Part 1 - They Are Abnormal

1078 Words
 Gadis itu menatap ke bawah. Apa dirinya sanggup meloncat dari sini? Tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah kehabisan akal untuk membujuk pria yang ia sukai untuk berkencan dengannya. Suara langkah kaki yang berlari di tangga mulai terdengar. Gadis itu membuang semua keraguannya. Inilah yang harus ia lakukan bila ingin pemuda yang ia sukai menjadi miliknya. "Hei! Ahn Hyunri! Apa yang kau lakukan di sana?" teriak seseorang. Ahn Hyunri tersenyum licik mendengar suara itu. Ia menoleh dan kembali memasang wajah sedih. "Byunggyu-ya~" ucap Hyunri dengan nada sedih. "Jangan bunuh diri di sini dasar bodoh! Ini tempat bersantaiku saat jam istirahat! Kalau ingin bunuh diri cari tempat lain sana!"  Tak lama terdengar jeritan dari Byunggyu. Byunggyu menatap tajam pada gadis yang membuatnya menjerit tadi. Nayoung menendang tulang keringnya sambil melotot. Byunggyu memang benar-benar tidak tahu situasi! "Aku akan tetap bunuh diri. Aku sudah lelah dengan semuanya. Aku mengejarmu sejak kita masih kelas satu. Mengikutimu kemana-mana. Walau kau mengusirku, aku tetap bersamamu." ucap Hyunri. "Hebat, kita seperti sedang menonton drama." bisik Wooseok pada Byunggyu. "Eum, seharusnya kita beli popcroon dulu sebelum ke sini." ucap Byunggyu mengangguk setuju. "Kalian!" marah Nayoung. Merasa perkataannya tadi diabaikan, Hyunri naik ke atas dinding pengaman. Berdiri di atas sana sambil memejamkan mata. Apa mereka pikir ia main-main? Dirinya sudah mengumpulkan tekad untuk melakukan ini dan akan tetap melompat apabila Byunggyu benar-benar menolaknya. "Saat kau mengatakan kau rela melakukan apapun bila ada gadis yang bisa mengalahkan nilai Nayoung, kupikir itulah kesempatanku. Tapi ternyata mengalahkan Nayoung benar-benar sulit." ucap Hyunri. "Ya, dengan otak udangmu itu kau memang tak bisa mengalahkan Nayoung." cibir Byunggyu. "Aku tahu, karena itulah aku menyerah dan inilah usaha terakhirku. Aku takkan melompat bila kau setuju untuk berkencan denganku!" ucap Hyunri. Byunggyu tak menanggapi. Ia tak mengatakan apapun. Hanya menatap Hyunri dengan pandangan datar. "Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Bagaimana bila aku mengatakan itu? Kau akan benar-benar melompat?" tanya Byunggyu dengan nada meremehkan. "T-tentu saja!" "Kau ingin tahu mengapa aku menolakmu? Kau terlalu terobsesi padaku sampai-sampai melakukan hal gila demi mendapatkanku. Aku tak suka dengan gadis yang seperti itu. Aku tak akan pernah mau berkencan dengan orang-orang yang memiliki sifat yang seperti dirimu." ucap Byunggyu. "Bila aku merubah sifatku, apa kau mau berkencan denganku?" tanya Hyunri penuh harap. "Kau pikir semudah itu? Walau kau mengatakan kau mengubah sifatmu, tapi itu hanya di depanku saja. Kau tak bisa bisa merubah sifatmu seutuhnya. Itu menakutkan untuk berkencan dengan orang yang terobsesi padamu,” Ia melirik ke jam yang ada di tangannya, “Ah sepertinya sudah selesai. Aku akan turun sekarang."   "T-tunggu du—Kyaaaaaa!" Hyunri yang ingin mencegah Byunggyu tak sengaja terpeleset dan jatuh ke bawah. Gaeun berteriak histeris. Nayoung yang tadi terlihat panik langsung mengubah ekspresinya. "Ah, syukurlah sudah selesai. Aku lelah." ucap Nayoung datar. "A-apa maksudmu? Hei! Ini benar-benar tidak lucu! Bagaimana keadaan Hyunri?!" Naeun berteriak panik. Ia segera berlari ke dinding pengaman untuk menengok ke bawah. Tapi ia menghela nafas lega melihat Hyunri diselamatkan oleh matras besar yang sudah disiapkan oleh teman-temannya. "Kukira terjadi apa-apa padanya," Gaeun menghela nafas lega, "Lalu yang tadi kalian lakukan itu apa?"  "Aku dan Byunggyu bercanda untuk mengulur waktu sementara yang lain menyiapkan matras di bawah." ucap Wooseok. "Dan aku hanya berpura-pura panik dan menjaga agar Byunggyu dan Wooseok tidak bercanda secara berlebihan. Bisa gawat bila Hyunri melompat sebelum semua persiapan kita siap." ucap Nayoung dengan wajah datarnya. "Darimana kalian dapat matras sebesar itu?" tanya Gaeun. "Segalanya bisa sekolah ini dapatkan selama aku dan Baekhyun yang jadi ketua dan wakil ketua OSIS. Karena banyak murid yang tertekan karena ujian melakukan percobaan bunuh diri di tempat ini, maka kami membelinya. Ah aku lelah! Ini baru hari pertama tapi sudah merepotkan." Nayoung membuka pintu dan menuruni tangga ke lantai bawah. "Hei! Tunggu aku! Kita harus bicara mengenai nilaimu!" Byunggyu mengejar Nayoung. "Ayo turun Gaeun-ah!" Wooseok mengajak Gaeun mengejar mereka. Gaeun hanya bisa melongo sementara sahabat-sahabatnya sudah turun melalui tangga. Tolong katakan bila ia salah. Tapi Gaeun merasa hanya dia manusia normal di antara ketiga sahabatnya!  *** Byunggyu, Byungjin, Wooseok dan Namjoo berkumpul membentuk lingkaran. Wajah mereka tampak terlihat serius. "Kim Wooseok, jangan biarkan ibuku mendekati dapur!" perintah Byunggyu. "Siap komandan!" ucap Wooseok. "Ayah, jangan biarkan Ibu mendekati TV!" perintah Baekhyun. "Ehmmm, Ayah sepertinya tak keberatan kalau harus membeli TV baru." Byungjin berucap pelan sambil mengelus tengkuknya gugup. Byunggyu menolak, "Tidak! Kali ini! Hanya kali ini saja kita akan mencoba menahan Ibu. Mengerti?!" Byungjin hanya bisa mengangguk lemas mendengar perintah Byunggyu. "Aku akan menjaga laptop dan Namjoo akan menjaga ponselnya." ucap Byunggyu lagi. "Ahhh! Kenapa Ibu selalu merusakkkan barang-barang setiap tamu bulanannya?" keluh Namjoo. Byunggyu menoleh dengan cepat ke arah Namjoo. Matanya memicing membuat Namjoo bertanya-tanya apa salahnya. "Dengar, yang kukhawatirkan adalah dirimu. Kau juga sebentar lagi akan mendapat giliranmu. Saat kau besar nanti dan mendapat giliranmu, kumohon... Kumohon jangan jadi merepotkan seperti Ibu." ucap Byunggyu. Namjoo meraih tangan Baekhyun dan menyedekapkannya di depan d**a. "Aku tahu Kakak, aku tahu bagaimana menyebalkannya ini! Jadi aku akan berusaha agar tak merepotkan seperti Ibu!" ucap Namjoo percaya diri. "Wuoo kalian sedang bermain drama?" Sebuah suara mengagetkan mereka. Mereka kembali bersikap seperti biasa. Bomin mengendikkan bahunya dan meraih remote tv. Tapi remote itu segera direbut oleh Sehun. "Jangan!" "Kenapa? Ini saatnya acara kesukaanku!" rengek Bomin. Byungjin, Wooseok dan Namjoo menyilangkan tangan mereka membentuk 'X' yang berarti tidak boleh. Bomin mulai cemberut. Ia masuk ke dalam kamarnya dan mengambil laptopnya. Tapi laptop itu langsung direbut oleh Byungjin. "Hei! Jangan bilang itu juga tidak boleh? Aku mau meneruskan novelku! Editor Hong bisa marah bila aku tak mengumpulkannya tepat waktu!" marah Bomin. Byunggyu menggelengkan kepalanya dan memeluk laptop Bomin erat. "Ada apa dengan kalian? dasar menyebalkan!" protes Bomin. "Ibu jauh lebih menyebalkan lagi. Kalau kami biarkan, nanti Ibu bisa melempar ini karena kehabisan ide. Ini tamu bulanan Ibu, kan? Ibu selalu begitu." cibir Namjoo. "Ha? Aku sudah selesai tadi. Jadi itu yang kalian risaukan? Ck, sekarang berikan itu!" Mereka hanya bisa melongo saat Bomin merebut laptopnya kembali. Baiklah, jadi untuk apa mereka tadi repot-repot membagi tugas?  *** Pemuda itu menatap kakak laki-lakinya dengan pandangan bertanya. Di tangannya terdapat amplop berisi tiket pesawat. "Kak, ini ... Untuk apa?" tanya pemuda itu. "Itu? Apa kau tak bisa melihatnya? Itu tiket ke Korea Taeoh-ya." ucap Taeil. "Tapi mengapa diberikan padaku?" tanya Taeoh. Taeil menghela nafas. Sebenarnya ia tak rela kalau Taeoh kembali ke Korea. Tapi mau bagaimana lagi? Ini perintah langsung dari ayah mereka. "Kau akan tinggal di sana untuk sementara waktu. Di rumah Paman Byungjin. Aku curiga, ayah dan ibu menyingkirkan kita berdua. Aku ke rumah Kak Junho di Jeju dan kau ke Seoul. Apa mereka berniat membuat adik baru untuk kita?" gerutu Taeil. "Di usia mereka yang sekarang? Jangan bercanda." Taeoh terkekeh geli. "Bisa saja, mereka sangat iri dengan Paman Byungjin yang memiliki anak perempuan yang manis seperti Namjoo. Ah, seharusnya aku saja yang menikah dengan Bomin agar mereka bisa dapat cucu perempuan!" gerutu Taeil. Ah benar juga. Kalau ia kembali ke Korea ia akan bertemu Byungjin, Bomin dan yang lainnya. Taeoh memandangi tiket di tangannya sambil tersenyum.  *** Makassar, 08 Mei 2016 Dipublikasikan di Dreame 19 Juli 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD