Chapter 2. Flawlessly Flawful

1485 Words
Surabaya, 27 Maret 2018 Pesta demokrasi rakyat. Dengan berbekal kertas-kertas glossy dan spanduk-spanduk kain yang akan menjadi sampah begitu semua selesai, seluruh Indonesia menjadi ramai dua kali lipat. Termasuk pula, Kota Surabaya. Ia yang tulang punggung kedua ekonomi Indonesia itu. Wajah Khofifah dan Saifullah Yusuf terpampang dimana-mana. Di tengah-tengahnya, sebuah motor berkecepatan 80 km/jam bermanuver di antara sela-sela mobil. Helmnya putih bergaris hitam dengan jaket kulit hitam membungkus tubuhnya, serasi dengan celana kulit hitam. Menyalip sebuah mobil dengan cepat, ia mulai keluar dari jalan raya. Berbelok ke jalan yang lebih kecil menuju salah satu perumahan. Pengendara itu lalu berhenti di depan salah satu rumah. Dengan kunci di tangan, ia masuk tanpa mengetuk. Membuka pintunya tenang-tenang seakan itu rumahnya sendiri. Di pekarangan belakang yang penuh dengan bunga-bunga Alamanda yang tengah mekar, ia membuka bajunya. Dari baliknya, seorang gadis berambut lurus panjang dengan gaun selutut pink pucat yang senada dengan warna bibirnya. Sarung tangan motornya masih membungkus tangannya dengan erat ketika ia mengeluarkan sebuah plastik transparan kecil. Ia menempelkannya dengan hati-hati pada sedikit bagian ujung jaket kulit. Gadis muda berkulit agak gelap itu menaruh tasnya di atas tempat pembakaran sampah. Ujung jaket kulit itu ia sampirkan di atas bak sampah, sedang yang lainnya tergeletak kuyu di tengah-tengah karbon-karbon sisa pembakaran. Ia menuangkan satu dirijen bensin ke dalam bak berpenutup seng itu. “Memulai seremonial,” lembut suaranya berdeklamasi ketika menjentikkan korek api gas. Sebuah kuncup cantik kuning kemerahan meremang di atasnya. Sesekali bermain bersama angin yang mampir menyapa. Tangannya terangkat tinggi, lalu lepaslah kuncup itu bersama induknya sekalian. Api memancar tinggi ketika api menyentuh rekan kriminilnya. Lidah api itu bermain-main di depan wajahnya yang tersenyum. Ia menjatuhkan kedua sarung tangan ke dalamnya, membiarkan api memberanguskan semua. Ujung jaket itu tetap tak terbaka Dia menyusuri lagi rumah kosong yang dihiasi interior yang sungguh modern tak bercela. Sebentar lagi masing-masing darinya akan terkotori oleh tangan-tangan penyelidik. “Jangan diambil hati, ya,” sahut gadis itu sebelum menutup kembali rumah itu. Menguncinya seperti semula. Meninggalkannya seperti sedia kala. Sementara itu, The Grand Ballroom Sheraton Hotel tengah ricuh. Orang-orang berkumpul berbisik-bisik. Mereka tidak diperbolehkan meninggalkan tempat itu. Satpam dan karyawan hotel sibuk mondar-mandir. Polisi menutup area hotel. Pria berpenampilan klimis dengan rambut rebah sepenuhnya oleh minyak tengah menghadapi seorang pria, yang kerut-kerut di wajahnya mengalahkan kerut-kerut di gaun ruffled wanita di sampingnya. “Pak, itu berlian langka dari Afrika!” “Tenang, Pak. Polisi sudah mulai menangani. Kami sudah berusaha sebisanya.” Kalimat itu ia dengungkan berulang kali sampai dia sendiri muak mendengarnya. Dia bahkan tidak menghilangkan nyawa di meja operasi, tapi kalimat klise itu yang muncul dari sela-sela bibirnya. Namun, itupun tidak menghentikan rutukan pria di depannya. Wanita di sampingnya pun tidak membantu. Sekalipun keduanya berasal dari perusahaan perhiasan yang berbeda, mereka menyuarakan kepanikan yang sama. Bahwa semua perhiasan yang mereka jajakan semua tiba-tiba menjadi palsu! “Pameran ini sendiri punya kurator banyak, kan? Jadi, jelas pas masuk, semua sudah terbukti asli!” “Iya benar, Pak. Memang kita ketat soal ini.” Pria berseragam cokelat dengan berbagai lencana tersemat di permukaannya mendatangi pria klimis itu. Kedatangannya disambut dengan hembusan napas panjang, seakan-akan dia telah lama menahan napas sedari tadi. Dia mengangguk ketika polisi yang mendatanginya memberi komando untuk mengikuti langkahnya. Dia menurut. Langkahnya diarahkan kepada Kapolres Surabaya sendiri, tidak tanggung-tanggung, mendatangi area tersebut. Pameran ini memang menjadi prioritas Polres Surabaya pada saat ini, karena dihadiri oleh investor-investor besar Indonesia di bidang perhiasan. Mereka yang berpengaruh atas kondisi ekonomi negara. Mereka yang diharapkan untuk memperbaiki nasib negara. Mata kecilnya gugup mengikuti gerak petugas polisi yang hilir-mudik dengan mengenakan sarung tangan karet. Beberapa mengarahkan tamu ke tempat yang tepat. Belum boleh pergi, tidak juga boleh menyentuh area dimana perhiasan dipertunjukkan. Pikirannya menerawang jauh, mendatangi berbagai cabang-cabang pengandaian yang tak pernah terjadi. Maka, ia tersentak kaget saat mendengar deheman keras di sampingnya. “Jadi, bagaimana kronologisnya?” Pria penggugup itu, yang lebih-lebih lagi berkeringatnya karena pameran jadi bencana di bawah pengawasannya, mengusap-usap dagunya. Dia memberikan testimoninya.   "Hari terakhir pameran. Semua berlangsung lancar. Jelas saya bangga akan kinerja saya. Lima hari pameran dan tidak ada satu hambatan pun! Pengamanan ketat telah dilaksanakan, bekerja sama dengan pihak keamanan hotel dan petugas kepolisian. CCTV dipasang bahkan lebih banyak daripada biasanya. Sengaja saya tambah untuk keamanan lebih baik. Sistem pengamanan hotel juga tidak main-main. Mereka menuntut masing-masing staf memegang kartu magnetik yang sudah dienkripsi dengan identitas mereka. Soal kepemilikan kartu pun tidak ada masalah. Semuanya pegawai yang terpercaya dan sudah bekerja di sini sekian tahun, bahkan mengurus pameran yang sama seperti ini. Penyimpanan perhiasan juga tidak main-main. Masing-masing etalase mempunyai kunci khusus yang hanya dipegang oleh para pemilik perhiasan. Setiap saat, perhiasan dikeluarkan dan dikunci kembali dengan aman. Petugas keamanan ada di mana-mana, mengawasi setiap shift. Bahkan, puluhan petugas polisi untuk mengamankan setiap sudut gedung! Soal ini tentu Bapak lebih tahu. Saya sangat, sangat berterima kasih atas bantuan petugas Polres Surabaya sejauh ini. Bapak perlu tahu ini. Setiap hari, ada rutinitas yang dilakukan di pameran. Begitu pameran selesai, masing-masing kurator perhiasan akan mengecek perhiasan secara menyeluruh. Tentu saja, melibatkan perusahaan yang menjadi pemilik perhiasan. Memastikan kalau memang perhiasan masih utuh tak tersentuh. Kemarin pun kami melakukan prosedur itu dan memastikan setiap perhiasan aman. Bagaimana kalau pencuri masuk pada saat kurasi, kata Bapak? Tidak mungkin, Pak! Kami memastikan hanya orang-orang yang sudah terpercaya yang memeriksa perhiasan. Semuanya kami kenal karena mereka semua rekan-rekan kami. Mereka pun di sini, termasuk orang-orang yang Bapak periksa. Menyamar jadi tamu dan menggantinya ketika mereka mengecek perhiasan yang ditunjukkan? Ah, memang itu sudah biasa terjadi, jadi saya sudah mengantisipasi. Setiap perusahaan perhiasan juga dituntut untuk melakukan prosedur keamanan untuk dirinya sendiri. Mereka selalu mengecek perhiasan yang baru saja disentuh customer, sebelum masuk kembali ke dalam etalase dan kotak perhiasan. Sejauh ini, mereka memastikan tidak ada sedikit pun yang mencurigakan. Semua perhiasan kembali dengan utuh seakan tak tersentuh. Ah, ya! Maaf, Bapak meminta kronologi kejadian! Pameran berlangsung seperti biasa. Pada pagi hari, perhiasan yang disimpan masing-masing oleh para perusahaan perhiasan diperiksa lagi oleh kurator. Semuanya aman, perhiasan yang ada asli, dengan clarity yang flawless, clean-cut, intinya semua berjalan lancar. Pengaturan etalase dilakukan oleh masing-masing perusahaan dengan dibantu dan dijaga ketat oleh petugas keamanan gedung serta beberapa polisi yang sudah hadir. Petugas keamanan tidak berhenti-henti berkeliling dan melaporkan apa yang terjadi di setiap sudut gedung ballroom. Sistem komunikasi kami sudah terintegrasi dengan petugas hotel dan petugas polisi. Acara juga berjalan seperti biasa, lancar. Setiap prosedur keamanan dijalankan dengan baik. Di pintu depan juga ada logam detector yang saya pastikan top notch, Pak! Kualitas nomor satu, saya sendiri yang memastikan. Pada saat acara sudah hampir selesai, salah seorang tamu memprotes salah satu berlian. Berlian itu tampak menonjolkan warna pelangi yang sedikit buram. Ya ampun, mata customer itu tajam sekali. Tampaknya memang dia kolektor berlian. Akhirnya, staf perusahaan itu, Ritz Jewellery itu, mengecek perhiasan yang ia tunjuk. Baru, Pak, ketahuan! Keributan yang satu itu menjalar ke yang lain. Semua mengecek perhiasan mereka. Dan benar, beberapa perhiasan yang paling langka, yang kualitasnya terbaik, telah digantikan dengan perhiasan yang sangat persis! Perhiasan palsu! Ya, jelas mereka sangat terencana kalau sampai mereka bisa mereplika perhiasan sedetail dan secermat itu. Tidak, saya tidak yakin ada orang dalam. Semua orang yang tergabung dalam panitia penyelenggara ini sudah terpercaya. Profesional di bidangnya dan mereka sudah puluhan kali melakukan ini. Saya tidak yakin ada orang dalam. Identitas juga tidak mungkin dipalsukan. Kami punya deteksi sidik jari untuk masuk ke dalam ruang kurasi. Memang inilah kenapa kami memilih Sheraton Hotel. Kami sudah menyelidiki seluruhnya sistem keamanan gedung mereka. Termasuk reputasi petugas-petugas hotel. Sudah jelas, Pak? Ya, ya, tentu saya mau ditanyai lebih lanjut. Aduh, saya jadi keringatan. Sudah dicatat semua omongan saya? Ya, terima kasih, Pak. Ya, silakan! Silakan, Pak! Bapak bisa memeriksa semua orang di sini. Ya, tentu, tentu, termasuk saya!"   Pemeriksaan berjalan tak terasa. Matahari telah lama mengundurkan diri ketika ia dan beberapa kolega disertai beberapa korban masih diperiksa di kantor polisi. Sedangkan, para tamu akhirnya diperbolehkan untuk pulang setelah dimintai keterangan. Sang pria klimis memejamkan mata, melepas penat sekaligus menyabarkan diri. Tentu saja, berita itu langsung terendus oleh hidung wartawan yang lebih tajam dari hidung anjing. Hanya satu jam dan berita itu telah meluas. Hingga sekarang ini, beberapa wartawan masih setia menunggui mereka untuk mengetahui kelanjutan kasus tersebut. “Lapor, Pak!” Mata pria klimis itu terbuka lebar lagi mendengar suara kaku dan tegas itu. “Ada barang bukti ditemukan!” Hatinya mencelos. Dia berharap kalau maksud polisi berpangkat letnan satu itu adalah perhiasan-perhiasan asli yang telah ditukar dengan yang palsu. Namun, sisi hati lainnya mengatakan harapan itu bodoh. Kalau mereka bisa menukar perhiasan tanpa terdeteksi sedikitpun di bawah pengamanan ketat seluruh petugas keamanan hotel, polisi, serta karyawan-karyawan hotel lain, tentu tidak akan semudah itu menemukan barang yang tercuri. Benar saja. Yang ditemukan adalah sebuah motor curian serta potongan jaket yang terbakar berikut dirigen bensin berukuran 5 liter yang telah kosong di sampingnya. Pria itu mengernyit. Normalkah secepat itu barang bukti ditemukan?                                                                                            ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD