keluar, aku mendengar keributan dari ruang kerja Ayah. Sepertinya sedang ada rapat dengan para petinggi pack. Sepertinya mencuri dengar tidak masalah, batinku sedikit usil, kemudian aku berjalan mengendap ke ruang kerja Ayah agar tidak ketahuan. "Ini akan menjadi pro dan kontra dari berbagai pihak, yang berhak memimpin pack seharusnya seorang Alpha laki-laki bukan perempuan, Alpha. Sudah menjadi tradisi turun-temurun di Diamond Moon pack." Suara seseorang di dalam ruangan terdengar. "Benar, kita harus mencari kandidat lain yang bisa diajukan sebagai calon Alpha berikutnya," imbuh yang lain. "Aku setuju dengan para Elders, mungkin Jonathan lebih pantas mengemban tanggung jawab sebagai Alpha selanjutnya. Jonathan lebih berpengalaman dan tentu saja lebih dewasa jika dibanding dengan Lily," usul Elder lain. "Tapi keturunan Alpha hanyalah Putri Lily, beliaulah yang paling berhak memimpin pack ini setelah jabatan Alpha James habis." Seseorang menolaknya dengan tegas. Aku mengenal suara ini, itu adalah suara Joe. THIRD POV Lily yang sudah tak ingin mendengar semua hal itu bergegas pergi ke luar. Kaki membawa dirinya melangkah menuju tempat latihan para warrior di pack-nya. Ia memejamkan sejenak matanya dan menghirup udara segar supaya lebih tenang, ia lakukan hal itu terus menerus. Hatinya masih ngilu dan marah mendengar pembicaraan tadi. Apa salahnya wanita yang menjadi pemimpin? pikirnya tidak mengerti akan hal itu. Sudah dikatakan dari awal, Lily tidak suka dengan sistem di pack ayahnya karena mereka selalu membandingkan gender. Ia menggumamkan sebuah mantra dan dalam genggamannya sudah muncul sebuah pedang. Mata pedang itu terlihat sangat tajam dan berkilauan di bawah sinar rembulan yang menerpa. Gagang pedang miliknya memiliki ukiran yang terlihat rumit namun indah dan menawan. Lily mulai bergerak, mengayunkan pedangnya ke berbagai arah, menebas angin malam untuk meluapkan amarahnya sejenak. Setelah lebih dari tiga puluh menit memainkan pedang di tangannya, ia memutuskan untuk istirahat di sebuah pohon dan duduk di bawahnya. Kini Lily mulai memainkan sihirnya. Bola api mulai keluar dari telapak tangannya, ia lempar ke berbagai arah dengan sangat cepat dan dalam jumlah yang banyak. Kini gadis itu memejamkan matanya dan angin mulai berembus kencang mengelilingi dirinya, sekarang ia berada di dalam pusaran angin yang ia jadikan tameng. Lily membuka matanya perlahan dan pusaran angin lama-kelamaan mulai menghilang. Aku ingin menguji elemen petirku. Lily membatin, namun ia urungkan niatnya untuk menguji elemen itu karena takut mengganggu yang lain. Lily mendongak, melihat ke arah langit malam yang dipenuhi dengan taburan bintang. Sangat indah dan memanjakan mata, terlebih bulan yang bersinar terang bersama para bintang. Embusan angin malam menerpa dirinya, meski telah mengenakan jaket yang tebal, namun dinginnya udara masih dapat menembus ke kulit. Karena merasa sudah semakin larut dan dingin Lily memutuskan untuk kembali ke dalam mansion dan mengakhiri sesi latihan dadakannya itu. Tanpa mengetahui bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang mengawasi dirinya dengan senyum aneh yang perlahan mengembang di wajahnya. "Akhirnya kau kembali putri kecil," ucap orang itu sambil terkekeh karena senang. "Kali ini tidak akan kubiarkan kau lepas dari genggamanku," tambahnya sembari mengepalkan tangannya seolah ia tengah geram. Setelah selesai mengawasi dan melihat Lily pergi dari arena latihan ia menghilang dari sana. to be continue ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD