Part 2 - Super Mom

2143 Words
Bomin menopang dagunya sambil menatap dua orang di depannya. Nayoung dan Namjoo saling melempar tatapan tajam. Guru dan juga anaknya itu memang dari awal tak pernah akur. Saat Namjoo masih bayi, tiap kali Nayoung menggendongnya Nayoung pasti terkena sasaran ngompolnya. Itu membuat Nayoung tidak suka pada Namjoo. Sedangkan Namjoo membenci Nayoung karena gadis itu menyukai Wooseok. Dan Namjoo benci Wooseok karena selalu berusaha merayu ibunya. "Nayoung-ah untuk apa kau kesini? Bukankah rumahmu jauh dari sini? Seharusnya kau langsung ke sekolah saja." ucap Bomin memecah keheningan di antara mereka. "Kak, kau tentu tahu dimana ada Wooseok, disitu ada aku. Aku datang agar bisa pergi bersamanya ke sekolah." ucap Nayoung. "Bibi, Nayoung! Panggil aku Bibi! Aku ibunya Byunggyu sekarang!" protes Bomin. "Kalau begitu panggil aku Guru! Walau bagaimanapun kau masih menjadi muridku, Kak." balas Nayoung santai. Bomin mendengus. Tak ada yang berubah dari anak-anak berandalan itu. Mereka tetap memanggil Bomin dengan sebutan kakak. Hanya Byunggyu yang memanggilnya dengan semestinya. "Cih! Seharusnya kau bawa saja orang itu agar dia tak perlu menumpang di sini. Dasar merepotkan!" cibir Namjoo. "Aku juga pasti akan membawanya dari sini bila ia mau ikut bersamaku dasar bocah!" balas Nayoung. Mereka kembali bertatapan sinis. Bomin menghela nafas dan segera memanggil Byunggyu dan Wooseok. "Byunggyu-ya! Wooseok-ah! cepatlah sebelum gadis-gadis ini mulai berkelahi dan menghancurkan tempat ini!" panggil Bomin. Byunggyu dan Wooseok keluar dari kamar mereka. Byunggyu menenteng blazernya lalu duduk di sebelah Namjoo sedangkan Wooseok dengan enggan duduk di sebelah Nayoung. "Ibu, Ayah di mana? Aku tak melihatnya." tanya Byunggyu. "Rapatnya dimulai jam 7 jadi ia ke hotel lebih cepat dari biasanya dan tak sempat ikut sarapan." ucap Bomin. "Bukannya dulu Paman Byungjin selalu mengatur masalah pekerjaannya di rumah?" tanya Nayoung heran. "Dulu ia melakukan itu karena tak ada yang mengurus anak-anak. Sekarang sudah ada aku jadi ia sudah bisa kembali mengurus hotel kami secara langsung." jawab Bomin tak acuh. Nayoung mengangguk-angguk mengerti. Mereka lalu sarapan bersama. Byunggyu dan sahabat-sahabatnya tak perlu terburu-buru ke sekolah. Para staf dan guru-guru di sekolah sangat menghormati mereka berkat ayah Nayoung yang menjadi ketua yayasan di sekolah. Jadi tak akan ada yang berani menegur atau mengomentari mereka bila melakukan kesalahan. "Byunggyu-ya, aku akan menyewakan apartemen Junho dan Eunjin di sebelah." ucap Bomin. "Ha? Kenapa? Bukannya setiap Bibi Eunjin dan Paman Junho kembali ke Seoul, mereka pasti menginap di sana?" tanya Byunggyu. Keluarga Oh tetap menempati apartemen Bomin yang dulu. Itu dikarenakan Bomin tak ingin meninggalkan tempat kenangan mereka walaupun Yookwon, Hyungseob, Junho dan Eunjin sudah pindah ketempat lain. Eunjin dan Junho tinggal di Jeju setelah Eunjin dipindah tugaskan ke sana sebagai dokter ahli. Sedangkan Hyungseob dan Yookwon .... Hyungseob tinggal di Jepang bersama Yeoreum. Mereka semua tak tahu bagaimana kabar Yookwon sekarang. Ada yang bilang Yookwon telah menjadi seorang biksu di salah satu kuil di Gyeongsang karena ditolak oleh gadis yang ia cintai. "Anggap saja aku sedang balas dendam sekarang. Mereka dulu mengusirku dari apartemenku dan menyewakannya. Sekarang giliranku... Muahhahaha!" Bomin tertawa jahat. "Kekanak-kanakan." gumam Nayoung dan Namjoo bersamaan. "Jahat." gumam Wooseok. "Terserah kau mau melakukan apa tapi jangan libatkan aku." gumam Byunggyu. Semangat Bomin yang tadinya membara langsung padam. Ia memasang wajah masam pada anak-anak itu sepanjang hari. Drrttt... Drrttt... Ponsel Nayoung bergetar. Nayoung segera mengambil ponselnya dari dalam saku blazernya. Ia menatap layar ponselnya heran. "Ada apa?" tanya Jiwook. "Gaeun menelponku. Ini aneh! Aku sudah mengatakan padanya kalau aku akan menjemputmu dulu sebelum ke sekolah. Lalu kenapa dia menelponku?" tanya Nayoung. Klik... "Halo?" "Nayoung-ah ini gawat!" Nayoung menghela nafas. "Ada apa lagi?" "Ada perkelahian di sekolah dan kau harus ke sini dengan cepat agar semua kembali damai kyaaaaaa..... Singkirkan orang ini dariku!" Klik.. Telpon dimatikan secara sepihak. "Oh tidak jangan lag!!" jerit Nayoung. "Ada apa?" tanya Byunggyu. "Ada yang mengacau di sekolah. Kita harus segera ke sana. Lama-lama aku merasa kita seperti power ranger." keluh Nayoung sambil mengambil tasnya dan berlari keluar. "Hei! jangan tinggalkan kami!" Mereka semua meninggalkan Bomin yang melongo sendirian. Apakah ada yang bisa memberitahu Bomin apa yang terjadi sebenarnya? *** Seorang remaja tampan duduk di ruang tunggu bandara sambil memegangi kopernya. Pemuda yang biasa dipanggil Taeoh itu menatap jam tangannya sambil menghela nafas. Ia telah mengirim pesan pada Bomin bahwa ia telah sampai di Korea. Taeoh awalnya ingin langsung ke apartemen Byungjin dengan taksi. Sayangnya Bomin bersikeras ingin menjemputnya. "Kim Taeoh!" Taeoh menoleh dan mendapati Bomin yang berlari ke arahnya. Bibinya itu benar-benar ceroboh. Beberapa kali ia menabrak orang lain karena terlalu terburu-buru. "Maaf! Apa kau menunggu lama?" tanya Bomin. "Tidak, aku hanya menunggu satu jam." ucap Taeoh dengan senyuman palsunya. "Apa kau sedang menyindirku anak muda?" Bomin memicingkan matanya. "Terserahlah. Oh iya kita tak bisa langsung pulang setelah ini."  "Ada apa?" "Aku harus menjemput Namjoo dulu. Ini jam pulangnya." ucap Bomin sambil menatap jam tangannya. Namjoo? Taeoh membelalak. Tunggu! Ia lupa pada sepupunya yang satu itu! Oh tuhan! Bagaimana nanti nasibnya kalau harus tinggal di Korea? Apa belum terlambat untuk memesan tiket untuk kembali ke China? "Ah! Aku melupakan dompetku di kamarku yang ada di Beijing! Aku akan pulang ke sana dan mengambilnya!" Taeoh berbalik menyeret kopernya. Hup! Bomin menangkapnya dan mencengkram lengannya erat. Taeoh akhirnya hanya bisa pasrah di seret oleh Bomin. "Kau sudah jauh-jauh datang ke sini. Kau adalah seorang pria! Bila kau ingin kabur hanya karena takut pada Namjoo maka aku akan memotong 'masa depanmu'!" ucap Bomin yang membuat Taeoh sontak memegangi celananya. Poor Taeoh... *** Nayoung memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Ia menatap murid baru yang kata Gaeun bernama Han Xieyu itu. "Baiklah jadi apa hukuman yang harus kuberikan padamu? Mengapa Byunggyu malah melimpahkan tugas ini padaku!" gerutu Nayoung. "Kau adalah murid baru di sekolah ini. Tapi kau memukuli semua orang hanya karena mereka berisik dan mengganggu tidurmu? What the ... Ini sekolah tempat belajar, bukan tempat tidur!" omel Nayoung. Xieyu hanya mengangguk-angguk dengan wajah datar. Ia benar-benar mengerti atau tidak, Nayoung tidak tahu. Yang jelas perbuatannya itu sukses membuat emosi Nayoung naik ke level yang lebih tinggi. "Baiklah bagaimana kalau membersihkan semua sampah permen karet yang ada di sekolah ini?" Nayoung tersenyum licik. Xieyu sekali lagi memasang wajah datar. Tapi kali ini ia berdiri dan merentangkan tangannya di meja Nayoung. Ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah Nayoung dengan menebarkan aura mengintimidasi. "Aku tak ragu untuk memukul siapapun, pria atau wanita. Kau tahu itu bukan? Bagaimana kalau aku melakukan itu saja daripada aku harus melakukan hukuman merepotkanmu itu?" ucapnya sambil menyeringai menakutkan. Plak... Nayoung mendorong dengan keras wajah Xieyu dengan telapak tangannya. Xieyu berusaha menyingkirkan tangan Nayoung dari wajahnya namun Nayoung malah menangkapnya dan juga mengunci kedua tangan Xieyu. "Biar kuberitahu padamu. Lebih baik kau kerjakan hukumanmu daripada kau repot-repot mengancamku. Aku Oh Nayoung, mantan ketua club karate di sekolah ini. Kau takkan bisa melawanku jadi kerjakan hukumanmu karena aku mengawasimu." Tanpa Nayoung sadari, Xieyu menggunakan kesempatan saat Nayoung berbicara untuk memutar balikkan keadaan. Xieyu menendang ke salah satu kaki Nayoung membuat Nayoung terjatuh. Xieyu mengibas-kibaskan tangannya yang terasa keram karena tadi dicengkram kuat tadi oleh Nayoung. "Sepertinya club karate di sekolah ini sangat payah hingga harus menunjukmu sebagai ketua club mereka. Kau terlalu mudah untuk dijatuhkan. Tapi karena aku sedang berbaik hati hari ini, aku akan mengerjakan hukuman yang kau berikan." Xieyu mengedipkan sebelah matanya mengejek Nayoung. Begitu Xieyu keluar dari ruang OSIS, Nayoung berdiri dan menendang mejanya hingga meja itu terjatuh. "s****n! Awas saja! Akan kukalahkan kau nanti! Lihat saja!" ucapnya penuh janji. *** Namjoo memegangi es krim yang ia beli dengan gembira. Ini adalah es krim kesukaannya. Kata bibi yang menjual di kantin, stok es krim ini sudah habis. Karena itu Namjoo akan menikmati es krim ini dengan perlahan agar bisa mengingat rasanya. Buk... Tanpa sengaja sekumpulan pemuda menabraknya hingga es krimnya jatuh. Namjoo menatap dengan nanar es krimnya yang jatuh ke tanah. "Hiks.. Hiks... Hueeeee!!!" Orang yang menabrak Namjoo tadi langsung terkejut dan panik karena Namjoo menangis dengan keras. Tangisan Namjoo mengundang perhatian dari semua orang. "Maaf, Kakak tak sengaja." ucap salah satu dari pemuda itu sambil berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Namjoo. "Hiks! Tidak kumaafkan! Kakak jelek! Kau menjatuhkan es krim berhargaku!" jerit Namjoo tak terima. "Hei, Kangwoo dia mengataimu jelek hahahaha!" ucap salah satu teman pemuda itu. "Hiks! Diam saja kau botak! Kalian semua jelek! Aku tak mau tahu! Gantikan es krimku!" teriak Namjoo. "Hei anak kecil! Berhenti menangis atau kupukul kau!" salah satu dari mereka menaikkan tangannya hendak memukul Namjoo. Tiba-tiba seseorang menahannya dan menarik Namjoo menjauh dari mereka. "Namjoo-ya kau tak apa?" tanya orang itu. "Kak Taeoh~" Taeoh berjongkok dan menghapus air mata Namjoo dengan ibu jarinya. "Hei! Kau siapanya anak kecil itu? Kau harusnya mengajarinya sopan santun! Hanya karena es krim saja ia mengatai orang yang lebih tua." marah pemuda tadi. "Dia calon suamiku!" teriak Namjoo yang membuat Taeoh melotot. "Dan aku ibunya," Bomin datang sambil memukul-mukulkan kepalan tangannya dengan telapak tangannya, "Dan orang yang membuat anakku menangis akan kuhabisi!" "Kau ibunya? Bukankah kau masih terlalu muda untuk memiliki anak sebesar ini?" goda salah satu pemuda itu memajukan wajahnya ke arah Bomin. Krakk... "Aaaaa!!! Lepaskan aku!!!" Bomin menjambak rambut pemuda itu dengan sangat keras. Bahkan sepertinya rambut pemuda itu rontok karena jambakan Bomin. "Siapa yang kau bilang terlalu muda heh! Kau tak percaya anak itu anakku?" Berbeda dengan Taeoh yang tercengang, Namjoo malah berhenti menangis sambil melompat-lompat bertepuk dan bertepuk tangan melihat orang yang membuatnya menangis itu dihajar oleh ibunya. Bomin menjambak rambut orang-orang itu satu persatu lalu menendangnya hingga terjatuh. Hohoho, jangan remehkan Bomin dalam hal ini, ia sudah berlatih tujuh hari tujuh malam bersama Nayoung. Bahkan mungkin kalau harus bertarung dengan kera sakti, ia pasti bisa merontokkan bulu-bulunya dalam sekali jambak. Ia adalah ratunya sekarang. Sekarang tinggal satu orang yang belum ditumbangkan Bomin. Ia adalah pemuda botak yang tadi dihina oleh Namjoo. Pemuda botak itu menyeringai percaya diri. Apa yang akan Bomin jambak? Dia kan tak punya rambut. Tapi bukannya bingung, Bomin malah menyeringai senang. Saat pemuda itu maju, Bomin dengan kecepatan super mencolok kedua lubang hidung pemuda itu dengan jarinya. Semua orang merasa bingung apa yang akan ia lakukan. "Ini aku pelajari dari komik! Rasakan ini!" Pemuda itu menjerit kesakitan. Bomin mencapit kedua lubang hidung pemuda itu hingga berdarah sebelum akhirnya melepaskannya.  Orang-orang yang sudah dihajar habis-habisan oleh Bomin berlari sambil memegangi kepala mereka. Dan tentu saja sambil memapah si botak itu juga. Bomin membuang rambut-rambut hasil jambakannya tadi. Isshhh setelah ini ia harus mencuci tangan. Kepala mereka tadi benar-benar penuh dengan ketombe. Untung saja lubang hidung si botak bersih. Kalau tidak.... Ewwwww.... "Wuaaaa hebat! Tapi Ibu seharusnya kau simpankan mereka untukku saja! Aku juga ingin menghajar mereka!" rengek Namjoo. "Siapa suruh kau hanya menangis sejak tadi." Bomin menjulurkan lidahnya mengejek Namjoo. Taeoh hanya memandangi mereka. Masih tercengang. Jadi Namjoo juga bisa melawan orang-orang tadi? Hebat! Gen memang mengerikan! **** Makassar, 11 Mei 2016 Dipublikasikan di dreame 19 Juli 2020 ****  Tambahan : Xieyu menatap sekolah barunya dengan malas. Ia sengaja datang lebih dulu agar bisa tidur di kelas barunya. Ia benar-benar lelah dan tak sempat beristirahat begitu sampai di Korea tadi subuh karena harus ke sekolah. Xieyu melipat tangannya diatas meja dan merebahkan kepalanya disana. Ia mulai menutup matanya. "Permisi." suara seorang gadis membangunkannya. "Ada apa?" Xieyu menjawabnya dengan ketus. Suasana hatinya memang selalu buruk bila baru bangun tidur. Xieyu melirik ke arah tanda pengenal di seragam orang yang membangunkannya itu. Gaeun ya? Nama yang bagus. Gaeun meringis, gadis itu menggigiti bibirnya gugup, "I-itu ... ini bangkuku." Xieyu memutar bola matanya. Pemuda itu bangkit berdiri lalu melangkah dengan malas ke bangku lain dan mulai tertidur lagi. Gaeun mengendikkan bahunya dan menaruh tasnya di bangkunya. Ia menoleh pada pemuda itu. Wajahnya terlihat asing. Jangan-jangan pria itu siswa baru yang akan datang hari ini? Tapi bukankah dia berasal dari luar negeri? Nayoung yang bilang seperti itu padanya kemarin. Tapi sepertinya pemuda itu bisa berbahasa Korea. Gaeun ingin menyapanya lagi, namun ia ragu. Lagipula kelihatannya pria itu tertidur lelap. Gaeun melirik ke arah gelang siswa baru itu. Di gelangnya tertulis ‘Han Xieyu’ dalam tulisan latin. Jangan-jangan itu nama pemuda itu? Tiba-tiba sekumpulan siswa laki-laki masuk ke kelas itu. Mereka memang teman sekelas Gaeun. Gaeun melirik mereka takut-takut. Mereka sangat berisik. Gaeun ingin menegur mereka, tapi ia tak berani. Ia satu-satunya siswi yang datang sepagi ini. Keadaannya sangat tidak menguntungkan bukan? Xieyu mulai terusik dengan suara tawa yang berisik itu. Ia mendongakkan kepalanya. Ia mengira Gaeun yang berisik. Tapi kenyataannya gadis itu bahkan duduk diam di bangkunya sambil menunduk takut. Ia menoleh dan menemukan sumber suara berisik itu. Jadi siswa laki-laki yang di sana itu? Ah kalau begini akan lebih mudah. Lagipula badannya sedang pegal-pegal dan butuh olahraga sekarang. "Hei jangan berisik!" bentak Xieyu. Kelas mendadak hening. Tapi setelah itu para siswa laki-laki tadi kembali tertawa bahkan kali ini semakin keras. Sepertinya sengaja untuk memancing emosi Xieyu. Xieyu yang memang ingin berkelahi pun bangkit dari posisinya. Ia melangkah mendekati siswa laki-laki tadi dan menarik kerah belakang salah satu dari mereka. Kris memukul pemuda itu. Cukup keras karena pemuda tadi langsung jatuh tersungkur. "Hei apa yang kau lakukan?" marah salah satu dari mereka. "Bukankah aku sudah menegur kalian tadi? Jangan berisik!" ucap Xieyu dengan ekspresi datar. Siswa yang dipukul oleh Xieyu bangkit berdiri dan merenggut kerah pemuda itu, "Kau murid baru sepertinya, jangan cari masalah bila kau masih ingin bersekolah dengan tenang di sekolah ini."    Xieyu mendengus meremehkan dan sekali lagi meninju wajah siswa itu. Siswa lain yang tidak terima teman mereka dipukul pun mulai berkelahi dengan Xieyu. Gaeun hanya terdiam dan melotot di tempatnya. Ia mulai ketakutan. Ia mengambil ponselnya dan segera menelpon Hayoung "Halo?" "Nayoung-ah ini gawat!" ucap Gaeun panik. Terdengar suara helaan nafas. Gaeun tahu Nayoung lelah karena masalah-masalah yang terus saja berdatangan. Tapi mau bagaimana lagi? Sahabatnya itu wakil ketua OSIS bukan? "Ada apa lagi?" "Ada perkelahian di sekolah dan kau harus ke sini dengan cepat agar semua kembali damai," Tiba-tiba seorang siswa jatuh di atas mejanya, "kyaaaaaa ... Singkirkan orang ini dariku!" Klik ... Gaeun segera mematikan telponnya dan segera mencegah Xieyu yang mengamuk memukul lebih banyak siswa lagi. “Tolong hentikan! Hei Han Xieyu hentikan!" ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD